HIZBULLAH DI WILAYAH CIREBON
28 Juni 2012
Pada tanggal 10
September 1943, ada sepuluh orang ulama yang mengusulkan kepada Komando
Tertinggi Pemerintah Militer Jepang agar ada suatu korps sukarelawan
muslim. Tahun depannya (Desember 1944) usulan tersebut disetujui. Sejak
saat itu berdiri pasukan Hizbullah yang anggotanya dari kalangan pemuda
santri di desa-desa.
Langkahnya yang pertama kali adalah mengadakan latihan kemiliteran yang dipimpin oleh tentara Jepang di Cibarusah, Bogor. Lamanya tiga bulan dari tanggal 28 Februari sampai dengan 20 Mei 1945. Ada 500 orang anggota Hizbullah yang ikut latihan, diantaranya tiga orang dari Cirebon yaitu Abdullah Abas, Hasyim dan seorang lagi dari Arjawinangun. Merekalah yang menjadi bibit dan pemimpin Hizbullah sesudah Proklamasi Kemerekaan tanggal 17 Agustus 1945.
Akan tetapi, tujuan Hizbullah yang sesungguhnya tercium oleh tentara Jepang. Yang tadinya dijanjikan akan diberi persenjataan setelah pelatihan jadi tidak terlaksana. Hizbullah dianggap bahaya oleh tentara Jepang. Begitu pula latihannya, yang tadinya akan diadakan beberapa kali jadinya hanya sekali-kalinya.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Hizbullah berdiri lagi. Yang menjadi dasarnya keinginan agar tidak dijajah lagi oleh bangsa asing. Suatu kemerdekaan yang sejati. Sarananya adalah partai politik yang pada waktu itu bermunculan berdasarkan Maklumat Wakil Presiden Nomer X tanggal 3 November 1945. Hizbullah berinduk ke Partai Masyumi yang dasar dan jiwanya Islam.
Pasukan Hizbullah pertamakali didirikan di Surabaya dipimpin oleh Busalik. Lalu di Sulawesi, Jawa Tengah (pimpinan Bakrin) dan Jawa Barat yang dipimpin oleh Agus Abdullah. Setiap wilayah membangun satu divisi pasukan Hizbullah.
Berdirinya Hizbullah di Cirebon dibidani oleh Kyai Abas yang memimpin Pesantren Buntet di Kecamatan Astana Japura. Oleh sebab itu, pasukan Hizbullah di daerah Cirebon oleh Belanda terkadang disebut tentara Kyai Abas. Di Kecamatan Astana Japura dikumpulkan pemuda dari tiap desa paling sedikit seorang. Hingga bisa dibangun pasukan Hizbullah satu batalyon. Yang terpilih menjadi Komandan Batalyon (Danyon) yaitu Kyai Hasyim Anwar.
Memang pesantren menjadi sumber anggota pasukan Hizbullah, terutama dari pesantren-pesantren Buntet, Gedongan, Babakan Ciwaringin, Parerante, Arjawinangun, Babakan, Segeran, Kaplongan.
Di wilayah Cirebon bisa dibangun 3 batalyon pasukan Hizbullah, yaitu Yon 4, Yon 5 dan Yon 6. Abdullah Abas diangkat sebagai Kepala Staffnya dengan pangkat Letnan Kolonel. Yon 4 dipimpin oleh Danu dengan markasnya di Indramayu. Sedangkan Yon 5 dipimpin oleh Abdullah Abas dengan markasnya di Mundu. Yon 5 dipimpin oleh Sumarjo dan markasnya di Arjawinangun.
Dalam aksi militernya yang pertama (21 Juli 1947), serdadu Belanda masuk ke Cirebon. Karena pertimbangan memusatkan kekuatan untuk menghadapi musuh, pasukan Hizbullah Cirebon dijadikan 2 batalyon saja. Yaitu Yon 4 yang nantinya dinamakan Yon Singalodra yang dipimpin oleh Danu dan Akhmad dengan anggotanya kebanyakan dari Indramayu dan Majalengka. Kemudian Yon gabungan, yaitu Yon 5 dan Yon 6 yang selanjutnya dinamakan Yon Walangsungsang yang dipimpin oleh Rahmat Hasyim.
Disamping pasukan Hizbullah, ada juga pasukan Sabilillah dan pasukan Asbal. Anggota pasukan Sabilillah adalah para sesepuh. Fungsinya juga bukan untuk ikut berperang tapi membangkitkan semangat perang dan mendo'akan keselamatan pasukan Hizbullah. Pasukan Sabilillah juga mendapat julukan "Pasukan Tasbeh" sebab senjata yang utamanya adalah tasbeh. Pasukan Sabilillah Cirebon dipimpin oleh Kyai Murtado, Kyai Ali, Kyai Kholid, dan Kyai Nur. Semboyan pasukan Hizbullah juga dibikin oleh pasukan Sabilillah yaitu "HIDUP MERDEKA, MATI ke SURGA". Dengan semboyan seperti itu, anggota pasukan Hizbullah sangat berani maju ke medan perang dan tidak takut mati dalam peperangan.
Anggota pasukan Asbal adalah anak laki-laki yang berumur 10 tahun ke bawah. Sesudah dilatih dasar-dasar kemiliteran, mereka diamanatkan untuk menjaga kampungnya masing-masing, barangkali ada musuh yang berkeliaran. Jika terlihat ada musuh (serdadu Belanda) akan datang, para anggota pasukan Asbal segera laporan ke pasukan Hizbullah dan memberitahu masyarakat agar bersiap siaga menghadapinya.
Langkahnya yang pertama kali adalah mengadakan latihan kemiliteran yang dipimpin oleh tentara Jepang di Cibarusah, Bogor. Lamanya tiga bulan dari tanggal 28 Februari sampai dengan 20 Mei 1945. Ada 500 orang anggota Hizbullah yang ikut latihan, diantaranya tiga orang dari Cirebon yaitu Abdullah Abas, Hasyim dan seorang lagi dari Arjawinangun. Merekalah yang menjadi bibit dan pemimpin Hizbullah sesudah Proklamasi Kemerekaan tanggal 17 Agustus 1945.
Akan tetapi, tujuan Hizbullah yang sesungguhnya tercium oleh tentara Jepang. Yang tadinya dijanjikan akan diberi persenjataan setelah pelatihan jadi tidak terlaksana. Hizbullah dianggap bahaya oleh tentara Jepang. Begitu pula latihannya, yang tadinya akan diadakan beberapa kali jadinya hanya sekali-kalinya.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Hizbullah berdiri lagi. Yang menjadi dasarnya keinginan agar tidak dijajah lagi oleh bangsa asing. Suatu kemerdekaan yang sejati. Sarananya adalah partai politik yang pada waktu itu bermunculan berdasarkan Maklumat Wakil Presiden Nomer X tanggal 3 November 1945. Hizbullah berinduk ke Partai Masyumi yang dasar dan jiwanya Islam.
Pasukan Hizbullah pertamakali didirikan di Surabaya dipimpin oleh Busalik. Lalu di Sulawesi, Jawa Tengah (pimpinan Bakrin) dan Jawa Barat yang dipimpin oleh Agus Abdullah. Setiap wilayah membangun satu divisi pasukan Hizbullah.
Berdirinya Hizbullah di Cirebon dibidani oleh Kyai Abas yang memimpin Pesantren Buntet di Kecamatan Astana Japura. Oleh sebab itu, pasukan Hizbullah di daerah Cirebon oleh Belanda terkadang disebut tentara Kyai Abas. Di Kecamatan Astana Japura dikumpulkan pemuda dari tiap desa paling sedikit seorang. Hingga bisa dibangun pasukan Hizbullah satu batalyon. Yang terpilih menjadi Komandan Batalyon (Danyon) yaitu Kyai Hasyim Anwar.
Memang pesantren menjadi sumber anggota pasukan Hizbullah, terutama dari pesantren-pesantren Buntet, Gedongan, Babakan Ciwaringin, Parerante, Arjawinangun, Babakan, Segeran, Kaplongan.
Di wilayah Cirebon bisa dibangun 3 batalyon pasukan Hizbullah, yaitu Yon 4, Yon 5 dan Yon 6. Abdullah Abas diangkat sebagai Kepala Staffnya dengan pangkat Letnan Kolonel. Yon 4 dipimpin oleh Danu dengan markasnya di Indramayu. Sedangkan Yon 5 dipimpin oleh Abdullah Abas dengan markasnya di Mundu. Yon 5 dipimpin oleh Sumarjo dan markasnya di Arjawinangun.
Dalam aksi militernya yang pertama (21 Juli 1947), serdadu Belanda masuk ke Cirebon. Karena pertimbangan memusatkan kekuatan untuk menghadapi musuh, pasukan Hizbullah Cirebon dijadikan 2 batalyon saja. Yaitu Yon 4 yang nantinya dinamakan Yon Singalodra yang dipimpin oleh Danu dan Akhmad dengan anggotanya kebanyakan dari Indramayu dan Majalengka. Kemudian Yon gabungan, yaitu Yon 5 dan Yon 6 yang selanjutnya dinamakan Yon Walangsungsang yang dipimpin oleh Rahmat Hasyim.
Disamping pasukan Hizbullah, ada juga pasukan Sabilillah dan pasukan Asbal. Anggota pasukan Sabilillah adalah para sesepuh. Fungsinya juga bukan untuk ikut berperang tapi membangkitkan semangat perang dan mendo'akan keselamatan pasukan Hizbullah. Pasukan Sabilillah juga mendapat julukan "Pasukan Tasbeh" sebab senjata yang utamanya adalah tasbeh. Pasukan Sabilillah Cirebon dipimpin oleh Kyai Murtado, Kyai Ali, Kyai Kholid, dan Kyai Nur. Semboyan pasukan Hizbullah juga dibikin oleh pasukan Sabilillah yaitu "HIDUP MERDEKA, MATI ke SURGA". Dengan semboyan seperti itu, anggota pasukan Hizbullah sangat berani maju ke medan perang dan tidak takut mati dalam peperangan.
Anggota pasukan Asbal adalah anak laki-laki yang berumur 10 tahun ke bawah. Sesudah dilatih dasar-dasar kemiliteran, mereka diamanatkan untuk menjaga kampungnya masing-masing, barangkali ada musuh yang berkeliaran. Jika terlihat ada musuh (serdadu Belanda) akan datang, para anggota pasukan Asbal segera laporan ke pasukan Hizbullah dan memberitahu masyarakat agar bersiap siaga menghadapinya.
Bekal sehari-hari
pasukan Hizbullah kebanyakan dari bantuan rakyat, tapi bantuan dari
pemerintah daerah juga ada, terutama pada saat Cirebon dipimpin oleh
residen Hamzah dan bupati Sidik. Bantuan logistik yang utamanya adalah
hasil tani seperti padi, beras, bawang dan waluh kalau sedang musimnya.
Bantuan dikumpulkan terlebih dahulu di Dapur Umum, baru dibagikan ke
tempat-tempat pos pasukan berupa makanan yang sudah dimasak atau berupa
bahan mentah.
Sedangkan baju dan senjata seperti bedil diperoleh secara bertahap karena hasil rampasan dari serdadu Belanda. Sempat juga mendapat bantuan dari tentara kita (TKR) dan membeli baju dari Tegal. Hasil rampasan dari serdadu Belanda pernah berupa pakaian satu truk dan dari serdadu Gurkha (muslim) Muhammadin diberi 12 pucuk bedil. Dengan demikian baju dan senjata pasukan Hizbullah beraneka macam dan tidak seragam.
Karena sering kali terjadi bentrok dengan pasukan musuh setelah serdadu Belanda bergerak ke Cirebon dalam aksi militer yang pertama, maka sejak itu markas pasukan Hizbullah tidak menetap di satu tempat tapi berpindah-pindah sesuai dengan strategi perang gerilya. Agar kekuatan Hizbullah tidak bertumpuk di satu tempat sedangkan di tempat lain kosong, daerah kekuasaannya dibagi-bagi. Pasukan Yon Walangsungsang membawahi daerah sebelah utara jalan raya Bandung - Cirebon sampai ke perbatasan daerah Sumedang. Yon Wiralodra menguasai daerah Cirebon sebelah utara dan Indramayu. Sedangkan daerah sebelah selatan jalan raya Cirebon - Bandung sampai Kuningan ada dalam kekuasaan TNI pimpinan Mahmud Pasha. Selain daripada itu, pasukan Hizbullah menyusun daerah pertahanan di beberapa tempat, diantaranya di Plered (Cirebon Barat) dan Maneungteung (Cirebon Tenggara).
Perang berkecamuk antara pasukan Hizbullah dan serdadu Belanda sudah tak terhitung banyaknya. Bahkan hampir tiap hari terjadi pertempuran. Sempat juga perang tiga kali sehari. Suatu saat anggota pasukan Hizbullah yang mati syahid ada 18 orang. Dalam waktu yang lain yang mati syahid mencapai 37 orang. Ada kalanya pasukan Hizbullah yang menyerbu terlebih dahulu ke tempat pertahanan atau markas Belanda, diantaranya di Sindanglaut, Arjawinangun, Jatibarang, Karang Ampel, Cirebon Utara. Ada kalanya juga serdadu Belanda yang menyerang terlebih dahulu ke pasukan Hizbullah seperti di Maneungteung, Kalimati, Segeran (Indramayu). Perang yang terhitung dahsyat diantaranya di Kalimati, Ujung Semi, Segeran, Astana Japura, Sindanglaut dan Maneungteung.
Perang yang berkecamuk di Maneungteung umpamanya, dimulai oleh serangan serdadu Belanda lebih dahulu. Maneungteung tepatnya di perbatasan Cirebon - Kuningan di tepi sungai Cisanggarung dan dilewati oleh jalan raya Ciledug - Kuningan yang menanjak. Pasukan TNI dan Hizbullah meladeni serangan tersebut sehingga terjadi perang yang sangat seru. Korbannya terhitung banyak, baik itu korban Syahid maupun luka parah, baik dari pihak musuh maupun dari pihak kita. Ada beberapa orang anggota pasukan Hizbullah yang gugur dan 4 orang luka parah yaitu Zaeni Dahlan, Soleh, Anas dan Rahmat Hamim. Dari pasukan TNI ada satu orang yang luka parah yaitu Mawardi.
Pada saat terjadinya perundingan Linggajati pun ada sekompi pasukan Hizbullah yang ikut menjaga keamanan di daerah Lingga Jati (Kuningan) sebagai tempat pertemuan utusan Indonesia yang dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan utusan Belanda yang dipimpin oleh Prof. Schermerhorn untuk menyelesaikan persengketaan.
Karena kebijakan pemerintah Republik Indonesia, laskar-laskar perjuangan, termasuk Hizbullah diintegrasikan ke Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ada 2 batalyon Hizbullah Cirebon yang bergabung ke Resimen Tentara Perjuangan (RTP) yang seterusnya sebagian menjadi tentara bergabung dengan pasukan TNI pimpinan Mahmud Pasha. Sebagian lagi kembali menjadi rakyat sipil (1948). Sejak itu, Hizbullah Cirebon tidak ada lagi.....
Sumber : Catatan Facebook Ikhwanul Falah
Sedangkan baju dan senjata seperti bedil diperoleh secara bertahap karena hasil rampasan dari serdadu Belanda. Sempat juga mendapat bantuan dari tentara kita (TKR) dan membeli baju dari Tegal. Hasil rampasan dari serdadu Belanda pernah berupa pakaian satu truk dan dari serdadu Gurkha (muslim) Muhammadin diberi 12 pucuk bedil. Dengan demikian baju dan senjata pasukan Hizbullah beraneka macam dan tidak seragam.
Karena sering kali terjadi bentrok dengan pasukan musuh setelah serdadu Belanda bergerak ke Cirebon dalam aksi militer yang pertama, maka sejak itu markas pasukan Hizbullah tidak menetap di satu tempat tapi berpindah-pindah sesuai dengan strategi perang gerilya. Agar kekuatan Hizbullah tidak bertumpuk di satu tempat sedangkan di tempat lain kosong, daerah kekuasaannya dibagi-bagi. Pasukan Yon Walangsungsang membawahi daerah sebelah utara jalan raya Bandung - Cirebon sampai ke perbatasan daerah Sumedang. Yon Wiralodra menguasai daerah Cirebon sebelah utara dan Indramayu. Sedangkan daerah sebelah selatan jalan raya Cirebon - Bandung sampai Kuningan ada dalam kekuasaan TNI pimpinan Mahmud Pasha. Selain daripada itu, pasukan Hizbullah menyusun daerah pertahanan di beberapa tempat, diantaranya di Plered (Cirebon Barat) dan Maneungteung (Cirebon Tenggara).
Perang berkecamuk antara pasukan Hizbullah dan serdadu Belanda sudah tak terhitung banyaknya. Bahkan hampir tiap hari terjadi pertempuran. Sempat juga perang tiga kali sehari. Suatu saat anggota pasukan Hizbullah yang mati syahid ada 18 orang. Dalam waktu yang lain yang mati syahid mencapai 37 orang. Ada kalanya pasukan Hizbullah yang menyerbu terlebih dahulu ke tempat pertahanan atau markas Belanda, diantaranya di Sindanglaut, Arjawinangun, Jatibarang, Karang Ampel, Cirebon Utara. Ada kalanya juga serdadu Belanda yang menyerang terlebih dahulu ke pasukan Hizbullah seperti di Maneungteung, Kalimati, Segeran (Indramayu). Perang yang terhitung dahsyat diantaranya di Kalimati, Ujung Semi, Segeran, Astana Japura, Sindanglaut dan Maneungteung.
Perang yang berkecamuk di Maneungteung umpamanya, dimulai oleh serangan serdadu Belanda lebih dahulu. Maneungteung tepatnya di perbatasan Cirebon - Kuningan di tepi sungai Cisanggarung dan dilewati oleh jalan raya Ciledug - Kuningan yang menanjak. Pasukan TNI dan Hizbullah meladeni serangan tersebut sehingga terjadi perang yang sangat seru. Korbannya terhitung banyak, baik itu korban Syahid maupun luka parah, baik dari pihak musuh maupun dari pihak kita. Ada beberapa orang anggota pasukan Hizbullah yang gugur dan 4 orang luka parah yaitu Zaeni Dahlan, Soleh, Anas dan Rahmat Hamim. Dari pasukan TNI ada satu orang yang luka parah yaitu Mawardi.
Pada saat terjadinya perundingan Linggajati pun ada sekompi pasukan Hizbullah yang ikut menjaga keamanan di daerah Lingga Jati (Kuningan) sebagai tempat pertemuan utusan Indonesia yang dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan utusan Belanda yang dipimpin oleh Prof. Schermerhorn untuk menyelesaikan persengketaan.
Karena kebijakan pemerintah Republik Indonesia, laskar-laskar perjuangan, termasuk Hizbullah diintegrasikan ke Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ada 2 batalyon Hizbullah Cirebon yang bergabung ke Resimen Tentara Perjuangan (RTP) yang seterusnya sebagian menjadi tentara bergabung dengan pasukan TNI pimpinan Mahmud Pasha. Sebagian lagi kembali menjadi rakyat sipil (1948). Sejak itu, Hizbullah Cirebon tidak ada lagi.....
Sumber : Catatan Facebook Ikhwanul Falah