Legenda : DESA JANGGA KECAMATAN LOSARANG
21 April 2013
Kata Jangga diambil dari perkataan Tugel Janggane, yaitu ketika terjadi peristiwa tempat putusnya kepala Nyi Siti Sopiah yang terjadi konon ketika perang Dermayu dengan Sumedang, .
Prajurit Sumedang yang kalah perang dengan pasukan Indramayu pulangnya berbuat onar dan membalas dendam, mereka disepanjang jalan yang kebetulan mereka lalui dan bila kebetulan mendapatkan wanita yang cantik, mereka rebut dan dibawa ke Sumedang untuk dijadikan istrinya.
Diantaranya ada seorang wanita cantik keturunan tionghio turut dibawa, orang tua gadis tersebut meminta tolong kepada seorang yang berkuasa didaerah ini yaitu Ki Campuh.
Dengan kesaktiannya Ki Campuh, putri turunan tionghoa tadi dapat direbut dan dikembalikan pada orangtuanya.
Ada lagi wanita pelarian dari Bugis yang bernama Siti Sopiah turut dibawa, tetapi karena ia seorang wanita ksatria, ia melawan dengan sekuat tenaga sehingga prajurit Sumedang kewalahan namun akhirnya Siti Sopiah menyerah dan dihukum dengan cara tubuhnya ditarik kekanan dan kekiri, sampai putus lehernya atau tugel janggane. Jasadnya dimakamkan dan dikenal dengan nama Buyut Simpruk.
Dari kejadian Siti Sopiah sekarang menjadi sifat dan itikad masyarakat Jangga, yaitu bila ada orang jahat masuk didaerah Jangga, pasti akan tertangkap oleh penduduk setempat. Penduduk setempat tanpa menunggu perintah pimpinannya atau kepalanya bersama – sama menangkap penjahat atau musuh yang kebetulan berbuat ditempat ini.
Di desa Jangga ada tempat peninggalan jaman dahulu yang sekarang masih ada yaitu bekas kantor Belanda yang mengurus Rumah Sakit Hewan.
Sementara di kampung Karanganyar dahulunya ada balai musyawarah dan sumur keramat berbentuk segi empat dan jambangan besar tempat mandi Nyi Muntar isteri Ki Muhtar, yang konon merupakan surau atau masjid yang pertama di Losarang.
Sumur keramat berbentuk segi empat ini adalah peninggalan Ki Muntar dahulunya tempat mengobati orang yang sakit panas, atau orang yang sakit mata.
Dahulu bagunan balai desa Jangga marerial batu bata merahnya diberi gambar wayang sekotak, diatas balai desa Jangga juga masih ada buku lama dengan paku Masjid Agung yang panjang berbentuk segi empat.
Dahulu bagunan balai desa Jangga marerial batu bata merahnya diberi gambar wayang sekotak, diatas balai desa Jangga juga masih ada buku lama dengan paku Masjid Agung yang panjang berbentuk segi empat.