MISTERI TELAGASARI KERANGKENG
22 Februari 2018
Telagasari |
Didesa Kerangkeng, kecamatan Krangkeng terdapat sebuah telaga yang bernama Telagasari. Sebuah telaga yang airnya sudah keruh, disisinya sudah di kasih pondasi batu dan disemen.
Tidak jauh dari telaga terdapat menara air bekas bangunan di jaman Belanda. Bekas bangunan yang semestinya dilindungi sebagai warisan sejarah ini makin terhimpit oleh rumah-rumah warga. Bisa jadi dahulu lokasi ini adalah komplek tempat penyulingan air bersih karena daerah Kerangkeng terkenal sangat sulit mencari air bersih. Terlepas dari fungsinya sebagai penampung air, telaga ini memiliki kisah menarik yang muncul dari kisah verbal masyarakat setempat. Sebuah telaga yang melegenda. Sebagaimana lazimnya cerita rakyat di Indramayu maka kisah itu selalu banyak versi dan banyak unsur kiasan dan gambaran yang diluar akal.
Tidak jauh dari telaga terdapat menara air bekas bangunan di jaman Belanda. Bekas bangunan yang semestinya dilindungi sebagai warisan sejarah ini makin terhimpit oleh rumah-rumah warga. Bisa jadi dahulu lokasi ini adalah komplek tempat penyulingan air bersih karena daerah Kerangkeng terkenal sangat sulit mencari air bersih. Terlepas dari fungsinya sebagai penampung air, telaga ini memiliki kisah menarik yang muncul dari kisah verbal masyarakat setempat. Sebuah telaga yang melegenda. Sebagaimana lazimnya cerita rakyat di Indramayu maka kisah itu selalu banyak versi dan banyak unsur kiasan dan gambaran yang diluar akal.
Berikut kisah Telagasari dengan beragam versinya :
Konon dahulu kala Jayasena dan raja Arimba berperang tanding, dalam peperangan ini timbul bekas sebuah telaga yang kini bernama Telagasari.
Versi berikutnya, telaga ini adalah tempat sayembara menyelam antara Nyi Gede Krangkeng dan Ki Gede Bungko yang terkenal itu.
Namun versi lain juga muncul, konon ketika Cirebon mengalami kekeringan dan berbagai macam hajat, suatu ketika Ki Luber ingin mengambil air di telaga ini sedangkan Ki Suramadi mengambil ikannya, namun di tengah perjalanan rombongan mereka dihadang oleh Raden Malanggana yang merupakan penjelmaan Deleng Serenggi dan terjadi pertempuran, singkat cerita Raden Malanggana dapat mengalahkan Ki Luber dan Ki Suramadi.
Ki Luber dan Ki Suramadi yang tidak mampu mengalahkan Raden Malanggana meminta bantuan kepada Ki Lokawi untuk melawan Raden Malanggana, Raden Malanggana pun kalah oleh Ki Lokawi.
Atas permintaan Ki Luber dan Ki Suramadi, Ki Lokawi pun mnguras dan membuang air daei telaga tetapi ketika telaga belum kering hari sudah malam dan pekerjaan pun dihentikan.
Konon dahulu kala Jayasena dan raja Arimba berperang tanding, dalam peperangan ini timbul bekas sebuah telaga yang kini bernama Telagasari.
Versi berikutnya, telaga ini adalah tempat sayembara menyelam antara Nyi Gede Krangkeng dan Ki Gede Bungko yang terkenal itu.
Namun versi lain juga muncul, konon ketika Cirebon mengalami kekeringan dan berbagai macam hajat, suatu ketika Ki Luber ingin mengambil air di telaga ini sedangkan Ki Suramadi mengambil ikannya, namun di tengah perjalanan rombongan mereka dihadang oleh Raden Malanggana yang merupakan penjelmaan Deleng Serenggi dan terjadi pertempuran, singkat cerita Raden Malanggana dapat mengalahkan Ki Luber dan Ki Suramadi.
Ki Luber dan Ki Suramadi yang tidak mampu mengalahkan Raden Malanggana meminta bantuan kepada Ki Lokawi untuk melawan Raden Malanggana, Raden Malanggana pun kalah oleh Ki Lokawi.
Atas permintaan Ki Luber dan Ki Suramadi, Ki Lokawi pun mnguras dan membuang air daei telaga tetapi ketika telaga belum kering hari sudah malam dan pekerjaan pun dihentikan.
Di tengah malam, istri Deleg Serenggi menangis menumpahkan keprihatinan melihat telaga dikeringkan oleh Ki Lokawi, isteri Deleg Serenggi memanjatkan do’a meminta hujan,
Ki Lokawi mendengarkan tangisan dan doa isteri Deleg Serenggi, Ki Lokawi pun luluh dan ikut pula berdoa agar segera turun hujan, doa mereka terkabul dan terjadilah hujan lebat sehingga telaga kembali berair.
Sampai sekarang jika terjadi kemarau panjang masyarakat setempat dan sekitarnya melakukan ritual memanjatkan do’a minta hujan disekitar makam Ki Lokawi.
Sampai sekarang jika terjadi kemarau panjang masyarakat setempat dan sekitarnya melakukan ritual memanjatkan do’a minta hujan disekitar makam Ki Lokawi.
(Dari berbagai Sumber)