MASA DEPAN INDRAMAYU ADALAH PERTANIAN

Penulis : Yahya Ansori

Senang sekali melihat banyak sekali jaringan irigasi kabupaten Indramayu dikerjakan secara serius tahun ini, proyek multi year ini bernilai  trilyunan. 

Masa depan pertanian Indramayu akan cerah setelah jalur irigasi dibuat semakin baik. Opini saya yang diterbitkan di sebuah media tahun lalu, hari ini akan berbuah manis.

Menulis tentu saja bisa membahayakan penulisnya, tapi tak mengapa namanya juga berjuang tentu harus rela berkorban. Bagi yang punya uang tentu bisa berkontribusi dengan hartanya. Karena uang tak ada mungkin sebatas tulisanlah yang paling mungkin saya bisa. 

Pesawahan menjelang panen di Cikedung tahun 2022 (Foto : Soeyana)

Soal ketersediaan air sudah saya tulis di Facebook lama sekali, lebih dari 5 tahun yang lalu. 

Diskursus soal air saya lempar yang kadang direspon sinis oleh penguasa. Saya tidak begitu tertarik ketika banyak yang membahas diskursus sungai Cimanuk dengan bahasa-bahasa mistik Arya Wiralodra. 

Saya selalu terusik ketika memandang bendungan Karet dengan volume air yang begitu besar mengalir saja ke laut dengan percuma, tanpa ada inisiasi menyimpannya sementara di wilayah Indramayu yang sangat luas. 

Indramayu adalah lumbung pangan dunia yang daerah pertaniannya banyak mengalami kekeringan di musim kemarau, dan kebanjiran ketika musim hujan. Begitu terus berulang.

Minggu-minggu ini saya bahagia sekali BUMN sekelas WIKA dan lain-lain, memodernisir saluran irigasi pertanian kita.  Mungkin dua tahun ke depan, setelah semua irigasi di kabupaten Indramayu semakin baik, dipastikan daerah ini makin makmur. Semakin petani sejahtera semakin banyak uang beredar di Indramayu. 

Modernisasi saluran irigasi Kali Pasir Angin Cikedung (Foto : Soeyana)

Selain persoalan air yang penting, pemerintah daerah juga perlu memikirkan terlalu banyaknya lahan yang tidak produktif. Lahan tersebut dibiarkan begitu saja. Bisa jadi yang menguasai lahan sibuk berbisnis di luar pertanian sehingga lahan dibiarkan begitu saja. Padahal banyak buruh tani yang tak punya lahan dan membutuhkan pekerjaan. Kalau kaum marhaen dibiarkan terus, mereka bisa terdorong untuk merebut lahan nganggur tersebut. Hal-hal di luar kendali bisa saja terjadi. 

Keadilan itu tidak boleh diperebutkan di sawah, di perkebunan, di empang dan sebagainya. Perlu kehadiran mereka yang ahli dalam penentuan kebijakan, untuk bertindak secara bijak. 

Mereka yang dibayar rakyat untuk memikirkan hal-hal keseharian yang masih menjadi keluhan rakyat.

Artikel ini pernah diterbitkan di:

https://jabar.nu.or.id/opini/masa-depan-kita-adalah-pertanian-oYEGu

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel