Belajar Dari Negeri Komunis

Saya bukanlah pengikut komunis, namun kisah Negeri Komunis tirai bambu ternyata banyak menarik perhatian dunia, dimulai dengan kejayaan dan kehancuran dinasti dari masa-kemasa.

Hingga ada yang menarik ketika kisah tokoh centris utama saat tahun 1970'an dibacakan, dia adalah Deng Xiaoping, seorang tokoh revolusi utama saat perang dingin dan menjadi presiden kontroversial, karena memilih kebijakan perubahan sistem ekonomi dan tata kelola negara yang berseberangan dengan banyak pengikutnya, namun tidak dipungkiri bahwa langkahnya selalu disegani oleh kawan dan lawan, karena mampu menegakan negri tiongkok seperti saat ini.

Deng Xiaoping berhasil menggantikan seniornya yaitu Mao Zedong dan
terpilih sebagai Presiden China, dari Partai Komunis Tiongkok serta menjadi pemimpin tertinggi Republik Rakyat Tiongkok sejak kurun dasawarsa 1970-an sampai dengan awal dasawarsa 1990-an.

Salah satu yang menarik waktu itu adalah ketika Deng Xiaoping terbang ke Amerika Serikat (AS), dan kepergiannya dianggap tabu karena dilakukan saat tengah perang dingin terjadi, maka lawatannya tersebut dianggap kontroversi bagi kawan dan lawan politiknya.

Deng Xiao Ping tidak peduli atas kontrivesinya itu, kalau di Indonesia mungkin mirip dengan tokoh pluralisme nasional yaitu Gusdur, karena setelah terpilih sebagai presiden, Gusdur melakukan lawatan keberbagai negara, termasuk ke negeri para atheis dan yahudi, namun langkahnya justru berhasil dan membuat bungkam sebagian besar lawan politiknya hari ini.

Terlepas dari cocoklogi teori politik Gusdur dan Deng Xiaoping, ternyata hal menarik lainnya yang dilakukan Deng Xiaoping adalah ketika tiba di AS, dirinya tidak banyak melakukan agenda politik, bahkan kabar kesengsaraan rakyat tiongkok saat itu tidak diagendakan untuk meminta bantuan hutang, seperti yang telah rutin Indonesia lakukan pada negara-negara adidaya.

Lawatan Deng Xiaoping ke AS justru hanya bertujuan ingin melihat sebuah negara yang menang pada perang dunia ke dua, yang akhirnya menjadi negara adidaya dalam bidang teknologi dan ekonomi.

Dari pengamatannya secara langsung, Deng Xiaoping mendapat inspirasi tentang apa yang harus ditiru China dari negara adidaya AS.

Setelah pulang dari AS, Deng Xiaoping berkeliling China, lalu blusukan keberbagai kota-kota kumuh seperti apa yang dilakukan oleh Jokowi dan para calon pegiat politik lima tahunan.

Dalam setiap pidatonya, Deng Xiaoping bertekad agar Cina dapat membangun infrastruktur, serta semua kota harus terhubung satu sama lain, baik melalui jalan darat, udara, dan pelabuhan laut pun harus terintegrasi pada seluruh kepentingan ekonomi rakyat.

Deng Xiaoping bertekad membangun infrastruktur dan pendidikan harus berjalan beriringan, serta harus melahirkan generasi kreatif, bukan generasi hapalan dan dogmatis.

Secara tidak langsung, Deng Xiaoping menekankan adanya perubahan dalam metodelogi membangun, dari komunis bermetamorfisis ke kapitalis. hal ini bisa disebut sebagai “Emansipasi ekonomi Kerakyatan, sehingga rakyat harus berjalan didepan, sedangkan negara berada di belakang.

Bisa dibayangkan, saat itu ketika Deng Siaoping berkuasa, kas negara dalam keadaan kosong (Tidak Stabil), pertumbuhan ekonomi mandheg, SDM rakyat China sampai pada titik terendah, karena banyaknya lulusan perguruan tinggi gugur dalam kamp kerja paksa semasa revolusi kebudayaan.

Tetapi Deng Xiaoping sangat paham, bahwa modal China sesungguhnya adalah kemerdekaan individu, kebebasan ekonomi bagi setiap orang dan reformasi Deng Siaoping mampu memberikan kebebasan tersebut. Secara tidak langsung, Deng Siaoping berdagang dengan rakyat "Negara memberikan kebebasan, tetapi rakyat harus bayar kepada negara, bayarnya bisa melalui kerja atau pajak untuk devisa negara".
Saat itu China membangun tidak dari utang ke negara lain, tetapi meningkatkan pajak petani sampai dua kali lipat.

Deng Xiaoping juga membayar upah buruh dengan murah, dan pada waktu bersamaan dia menghapus semua subsidi sosial.

Dari situlah negara memiliki uang untuk membangun infrastruktur.

Lalu apakah perubahan itu mulus.?
Jawabannya adalah...? Tidak.

Secara tidak langsung, banyak kawan politik Deng Xiaoping yang tidak setuju, bahkan hampir setiap hari para mahasiswa berdiskusi di ruang gelap untuk mencela kebijakan Deng Xiaoping yang mereka sebut tidak berperikemanusiaan, anti demokrasi dan mirip dengan politik romusha jepang.

Kontroversi lainnya adalah ketika dua puluh lima juta PNS (ASN) diberhentikan tanpa pesangon, jutaan Tentara Rakyat (TR) dipaksa untuk jadi pekerja kontruksi, membangun jalan dan bendungan mengikuti para tukang dan buruh bangunan, harga diri militernya dilepaskan demi untuk membangun negara.

Lembaga riset negara di swastakan, semua produk pertanian dibeli dengan harga murah oleh negara, dan pada waktu bersaman dijual keluar negeri, agar negara dapat devisa untuk membeli teknologi dari Eropa dan AS.

China pun mengundang investor asing dengan insentif pajak murah, upah buruh murah, sewa tanah yang murah, dan hak kelola tanah sampai seratus tahun. Sehingga banyak yang bilang "China telah dijual ke asing".

Namun merujuk ulasan Ian Thomson atas buku Christian Caryl, Strange Rebels: 1979 and the Birth of the 21st Century, liberalisasi ekonomi Cina dimulai pada 1979 atau segera setelah Deng Xiaoping naik panggung. Efeknya langsung terasa bahkan dalam hitungan beberapa tahun saja, China langsung melejit dan dapat memakmurkan jutaan penduduk China.

Maka tidak heran, dalam berbagai ulasan media, banyak menyebutkan bahwa Deng Xiaoping adalah pemimpin yang membunuh komunisme China, dan berganti menjadi liberalisasime.

Mobo Gao melalui bukunya, The Battle for China's Past: Mao and the Cultural Revolution (2008), menyampaikan kecurigaan bahwa Deng Xioping bukan murni seorang Marxisme. Ia hanya pejuang yang punya kesadaran nasionalis serta menginginkan Cina bisa berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kebetulan di masa itu, komunisme menjadi gerakan paling potensial untuk merebut kekuasaan, sehingga ia menceburkan diri didalamnya.

Gerakan perubahan dihentakkan sangat keras oleh Deng Xiaoping dan rakyat China dipaksa berubah, sehingga mereka tidak punya pilihan dan jalan lain, kecuali mengikuti jalan perubahan yang telah disediakan oleh pemerintah. Jalan tersebut memaksa semua orang harus berkompetisi dan membuat semua orang harus bekerja keras untuk kemakmuran dan kehormatan keluarganya.

Setelah beberapa dekade, akhirnya China secara gemilang berhasil melewati perubahan, kini China menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor dua di dunia, dan mungkin tidak lama lagi akan menjadi nomor satu melewati negera adidaya lainnya.

Seiring kemajuan China, pajak petani telah dihapus, pajak perusahaan di China diturunkan, dan pajak PMA dinaikkan, maka tidak terasa, sejak tahun 2006 atau dalam kurun dua belas tahun saja, China telah menaikan upah buruh empat ratus persen, sehingga negara telah menunaikan janji Deng Xioping setelah melalui pejuangan sejak 1970'an tahun lalu.

Saya bangga dapat membaca pengorbanan Deng Xiaoping dan rakyat China, seperti saya bangga terhadap perjuangan rakyat Indonesia saat mengambil alih kemerdekaan.

Sudah seharusnya kita juga sebagai generasi milenial Indonesia dapat memaknai penyediakan infrastruktur dari pemerintah dijadikan sebagai peluang ekonomi terbuka bagi semua masyarakat dan dijadikan jalan keadilan ekonomi kerakyatan.

China telah membangun puluhah ribu kilo meter jalan, orang kaya baru terus meningkat, jumlah kelas menengah bertambah, pembangunan terjadi di seluruh China dan dapat membangun jutaan rumah serta property yang berdaya guna bagi masayarakat.

Kini rakyat China telah bermetamorfosis menjadi masyarakat kapitalis, tetapi Deng Xiaoping tetaplah seorang sosialis.

Deng sendiri tercatat tidak memiliki rumah pribadi dan meninggal tanpa harta harta benda duniawi yang berarti.

Jika China yang dikenal sebagai negeri komunis, bersama rakyatnya mampu membangun negara dengan hasil yang baik, maka Indonesia seharusnya melalui pemerintah dan rakyatnya dapat jauh lebih baik dalam membangun negara yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Penulis : Abdul Azis
Anggota Pergunu Indramayu

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel