INSYA ALLAH
18 Maret 2022
Pada zaman Kanjeng Nabi Muhammad saw, An-Nadhr bin Al-Harits dan Uqbah bin Abiy Mu’ith diutus oleh orang Quraisy untuk bertanya tentang kenabian Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada para pendeta Yahudi Madinah. Oleh para pendeta Yahudi, kedua orang Quraisy tadi disuruh menguji Kanjeng Nabi Muhammad saw dengan tiga pertanyaan. Pertama : ajukan pertanyaan tentang cerita ash-habul kahfi. Kedua : ajukan pertanyaan tentang cerita Dzul Qarnain. Ketiga : ajukan pertanyaan tentang ruh.
Kemudian berangkatlah An-Nadhr bin Al-Harits dan Uqbah bin Abiy Mu’ith menemui Kanjeng Nabi Muhammad saw dan mengajukan tiga pertanyaan di atas pada beliau.
Mendapat tiga pertanyaan dari dua orang Quraisy tadi, Rasulullah saw langsung menjawab, “ Baiklah, datanglah besok pagi, agar Aku dapat menjawab, soal-soal yang kalian tanyakan itu”. Kanjeng Nabi Muhammad saw menjawabnya dengan tidak menyertakan kalimat INSYA ALLAH. Setelah mendapat penjelasan dari Kanjeng Nabi, pulanglah dua orang utusan Quraisy itu.
Besoknya, Kanjeng Nabi Muhammad menunggu wahyu sampai lima belas malam lamanya, bahkan Jibril pun tidak kunjung datang kepadanya, sehingga orang-orang Mekkah goyah imannya, dan Kanjeng Nabi Muhammad saw pun merasa sedih karena hal ini, dan beliau tidak tahu apa yang harus dia katakan pada orang-orang Quraisy. Lalu turunlah ayat 6 surat al-Kahfi (18) :
"Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran)".
Kemudian Allah swt menjawab satu per satu pertanyaan orang Quraisy dengan diturunkannya surat Al-Kahfi.
"Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?"
Sampai pada ayat ke 23 dan 24 , Gusti Allah swt menjelaskan tentang janji Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada orang-orang Quraisy dengan tanpa menyebut kalimat INSYA ALLAH.
"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya Aku akan mengerjakan ini besok pagi"
"kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini".
Ayat ini mengajarkan bahwa menyebutkan kalimat INSYA ALLAH adalah salah satu akhlak Muslim, selain itu juga bahwa kalimat INSYA ALLAH menunjukkan bahwa tidak ada yang dapat mengeksekusi keinginan dan kemauan seseorang, kecuali hanya Allah swt yang dapat mengeksekusinya. Ayat ini pun mengisyaratkan bahwa jika lupa menyebut kalimat INSYA ALLAH, haruslah segera menyebutkannya.
Dalam sejumlah kitab-kitab hadits, tercatat satu hadits yang berkaitan dengan kalimat INSYA ALLAH.
Bercerita pada kami Muhammad bin Abbad bin Abiy Umar, dan redaksi pada matan hadits ini adalah redaksi Ibnu Abiy Umar, mereka berkata : Bercerita pada kami Sufyan dari Hisyam bin Hujair dari Thowus dari Abu Hurairah dari Kanjeng Nabi Muhammad saw, beliau berkata : Nabiyullah Sulaiman bin Dawud pernah berkata :
Kemudian berangkatlah An-Nadhr bin Al-Harits dan Uqbah bin Abiy Mu’ith menemui Kanjeng Nabi Muhammad saw dan mengajukan tiga pertanyaan di atas pada beliau.
Mendapat tiga pertanyaan dari dua orang Quraisy tadi, Rasulullah saw langsung menjawab, “ Baiklah, datanglah besok pagi, agar Aku dapat menjawab, soal-soal yang kalian tanyakan itu”. Kanjeng Nabi Muhammad saw menjawabnya dengan tidak menyertakan kalimat INSYA ALLAH. Setelah mendapat penjelasan dari Kanjeng Nabi, pulanglah dua orang utusan Quraisy itu.
Besoknya, Kanjeng Nabi Muhammad menunggu wahyu sampai lima belas malam lamanya, bahkan Jibril pun tidak kunjung datang kepadanya, sehingga orang-orang Mekkah goyah imannya, dan Kanjeng Nabi Muhammad saw pun merasa sedih karena hal ini, dan beliau tidak tahu apa yang harus dia katakan pada orang-orang Quraisy. Lalu turunlah ayat 6 surat al-Kahfi (18) :
فَلَعَلَّكَ بَٰخِعٌ نَّفْسَكَ عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِمْ إِن لَّمْ يُؤْمِنُوا۟ بِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ أَسَفًا
Kemudian Allah swt menjawab satu per satu pertanyaan orang Quraisy dengan diturunkannya surat Al-Kahfi.
أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَٰبَ ٱلْكَهْفِ وَٱلرَّقِيمِ كَانُوا۟ مِنْ ءَايَٰتِنَا عَجَبًا
"Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?"
Sampai pada ayat ke 23 dan 24 , Gusti Allah swt menjelaskan tentang janji Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada orang-orang Quraisy dengan tanpa menyebut kalimat INSYA ALLAH.
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۟ىْءٍ إِنِّى فَاعِلٌ ذَٰلِكَ غَدًا
"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya Aku akan mengerjakan ini besok pagi"
إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَٱذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰٓ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا
"kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini".
Ayat ini mengajarkan bahwa menyebutkan kalimat INSYA ALLAH adalah salah satu akhlak Muslim, selain itu juga bahwa kalimat INSYA ALLAH menunjukkan bahwa tidak ada yang dapat mengeksekusi keinginan dan kemauan seseorang, kecuali hanya Allah swt yang dapat mengeksekusinya. Ayat ini pun mengisyaratkan bahwa jika lupa menyebut kalimat INSYA ALLAH, haruslah segera menyebutkannya.
Dalam sejumlah kitab-kitab hadits, tercatat satu hadits yang berkaitan dengan kalimat INSYA ALLAH.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ وَاللَّفْظُ لِابْنِ أَبِي عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ هِشَامِ بْنِ حُجَيْرٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ نَبِيُّ اللَّهِ لَأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ عَلَى سَبْعِينَ امْرَأَةً كُلُّهُنَّ تَأْتِي بِغُلَامٍ يُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ لَهُ صَاحِبُهُ أَوْ الْمَلَكُ قُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ فَلَمْ يَقُلْ وَنَسِيَ فَلَمْ تَأْتِ وَاحِدَةٌ مِنْ نِسَائِهِ إِلَّا وَاحِدَةٌ جَاءَتْ بِشِقِّ غُلَامٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمْ يَحْنَثْ وَكَانَ دَرَكًا لَهُ فِي حَاجَتِهِ
Bercerita pada kami Muhammad bin Abbad bin Abiy Umar, dan redaksi pada matan hadits ini adalah redaksi Ibnu Abiy Umar, mereka berkata : Bercerita pada kami Sufyan dari Hisyam bin Hujair dari Thowus dari Abu Hurairah dari Kanjeng Nabi Muhammad saw, beliau berkata : Nabiyullah Sulaiman bin Dawud pernah berkata :
Aku akan keliling dalam satu malam untuk tidur bersama dengan 70 (tujuh puluh) istrinya. Semuanya nanti akan hamil, dan melahirkan anak laki-laki semua, dan akan menjadi prajurit perang yang tangguh. Sahabatnya atau malaikat mengingatkan Nabi Sulaiman, ucapkan INSYA ALLAH wahai Sulaiman, dan Nabi Sulaiman tidak mengucapkan kalimat INSYA ALLAH.
Akhirnya, malam itu, Nabi Sulaiman tidak dapat meniduri istrinya sebanyak 70 (tujuh puluh) orang, kecuali hanya satu istri yang berhasil ditidurinya, lalu hamil, dan melahirkan bayi setengah manusia.
Mengakhiri cerita itu, Kanjeng Nabi Muhammad saw bersabda :
Akhirnya, malam itu, Nabi Sulaiman tidak dapat meniduri istrinya sebanyak 70 (tujuh puluh) orang, kecuali hanya satu istri yang berhasil ditidurinya, lalu hamil, dan melahirkan bayi setengah manusia.
Mengakhiri cerita itu, Kanjeng Nabi Muhammad saw bersabda :
“Seandainya Nabi Sulaiman mengucapkan INSYA ALLAH, maka ia tidak melanggar sumpah dan ia akan berhasil memiliki tujuh puluh prajurit yang tangguh”.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Munawir Amin
Indramayu, 15 Sya’ban 1443 H / 18 Maret 2022
Semoga bermanfaat.
Penulis : Munawir Amin
Indramayu, 15 Sya’ban 1443 H / 18 Maret 2022