Kembali Sendiri Lagi
16 Maret 2022
Kemarin aku bertemu dengan orang-orang yang aku rindukan berhari-hari. Mereka adalah adik-adik kandung, bersama anak-anak mereka masing-masing. Di antara mereka ada yang sudah punya cucu. Jumlahnya berbeda-beda. Pertemuan itu mengingatkan pada masa-masa kecil dan remaja saat masih bersama di dalam satu rumah di bawah pelukan kasih ayah dan ibu, dengan seluruh nuansanya yang penuh ceria, bermain bersama atau tangis bersama dan cemburu.
Pertemuan itu indah sekali, penuh derai tawa ria, cengkerama dan canda yang manis, kemesraan yang merekahkan bunga dan tetes air mata bening yang membahagiakan. Rindu yang panjang telah terlunasi. Tubuh-tubuh yang berserakan, yang terpisah-pisah dan yang berjauhan itu telah menyatu kembali bagai dahulu kala, saat masih disatukan dalam sebuah rumah ibu yang bersahaja. Rumah yang kini hanya menjadi kenangan yang indah. Tetapi itu hanya sehari semalam saja. 12.03.2022, saat menghadiri acara pernikahan putri adik. Kini mereka pulang ke rumah masing-masing bersama orang-orang yang mereka cinta.
Mereka akan kembali menyusuri jalan menuju harapan-harapan dan impian-impian mereka.
"Perpisahan itu, lambaian tangan kekasih itu dan pelukan yang terlepas itu selalu menitipkan luka, merenggut relung jiwa dan meneteskan air mata duka".
Kini aku kembali sendiri lagi.
Dan manakala tiba waktunya semuanya kelak akan pulang sendiri-sendiri tanpa kekasih. Segalanya selalu bersama ruang dan waktu yang terbatas. Tak ada yang abadi, tak ada yang langgeng, kecuali Dia.
Hidup nyatanya adalah sebuah siklus yang konsisten. Begitulah semesta selalu dalam dualitas berpasangan: ramai dan sepi, ada dan tiada, suka dan duka, riang dan luka. Bertemu dan Berpisah.
Dalam situasi seperti aku mengingat puisi indah ini:
ان كان قلبك معى فانت بجانبى وان كنت فى أقصى العالم
"Bila hatimu bersamaku, kau ada di sampingku meski tubuhmu ada di ujung dunia.
فان كانت الاجسام منا تباعدت فان المدی بين القلوب قريب
Meski tubuh kita berjauhan Tetapi jarak antara hati kita begitu dekat.
Penulis : KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU