Patriotisme yang diajarkan Hadratusyekh KH. Hasyim Asy'ari
05 April 2022
Meskipun banyak arsip/dokumen Arabian Press Board (APB) yang dibakar NICA, tetapi kisah heroisme perjuangan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari yang ditulis oleh Muhammad Asad Shahab seorang penulis sekaligus pejuang yang dikenal sebagai tokoh penyebar berita Proklamasi RI ke berbagai negara khususnya mesir/timur tengah melalui lembaga kantor berita yang dikelolanya, yakni APB (Arabian Press Board), tergambar sangat jelas dalam bukunya yang berjudul "Al-'Allamah Muhammd Hasyim Asy'ari Wadli'ullubnah Istiqlali Indonesia". (Mahaguru Muhammad Hasyim Asy'ari Peletak Dasar Kemerdekaan Indonesia ).
Berikut sepenggal kisah kesaksian Muhammad Asad Shahab atas apa yang diperjuangkan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari untuk Kemerdekaan Indonesia: Sejarah kehidupan beliau dipenuhi dengan aksi membela tanah air. Perlawanannya terhadap Belanda dengan ucapan dan tindakan begitu santer.
Beliau mengeluarkan sejumlah fatwa anti Belanda, diantaranya: larangan bagi umat Islam untuk bekerja sama dengan Belanda dalam bentuk apapun, larangan menerima bantuan dari Belanda dalam bentuk apapun, dan kewajiban untuk melawan Belanda. Fatwa beliau memiliki pengaruh besar di tengah masyarakat. Pemimpin Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) Jenderal Sudirman dan pemimpin Revolusioner Bung Tomo serta yang lainnya sering berkomunikasi langsung dengan beliau, meminta nasihat-nasihatnya dan meminta petunjuk dengan gagasan dan pemikiran beliau.
Di antara fatwa-fatwa beliau yang membakar api revolusi dan mengguncangkan sendi-sendi kolonialisme Belanda, pernyataannya tentang kewajiban jihad dengan fisik untuk merebut kemerdekaan dari para penjajah. Para pemuda menyambut seruannya, dan bersama ribuan orang ikut bergabung dengan barisan para pejuang. Ribuan orang dari mereka gugur sebagai syuhada, gugur di jalan Allah dan karena Allah.
Sejarah bungkam dan tidak pernah sekalipun menyebut-nyebut mereka. Namun kenyataan tak bisa dibantah, bahwa kemerdekaan berdiri tegak di atas pundak-pundak mereka dan kemerdekaan tidak akan diserahkan tanpa nyawa-nyawa para pejuang Muslim. Ketika Belanda mengalami kekalahan dalam Perang Dunia ke-2, mereka meminta rakyat Indonesia untuk bergabung dengan pasukan Belanda dengan dalih mempertahankan Indonesia dari pendudukan Jepang. Ketika itu Syekh Hasyim Asy’ari menolak dan langsung mengeluarkan fatwa yang terkenal tentang larangan bergabung dengan pasukan Belanda dan bekerja sama dengan mereka dalam bentuk apapun.
Demikianlah Belanda gagal dalam segala upayanya, dan tak lama takluk oleh kekuatan perang Jepang di bulan Maret tahun 1942 M. Pada Masa Pendudukan Jepang Keadaan Syekh Hasyim Asy’ari ketika Jepang menguasai dan menduduki Indonesia tidak lebih baik dari masa penjajahan Belanda. Beliau ditangkap dan dijebloskan ke penjara.
Jepang khawatir dengan beliau karena memiliki pendukung yang banyak dan pengaruh yang besar bagi kaumnya. Agar tidak terjadi pembangkangan kepada Jepang, segera saja beliau dijegal dan ditangkap. Tetapi, ketika Jepang melihat respons dan perlawanan umat Islam atas penangkapan beliau, dan tuntutan mereka agar Syekh Hasyim Asy’ari dilepaskan, pihak Jepang pun gelisah dengan adanya dukungan dari umat Islam, terlebih setelah mengetahui bahwa sosoknya adalah pejuang yang keras melawan kolonialisme Belanda, maka dengan terpaksa Jepang membebaskan beliau pada tanggal 18 Agustus 1942 M, setelah mendekam dalam penjara selama kurang lebih 6 bulan.
Kemudian pihak Jepang menawarkan berbagai jabatan kepada beliau untuk mengepalai jabatan urusan agama, tapi ia menolak. Perlawanan Bersenjata Beliau membentuk laskar-laskar pemuda untuk dilatih secara militer dengan pola baru dan menggunakan senjata dan merekrut mereka sebagai pelapis militer untuk merebut kemerdekaan dengan kekuatan senjata. Beliau membentuk laskar Hizbullah untuk para pemuda dengan slogan.
الا ان حزب الله هم الغالبون
“Ingatlah bahwa golongan Allah-lah yang akan menang,” dan laskar Sabilillah, yang kebanyakan dari para orang tua, lelaki dewasa dan wanita dewasa, dengan membawa slogan.
ومن يجاهد في سبيل الله
“Mereka yang berjuang di jalan Allah,” Dan laskar lain dengan nama Mujahidin, mereka menyerupai pasukan elit yang tidak takut mati dengan membawa slogan
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
“Mereka yang berjuang di jalan-Ku, Aku tunjukkan mereka jalan-jalan-Ku.”
Orang-orang yang bergabung dengan laskar-laskar ini mencapai puluhan ribu dari seantero penjuru Indonesia. Laskar-laskar ini melakukan kerja-kerja besar dalam perang kemerdekaan melawan penjajahan Belanda.
Penulis : Muhammad Taufik Anwari, Lesbumi PCNU Kabupaten Bandung
Sumber: https://jabar.nu.or.id/sejarah/sepenggal-kisah-patriotisme-hadratussyekh-kh-hasyim-asy-ari-0OA6d
Sumber: https://jabar.nu.or.id/sejarah/sepenggal-kisah-patriotisme-hadratussyekh-kh-hasyim-asy-ari-0OA6d