Hidup di Kampung dan Tantangannya
" Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung", pribahasa tadi mengisyaratkan bahwa bagi seseorang yang hidup di daerah yang disinggahi atau tempati harus mengedepankan, menghormati adat istiadat, budaya yang berlaku di lingkungan masyarakat.
Sebagai bahan refleksi diri saya, kebetulan yang hidup dari pembelajaran perantauan, sejak semasa sekolah saya diajarkan untuk hidup jauh dari orang tua, bagaimana diri ini hidup bergaul dengan lingkungan kalangan pondok pesantren, yang kesehariannya bergelut dengan dunia kitab kuning dan mengaji Ayat-ayat Suci Al Qur'an
Lingkungan masyarakat yang menjunjung tinggi adat, budaya serta didikan Islam tentu menjadi energi positif bagi anak yang baru belajar untuk ilmu pengetahuan umum dan agama. Setelah dari daerah yang satu, merantau lagi ke daerah yang lain, bagaimana perbedaan bahasa yang sempat menyulitkan untuk beradaptasi dalam hal berkomunikasi, tentu dengan kesabaran dan semangat untuk bergaul, hambatan dalam merantau itu dapat diatasi.
Hidup di rantau kurang lebih ada sekitar 11 tahun lamanya, pasca pulang dari perantauan, kembali ke kampung halaman, banyak sekali pemikiran bagi saya, orang yang lama merantau untuk menghadapi tantangan hidup yang ada di kampung
Saya coba membagi tantangan hidup di kampung halaman
1. Budaya Masyarakat yang tidak bisa kita salahkan terkait Nikah muda. Nikah muda menjadi alternatif bagi kalangan masyarakat pedesaan dalam mengurangi angka kemaksiatan bagi anak-anak, disatu sisi, nikah muda memberikan dampak yang kurang baik bagi kelangsungan rumah tangga bagi pasangan muda-mudi, yang belum pernah merasakan asam garam nya kehidupan, efeknya adalah memberatkan orang tua kembali, anak terlantar, dan banyak yang cerai di tengah jalan. Pertanyaan sederhana nya, apakah nikah itu hanya untuk mengatasi nafsu sesaat ?
2. Budaya hidup merantau ke luar negeri pasca menikah. Pernikahan yang sejatinya untuk saling membahagiakan tentu ada faktor penting yakni matriil ( Keuangan ), ada adagium ' uang memang bukan segalanya, tapi segalanya sudah menggunakan uang ' , maka faktor kesejahteraan dalam keluarga yang menjadikan banyak keluarga di desa-desa lebih memilih untuk merantau mencari penghasilan yang besar untuk kebahagiaan keluarga, dan efeknya tidak sedikit prahara rumah tangga dari hubungan jarak jauh atau LDR.
3. Budaya kesuksesan bagi anak muda di desa bila sudah Memiliki anak. Memiliki anak menjadi ajangan perlombaan bagi sebagian anak muda di desa, ada anekdot yang mengungkapkan ' banyak anak, banyak duit '.
Dengan kondisi lingkungan yang seperti ini, tentu seorang yang telah lama merantau dan kembali ke kampung halaman sendiri, ini menjadi tantangan, Entah itu dalam segi psikis, mental atau pola pikir yang penuh dengan pergolakan batin
Adat istiadat dan budaya lingkungan yang baik harus tetap di pertahankan seperti kemandirian warga desa, gotong royong, saling peduli, tapi budaya seperti kondisi diatas harus menjadi kajian bersama, antara pemerintah desa, pemerintah daerah/pusat, untuk memberikan edukasi dan kesejahteraan bagi keluarga Masyarakat desa, karena lilin-lilin yang bersinar itu ada di desa.
Penulis : Tehan As