Kalau Tukang Ojek saja bisa Sejahtera apakah Nadiem Makarim bisa menjadikan Guru Honorer Lebih Sejahtera?
Segudang penghargaan atas prestasi GOJEK yang kita dengar, dengan tiga pilar yaitu speed, innovation, dan social impact. Semoga saja sukses atas Gojek juga merangsek ke Kementrian Pendidikan Nasional. Mari kita berfikir out of the box mengesampingkan Undang-undang guru dan dosen serta regulasi lainnya, apakah beliau mampu mensejahterakan guru honorer dalam waktu cepat (speed), dengan cara yang berbeda dengan pendahulu-pendahulunya (innovative), dan meningkatkan kualitas hidup guru pada khususnya dan kualitas dunia pendidikan pada umumnya (social impact). Semoga ini jadi diskusi tentu selanjutnya kita sertakan referensi regulasi berkenaan dengan hal ini.
Mari kita cermati tujuan kita merdeka yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945, “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”, dalam pembukaan undang undang dasar jelas ekplisit soal kesejahteraan kemudian di lanjut ekplisit soal mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bolehlah kita tafsir bebas masyarakat yang sejahtera menjadi
syarat kita bisa makin cerdas, dengan guru-guru yang makin sejahtera ke depan
masyarakat kita makin cerdas. Dan di alinea pembukaan ini juga disebut soal
keadilan sosial. Pertanyaannya adalah apakah adil guru honorer dengan beban
mengajar yang kadang bisa jadi lebih banyak dibanding guru PNS, justru mereka
mendapat penghasilan yang lebih kecil? Jika kita konversi dalam sistem Gojek
adalah tidak mungkin mereka yang membawa penumpang 1 kali dengan jarak yang
pendek berpenghasilan lebih besar dari sopir gojek yang membawa penumpang 5
kali dengan jarak yang jauh. Dengan sistem mari kita merancang keadilan.
Kita berharap ada aplikasi yang dirancang untuk ini, tidak
hanya untuk guru honorer juga untuk guru PNS, guru yang mengajar dekat rumah
harusnya berbeda dengan guru yang mengajar menempuh jarak puluhan kilometer ada
deteksi geografis memanfaatkan GPS, sehingga guru yang mengajar dan yang tidak
dapat dipantau by sistem, jangan sampai mereka yang dekat dengan kekuasaan
tetap nyaman menerima gaji besar meski tak berkeringat, sementara mereka yang
berpeluh keringat menempuh jarak hingga ratusan kilometer justru harus rela
dengan upah seadanya. Harus ada ukuran-ukuran upah berdasarkan jarak, beban
kerja yang menyertakan feedback peserta didik seperti kepuasan pelanggan dalam
Gojek, yang kesemuanya menentukan nilai upah dari guru honorer atau PNS. Dengan
sistem yang ditopang teknologi mari kita menciptakan keadilan.
Semoga saja aplikasi itu (jika dikemudian hari ada) akan
memperbaiki banyak hal, yang menjadi pintu masuk terbukanya banyak hal. Kita
makin transparan, kita makin modern, kita makin efesien. Hari ini wajah
pendidikan di Indramayu masih dibebani agenda politik penguasa, bancakan
anggaran mereka yang dekat kekuasaan, yang membutuhkan tak diberi yang tak
butuh dikasih karena kedekatan kekuasaan. Semoga saja meneteri pendidikan yang
baru mengubah itu tentu dengan speed, innovation, dan sosial impact.
Penulis : Yahya Ansori