Ahmad Faizin Assyarwani, Sosok Kyai Nyentrik dan Akademisi Yang Tak Kenal Lelah
Mendengar namanya tentu tidak asing di daerah kecamatan Kroya karena aktivitas keagamaannya yang sangat tinggi bergelut dengan tokoh masyarakat baik tua maupun muda khususnya yang berkaitan dengan peran kyai dan santri di masyarakat, dari pagi sampai pagi lagi dalam setiap harinya dihabiskan untuk melayani umat yang datang sekedar meminta nasehat spiritual.
Kyai Faizin yang juga Ketua MWC NU kecamatan Kroya dan Penyuluh Agama Honorer (PAH) ini juga dalam dakwahnya sampai menembus batas ruang dan wakt. Lewat kepiawaiannya dalam memahami agama, Kang Faizin biasa orang memanggilnya selalu mengemas doktrin keagamaan untuk disebarkan dengan tema besar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) "Merawat Jagat Membangun Peradaban". Pijakan tema inilah yang kemudian Faizin sesekali mengumpulkan para preman dan penduduk sekitar yang beragama Islam tapi belum maksimal dalam menjalankan ritual keagamaan. Ngobrol Perkara Iman (NGOPI) bareng bersama masyarakat awam tentang agama inilah yang membuat saya harus menjulukinya dengan sebutan Kyai Nyentrik. Bahkan hampir berbagai macam permasalah jamaahnya dari permasalahan umum maupun khusus ia jawab dengan sing penting oyeg (maksudnya teruslah berikhtiar) dan berdoa.
Kehadiran Suami dari Ibu Nyai Enok Nani Sumarni Rasa dan Ayah dari Neneng Mizki Nahdhiyah dan Dede Fina Mizki Nahdhiyah di tempat tinggalnya Blok Masjid RT.05/01 benar-benar dirasakan kemanfaatannya, terbukti di Yayasan yang menaungi Madrasah Ibtidaiyah Nahdlotur Rijal Kroya di desanya, Faizin dipercaya sebagai Ketua padahal di Yayasan milik keluarganya yaitu Yayasan Assyarwani Kroya juga sebagai pendiri dan ketuanya.
Kabar sosok Faizin yang sangat ulet dan tidak pantang menyerah dalam menebarkan dakwah keagamaan yang humanis lebih mengedepankan kemanusiaan, inilah yang kemudian di tahun 2020 lewat sahabat dekatnya ketika kuliah di STIDKI NU Indramayu H. Ahmad Buhkari secara tidak sengaja ada momentum yang mempertemukan dengan kyai yang sangat super Nyentriknya lagi yaitu KH. Dunyadi Asmudi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Fikri Bongas Indramayu.
Dari pertemuan dua Kyai Nyentrik yang terpaut usia sekitar 9 tahunan lahirlah konsep-konsep besar untuk mengemas dakwah supaya menjangkau lapisan masyarakat. Kang Faizin kemudian diamanati sebagai Kepala SMPI Darul Fikri Bongas Indramayu lewat mediator ketua BPH waktu itu M.Athoillah H. Alfudholli yang sekarang menjadi Rektor IAIMA Darul Fikri Indramayu.
Kurang lebih 2 tahun lamanya mengemban amanat sebagai Kepala Sekolah, Alumni 1999 Madrasah Aliyah Hidayatul Mubtadiin Pondok Pesantren Lirboyo Kediri ini kemudian dimohon oleh Rektornya untuk menempati posisi Wakil Rektor 2 Bidang Administrasi, Keuangan dan Sarana Prasarana. Dosen Tetap IAIMA Darul Fikri Indramayu ini yang juga alumni S1 Prodi Komunikasi Penyiaran Islam dari STIDKI NU Indramayu yang sekarang sedang menempuh program Pascasarjana S2 PTKIS di Bandung dinilai sebagai pribadi yang tidak kenal lelah dalam berusaha dengan segala macam cara untuk mensejahterakan para dosen.
Lewat hasil ikhtiarnya dosen dibuat tersenyum ketika dipanggil oleh Faizin. Sebagai seorang akademisi yang tak kenal lelah dalam perjuangan keagamaan, anak dari pasangan keluarga harmonis Bapak Sarwan dan Ibu Taripah ini dijuluki orang yang santai dan sabar dalam berucap dan menyikapi masalah. Bahkan untuk memotivasi langkahnya demi amanat yang diembannya Faizin berslogan "Logika Tanpa Logistik berkahir Anarkis" artinya mencerdaskan logika dosen maka harus dicukupi kebutuhan logistiknya karena khawatir pemikiran menjadi tidak terkontrol. Mendengar slogan ini Rektornya sebagai teman waktu di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri hanya bisa tersenyum sambil berucap "Bisa aja pa Warek 2 ini".
Dari Sosok Faizin sebagai Kyai Nyentrik yang tak kenal lelah dalam menyebarkan dakwah dari kampung ke kampung dan dari rumah ke rumah ditambah aktivitas baru sampai menjadi seorang akademisi baru di kampus baru IAIMA Darul Fikri Indramayu dengan Rektor sahabatnya sendiri, tentu bukan sesuatu yang mudah di raih begitu saja tanpa perjuangan dan doa. Bahkan keduanya menyadari, Faizin dan Atho yang dulu ketika di pesantren bersahabat biasa saja sekarang menjadi sahabat luar biasa yang saling mengisi dengan bimbingan Sang Kyai Super Nyentrik KH. Dunyadi Asmudi.
Fakta Faizin saat ini bukan hanya membuktikan betapa tak kenal lelahnya yang membuahkan hasil, tapi sekaligus menorehkan sejarah bahwa walaupun dulu menjadi santri di Pondok Pesantren Salaf Lirboyo dengan keistiqomahannya bisa meraih berbagai macam prestasi yang sebelumnya tanpa ada bayangan sedikitpun. Semua itu tentu karena barokah dan manfaatnya ilmu para kyai yang tidak lepas riyadoh Karen Allah SWT.