Iman, Islam dan Hasrat Kekuasaan.

Belakangan ini manusia begitu banyak berlomba-lomba dalam meningkatkan Iman dan keislamannya, tidak sedikit pula di sisi yang lain menimbulkan percikan hangat yang menuju pada sebuah kekuasaan.


Kekuasaan di sini bukan hanya mereka yang berkuasa secara politis, tetapi juga seluruh khalayak yang diberikan jabatan atas kewenangannya untuk berkuasa. Maka seseorang beriman perlu adanya pembekalan ilmu yang mumpuni baik agama maupun pengetahuan, guna menjaga keislamannya dan mengontrol diri atas hasrat kekuasaannya, dengan begitu bagaikan laksanakan samudera akan menciptakan manusia yang berkualitas dan berkarakter. 

Imam Ali mengatakan bahwa manusia itu di bentuk dari sesuatu kebaikan, yakni kebaikan-kebaikan yang terpancar dari ilmu (Ad-Dunya wad-Din, Dar Iqra', Beirut, halaman. 33-4) Sehingga dapat dikatakan seseorang yang berilmu akan memberikan kebaikan-kebaikan pada lingkunganya, karena semata-mata semua itu berasal dari pancaran ilmu yang dimilikinya.

Maka Iman dan Islam saja tidak cukup untuk mengemban tugas manusia sebagai khalifah di bumi ini, perlu adanya ilmu untuk mengontrol eksistensi perwujudan manusia di dunia ini. Dan saya setuju dengan perkataan Aristoteles yang kurang lebih demikian "seseorang yang berilmu itu pasti baik, kalo dia belum baik maka ilmunya masih patut di pertanyaan kan" Dalam artian memang sesungguhnya ilmu itu demikian, semakin orang berilmu, semakin mampu mengendalikan hasrat dirinya untuk lebih bijaksana bukan untuk menipu atau arogan kepada yang dibawahnya. 

Begitupun dengan seorang penguasa harus memiliki keilmuan yang kompleks dalam mengemban kekuasaannya, jangan hanya di jadikan hasrat kekuasaan untuk membrending dirinya sebagai seorang penguasa yang baik dan merakyat, karena pemimpin yang baik tidak membutuhkan itu semua. 

Menukil dari perkataan Mohamad Abduh "Tetapi tak ada penyakit yang lebih besar yang merasuk kedalam tubuh, akal, dan semangat kaum muslimin kecuali masuknya orang-orang bodoh ke dalam pemerintahan" 

Lalu siapakah orang-orang bodoh itu, mereka adalah yang berhati kasar dan pribadi-pribadi yang arogan. Jangan dijadikan kekuasaan hanya sebagai kambing hitam yang justru akan menyesarakan rakyatnya dan meninggalkan budaya kebodohan untuk generasi penerusnya.


Penulis: Novandi Bayu

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel