DUA USTADZ YANG SAYA BANGGAKAN DI HADAPAN ANAK LANANG
Saya lumayan sering mengapresiasi prestasi teman di hadapan anak-anak. Tujuannya satu, supaya mereka ikut terbiasa menghargai prestasi teman-temannya, sehingga enggan meremehkan siapapun.
Saya senang dan bangga lebaran ini bisa mengikut shalat dan menyimak khutbah iedul fitri di alun-alun Kejaksan kemarin pagi (22/4). Saya bilang ke anak lanang kalau saya kenal baik sama Imam dan Khatibnya itu.
Pertama adalah sang imam, namanya Ust. Idam Khalid, Qori’ terkenal. Menantunya Almaghfurlah KH. Mahfudz Bakri (Ketua MUI Cirebon), dan pernah rutin ngisi pengajian malam Jum’at di kampung saya, Pagongan Timur Cirebon.
Kebetulan istrinya Ust. Idham Khalid adalah teman sekelas saya di MTs Darul Hikam, Nurjannah Alhafidzah, ustadzah Qiraati yang hafal Alqur’an, lulusan Ponpes Sunan Pandanaran Jogjakarta.
Saya pernah silaturrahim ke rumahnya Nurjannah di daerah Ciperna kecamatan Harjamukti Cirebon untuk minta pencerahan bagi putri-putri saya yang bersiap-siap mondok di Ma'had Tahfidz Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Itulah perkenalan pertama saya dengan Ust. Idham Kholid, suaminya.
Kedua, nama Khatibnya adalah Ust. Saefuddin Jazuli, Kepala Kemenag Kota Cirebon yang tunggal guru sama saya, juga tunggal tabsi (wadah nasi), hehe.. Sama-sama nyantri di Ponpes Jagasatru, dan sering berjibaku bersama dalam diskusi mendalam untuk kiprah Insan PPJ (ikatan santri pondok pesantren jagasatru) jangka panjang.
Saya senang dengan materi khutbahnya tentang Moderasi Beragama. Warga Cirebon makin open mind open heart (terbuka pikiran dan hatinya) untuk menerima perbedaan yang menjadi rahmat bagi manusia.
Juga pesan bijaknya tentang "ummatan wasathan", yaitu umat terbaik, umat pilihan, umat yang adil dan umat yang seimbang kehidupannya (lihat QS. Ali Imran: 110).
Setelah panjang lebar menceritakan kehebatan Imam dan Khatib kepada anak lanang. Kemudian sayapun merendah kepadanya:
“Tapi Ayah masih begini saja ya Alan.. sekarang saja Ayah jadi makmum biasa seperti lainnya..”
Di luar dugaan, Alan anak lanang saya itu berkata: “Ayah juga sudah kayak temen-temennya Ayah. Alan tahu kalau Ayah sering ngimami dan ngisi ceramah kemana-mana kalau pas di Surabaya..”
Heemm.. sontak saya terdiam beberapa menit, mencoba rasakan syukurNya.
Sungguh kebahagiaan Ayah kebanyakan adalah kalau anak lanang tahu prestasinya, sehingga tidak perlu banyak tutur kata, cukuplah memberi teladan saja, mereka akan meneruskan estafet perjuangan kita.
لِسَانُ الْحَالِ أَفْصَحُ مِنْ لِسَانِ الْمَقَالِ
“Contoh perbuatan lebih efektif (lebih berpengaruh) daripada perkataan”.
والله اعلم باالصواب 🙏🙏
Cirebon, 2 Sawwal 1444
Penulis : H. Syarif Thayib
Santri Ponpes Jagasatru, dosen UIN Sunan Ampel Surabaya