BELAJAR KEBERANIAN DARI UWAIS AL-QARNI

Banyak orang berteriak-teriak pemberani, siap menentang badai. Banyak juga yang merasa tinggi setinggi gunung Himalaya, merasa bisa menundukkan banyak hal. Kita seringkali merasa tidak takut apapun meski tidak ada hal yang menunjukkan itu semua. Sebenarnya tidak perlulah kita mengatakan banyak hal jika dalam prakteknya tidaklah demikian.


Banyak orang berteriak-teriak pemberani, siap menentang badai. Banyak juga yang merasa tinggi setinggi gunung Himalaya, merasa bisa menundukkan banyak hal. Kita seringkali merasa tidak takut apapun meski tidak ada hal yang menunjukkan itu semua. Sebenarnya tidak perlulah kita mengatakan banyak hal jika dalam prakteknya tidaklah demikian.

Tiap kita punya pengalaman-pengalaman berbeda dalam hidup. Tiap kita punya cara bagaimana mengatasi beragam masalah hidup. Fakta bahwa kita seorang pemberani adalah jika pilihan-pilihan kita dalam mengatasi persoalan-persoalan hidup tidak dipilih banyak orang. 

Jika ada 2 pilihan misalnya, apakah kita memilih bergelimang harta ataukah kita memilih kesederhanaan dalam hidup tentu sangat berani jika kita memilih pilihan kedua. Tidak semua orang berani mengambil resiko yang berbahaya, tidak banyak orang juga siap menerima ketidakpastian dalam penderitaan. Bukanlah pertempuran sebenarnya mengambil pilihan mengasyikkan tanpa disertai bahaya.

"Carilah ia (Uwais al Qarni), dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian," sabda Rasulullah seperti diriwayatkan dalam hadist Shohih Muslim.

Siapa sebenarnya Uwais al Qarni sehingga begitu istimewa bagi Rasulullah?

Masalah hidup Uwais al Qarni begitu dalam, tidak semua orang sanggup mengambil pilihan hidup seperti itu. Banyak orang menilai tindak tanduk Uwais sebagai pilihan hidup yang aneh, menggendong beban berat Ibunya dari Yaman menuju Mekah adalah pilihan yang berat sekali namun ia lalui dengan riang gembira. Hanya keberanian yang maksimal lah yang menjadikannya Uwais begitu dicintai Rasulullah dan seluruh penghuni langit.

Beranikah kita mengambil pilihan hidup yang sulit, bukan sesuatu yang membahagiakan dalam pandangan mayoritas manusia. Beranikah kita menjadi hamba Tuhan yang taat dengan menjalani kesulitan-kesulitan hidup. Nabi-nabi Allah telah mencontohkan itu kenapa kita enggan menjalaninya. Berani adalah kuncinya.


(Yahya)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel