KUCING VS SINGA

Al-Zaitun itu singa, gedung sekolahnya mentereng, masjidnya besar sekali, lapangannya luas, tanah milik yayasan maupun hasil sewa hak guna milik Perhutani luas sekali. Sumber daya manusianya juga banyak sekali.



Baru saja siang tadi saya melewati SDN Rancamulya terlihat dari pinggir jalan saya melintas plafonnya rusak hampir ambruk, ruang kelasnya tak terurus dan tidak terpakai untuk KBM. Dalam perspektif tujuan kita bernegara maka mencerdaskan kehidupan bangsa itu penting. Peran Al-Zaitun yang menyelenggarakan pendidikan tentu patut diacungi jempol, karena berhasil memberikan fasilitas fisik yang memuaskan.


Sukses Al-Zaitun ini kadang merupakan antitesis atas buruknya pemerintah kabupaten dalam menyediakan fasilitas pendidikan bagi warganya. Jadi selain Al-Zaitun kita juga bersyukur jika Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menyelenggarakan pendidikan dengan fasilitas yang memuaskan.

Statemen Syekh Panji Gumilang pemimpin tertinggi Al-Zaitun yang mengatakan MUI Kabupaten Indramayu itu LSM yang dapat sumbangan dalam pertemuan Halal Bihalal pejabat kemenag dengan pihak Al-Zaitun dapat dinilai dalam dua perspektif.

Pertama al-Zaitun merasa dirinya legal dan sah mendirikan lembaga pendidikan dengan izin baik dari kemenag maupun dari kementrian pendidikan. Izin penyelenggaraan pendidikan dan pesantren tidak dari MUI Kabupaten. Kedua Al-Zaitun merasa perspektif kemajuan dan cara berpikirnya lebih maju dibanding MUI sehingga dengan enteng Syekh Panji Gumilang menyebut MUI Kab. Indramayu sebagai tidak lebih dari sekedar LSM. Dan pejabat kemenag hanya tersenyum gembira.

Agaknya sampai dengan hari ini MUI Kab.Indramayu masih belum berani bertemu padahal kalau ketemu kan indah. Kita bisa melihat kucing versus singa. Bagaimanapun era Pak Harto Al-Zaitun didukung secara luar biasa oleh pemerintah pusat dan pemkab saat itu.


Penulis  : Yahya Ansori

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel