GOOD JOB PAK MAHFUD
Sebagai warga negara tentu saja saya hapi-hepi atas semua putusan pemerintah soal Al-Zaytun. Sudah saya declare bahwa sejatinya Al-Zaytun itu sejak saya kenali adalah produk negara. Diresmikan kepala negara, dibiayai negara dan dizinkan oleh negara. Jadi kalau mau ditutup atau dibuka ya terserah negara saja.
Semua instrumen sudah bekerja sejak awal Al-Zaytun diresmikan. Kementerian agama sudah memberikan izin, telah melakukan pengawasan rutin, ada pengawasnya yang diperintah oleh dan ditugasi kementrian agama. Juga sudah diizinkan oleh kementrian pendidikan, diawasi oleh kementrian pendidikan, diberikan bantuan oleh kementrian pendidikan juga diakreditasi oleh mereka yang berwenang.
Sebagai warga Indramayu saya tetap kritis membandingkan bahwa
banyak lembaga pendidikan di sekitar saya yang tidak layak secara
infrastruktur. Ada yang masih minjam sekolah madrasah, ada yang plafonnya
runtuh, bahkan ada juga SD Negeri yang ambruk. Kontras atas kebijakan
pemerintah saya hanya mampu geleng-geleng kepala. Para pejabat yang saling
tuduh telah memberikan bantuan besar-besaran ke Al-Zaytun yang sudah begitu
besar sementara terhadap sekolah yang ambruk dan rusak kepeduliannya rendah. Bisa
jadi logika saya tidak waras tapi ketidakadilan itu menurut saya terpampang
jelas di depan mata. Harapan besar saya bisa tidak bupati bangun infrastruktur pendidikan sekeren Al-Zaytun.
Tempat Wisata Indramayu :
Apakah selama 20 tahun lebih pengawasan mereka hanya sekedar bercanda? saya pikir tidak.
Apakah mereka memberikan bantuan finansial dengan tidak adil? Saya berfikir juga tidak.
Yang saya ingin tanyakan apakah betul negara tidak punya analisis transaksi keuangan atas semua kejadian 20 tahun yang telah berlangsung ?
Pejabat-pejabat kita jangan-jangan sedang bercanda
dengan uang negara, bercanda dengan kebijakan yang tidak adil, masa yang besar
makin dibuat makin besar sementara yang kurang kok terkesan dibiarkan.
Sering saya temui banyak sekolah yang siswanya terlalu sedikit, gedungnya tidak representative, sulit sekali menghidupi sekolah. Terpaksa guru dibayar semampunya bahkan kadang dibawah Rp 300 ribu perbulan.
Apa bisa seorang guru bisa bertahan hidup 10 ribu sehari bersama keluarganya ?
Sementara akhir-akhir ini kita mendengar Kemenag dan pemprov Jawa Barat saling tuding soal besaran bantuan yang diberikan kepada Al-Zaytun.
Ini kata Rhoma Irama yang kaya makin kaya
yang susah makin susah.
Terkait hal-hal yang akan dikerjakan Menkopulhukam, sebagai
warga negara sangat mengapresiasi keberanian beliau. Semoga ini bukan tontonan
drama menarik soal politisasi agama menjelang pemilu 2024 ke depan. Silahkan
dibuka seterang-terangnya agar kami rakyat di bawah paham duduk perkaranya,
siapa saja yang bersalah, terus duit itu dari mana saja dan untuk siapa saja.
Good Job Pak Mahfudz !
Penulis : Yahya Ansori (Kordinator Forum Muda NU Indramayu)