Mengenal Diri Sendiri, Titik Awal Mengembangan Potensi

Era Digitalisasi telah mengantarkan umat manusia kearah kemudahan-kemudahan dalam mencapai apa yang diinginkan serta dikehendaki, dengan cara yang cepat,tepat dan berkualitas .

Begitupun perkembangan kemampuan Golongan Milenial dan Gen Z yang begitu menikmati adanya Era Digitalisasi ini, seperti bermain game yang menjadi hiburan atau ranah bermain dengan teman-teman sebaya.


Perbedaan gaya bermain anak era tahun 1990 dengan saat ini bisa dikatan jauh berbeda, permainan di era tahun 90-an masih relative tradisonal.

Anak-anak begitu menikmati permainan kelompok, maupun permainan yang berusaha melatih mentalitas seperti tarik tambang, balap karung, engklek, petak umpet, egrang, kelereng dan masih banyak permainan lainnya. Sedangkan permainan di era digitalisasi ini berfokus di media Hp, tak heran banyak anak-anak yang sudah memiliki Hp.

Dampak dari perkembangan teknologi ini adalah sikap apatisme anak muda dalam mengenal diri sendiri. Hal ini  yang membuat anak muda kesulitan dalam menjawab peluang yang ada didepan mata.

Salah satu upaya untuk mengenal diri sendiri adalah dengan belajar di dunia Pendidikan. Menurut (Ki Hajar Dewantara) “Pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, serta tubuh anak “.

Dengan menempuh proses pendidikan, diharapkan anak didik dapat mengenal diri sendiri, sejauh mana proses belajar yang ditempuh maka semakin dapat memahami diri sendiri.

Ketika pribadi anak telah mengenal diri sendiri, tentunya akan mengembangan potensi yang di milikinya, lebih-lebih di maksimalkan dengan nilia-nilai critical thinking.

Ungkapan yang masyhur nya adalah  “Barang siapa mengenal dirinya, ia mengenal Allah.” Riwayat Imam Al-Ghazali yang dikutip dari buku Tasawuf Al-Ghazali Perspektif Pendidikan Islam.

Penulis  : Tehan Ahlal

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel