Pangeran Bratakelana, Putra Sunan Gunung Jati Terbunuh Di Atas Laut
Carita Purwaka Caruban Nagari mencatat bahwa Pangeran Bratakelana lahir pada Tahun 1489. Selanjutnya setelah menuju remaja, Pangeran Bratakelana dinikahkan dengan Ratu Nyawa Putri Raden Fatah, Sultan Demak pertama.
Menurut Naskah Wangsakerta, bahwa suatu ketika, Pangeran Bratakelana Pulang ke Cirebon, perjalanan pulang menggunakan Jalur laut.
Ditengah lautan Kapal sang Pangeran disatroni Bajak laut yang hendak merompak. Terjadi pertempuran di atas Kapal antara Pangeran Bratakelana yang dibantu pengawalnya melawan Bajak laut yang jumlahnya sangat banyak.
Ketika kondisi terdesak, Pangeran Bratakelana memerintahkan pengawalnya yang tersisa untuk menjeburkan ke laut menyelamatkan diri, sementara sang Pangeran terus melakukan perlawanan. Mulanya Pangeran Bratakelana sulit dilumpuhkan, sebab kebal senjata.
Salah satu Bajak Laut yang kebetulan membawa anjing kemudian membunuh anjingnya, dimana darah anjing itu kemudian di oleskan ke senjatanya. Dengan senjata yang berlumur darah anjing itulah Pangeran Bratakelana akhirnya mempan ditebas. Pangeran Bratakelana wafat di atas kapal laut, oleh Bajak Laut jasadnya dilemparkan ke laut.
Jasad Pangeran Bratakelana ditemukan di pantai oleh penduduk, mulanya penduduk tidak tahu bahwa jasad yang mereka temukan adalah jasad Putra Sultan Cirebon, jasad oleh penduduk dikebumikan di Mundu. Carita Purwaka Caruban Nagari mencatat bahwa Peristiwa perompakan terjadi di Perairan Gebang.