Andai Jokowi Masuk Golkar: Bagaimana Dinamika Politik Indonesia Bisa Berubah?
Bagaimana Dinamika Politik Indonesia Bisa Berubah?
Indramayutradisi.com. Seandainya Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk bergabung dengan
Partai Golkar di masa lalu, bagaimana dinamika politik di Indonesia saat ini?
Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi, mungkin saja mengikuti jejak ayahnya,
bergabung dengan Golkar, dan Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi, bisa
mendapatkan dukungan penuh dari para tokoh besar Golkar seperti Jusuf Kalla,
Aburizal Bakrie, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Bambang Soesatyo (Bamsoet). Jika
skenario ini terjadi, mungkin saja Puan Maharani tidak akan terpilih kembali
sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
Puan Maharani dan Kembali ke Kursi Ketua DPR RI
Selamat malam, pada hari ini Puan Maharani kembali terpilih sebagai Ketua
DPR RI untuk periode 2024 hingga 2029. Bagi sebagian orang, hal ini mungkin
dianggap sebagai sesuatu yang wajar, mengingat Puan sudah pernah menjabat
sebagai Ketua DPR RI sebelumnya, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) juga menjadi pemenang Pemilihan Legislatif (Pileg). Namun, jika kita
menelusuri lebih dalam, posisi Puan Maharani sebenarnya menghadapi banyak
tantangan dan dinamika politik yang sangat kompleks. Berbagai manuver politik
yang terjadi beberapa bulan terakhir menggambarkan bahwa banyak pihak yang
mencoba menggagalkan PDIP dalam menguasai kursi Ketua DPR RI.
Banyak skenario politik yang dirancang, salah satunya melalui Rancangan
Undang-Undang (RUU) Pilkada, yang sebenarnya merupakan uji coba bagi anggota
DPR RI dalam mengubah undang-undang secara cepat. Tujuan utamanya tidak hanya
sekadar tentang Pilkada, melainkan juga mengubah Undang-Undang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3). Meskipun akhirnya RUU tersebut gagal
disahkan karena penolakan besar dari masyarakat, di mana demonstrasi terjadi di
berbagai daerah, skenario politik ini memperlihatkan betapa berbahayanya
manuver-manuver tersebut.
Kilas Balik: Golkar dan Ketua DPR RI 2014
Jika kita melihat kembali ke tahun 2014, PDIP juga pernah menghadapi
tantangan serupa. Meski menjadi pemenang Pileg dan calonnya, Joko Widodo,
menang dalam Pemilihan Presiden (Pilpres), kursi Ketua DPR RI justru diduduki
oleh Setya Novanto dari Partai Golkar. Hal ini terjadi karena Koalisi Merah
Putih (KMP), yang saat itu terdiri dari partai-partai oposisi, mengusung
gerakan untuk mengubah UU MD3 sehingga meskipun PDIP memenangkan Pileg, mereka
tidak bisa menempatkan wakilnya di pimpinan DPR RI.
Situasi tersebut menunjukkan bahwa kemenangan dalam Pilpres dan Pileg tidak
selalu menjamin kontrol penuh terhadap lembaga legislatif. Koalisi KMP saat itu
begitu solid sehingga mampu menyingkirkan PDIP dari kursi Ketua DPR RI,
meskipun akhirnya Setya Novanto menerima “karma politik” setelah terlibat dalam
berbagai skandal. Pada akhirnya, Golkar menguasai kursi Ketua DPR RI, dan Setya
Novanto digantikan oleh Bambang Soesatyo.
PDIP di Tahun 2019: Kemenangan yang Lebih Solid
Pada Pemilu 2019, situasi tampak berbeda. PDIP kembali memenangkan Pileg,
dan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin juga memenangkan Pilpres untuk periode
kedua. Kali ini, dengan koalisi yang lebih besar, termasuk partai-partai yang
sebelumnya berada dalam KMP, PDIP berhasil mengamankan posisi Puan Maharani
sebagai Ketua DPR RI untuk periode 2019-2024.
Namun, keberhasilan ini tidak berarti tanpa tantangan. Jika kita kembali
membayangkan skenario di mana Jokowi dan tokoh-tokoh penting lainnya bergabung
dengan Golkar, dinamika politik Indonesia bisa saja berubah secara signifikan.
Bagaimana jika Golkar menjadi tempat Jokowi dan tokoh-tokoh besar PDIP lainnya?
Apakah PDIP masih akan menduduki kursi Ketua DPR RI?
2024: Situasi yang Jauh Lebih Kompleks
Tahun 2024 ini, situasinya jauh lebih kompleks. Di Pilpres, PDIP kalah
telak. Ganjar Pranowo, calon presiden yang diusung PDIP, mendapatkan suara
terendah dibandingkan dua pesaingnya, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Meskipun PDIP tetap menjadi pemenang Pileg, kekalahan di Pilpres menjadi
pukulan besar bagi partai berlambang banteng tersebut.
Namun, kursi Ketua DPR RI tetap dipegang oleh Puan Maharani. Ini adalah
pencapaian besar, mengingat mayoritas partai politik telah bergabung dengan
Prabowo melalui Koalisi KMP Plus. PDIP, meskipun ditinggal sendirian dalam
banyak hal, masih bisa mempertahankan posisi Ketua DPR RI. Ini tentu
menimbulkan pertanyaan: bagaimana PDIP bisa tetap bertahan di tengah koalisi
besar yang mengusung Prabowo?
Skenario politik ini membuktikan bahwa kekuatan PDIP dan pengaruhnya dalam
politik Indonesia masih sangat kuat. Bahkan dalam situasi yang tidak
menguntungkan, PDIP berhasil mengamankan posisi strategis di DPR. Jika Jokowi
dan tokoh-tokoh besar lainnya, seperti Luhut Binsar Pandjaitan dan Jusuf Kalla,
memutuskan untuk bergabung dengan Golkar, apakah hasilnya akan berbeda?
Manuver Politik dan Skenario Masa Depan
Membayangkan masa depan politik Indonesia selalu menjadi latihan yang
menarik. Politik selalu dinamis dan penuh dengan ketidakpastian. Jika skenario
di mana Jokowi bergabung dengan Golkar terjadi, mungkin kita akan melihat
perubahan besar dalam peta politik nasional. Golkar, dengan dukungan
tokoh-tokoh berpengaruh, bisa saja menjadi partai yang lebih dominan daripada
PDIP.
Namun, sejarah politik Indonesia menunjukkan bahwa manuver dan dinamika
politik tidak pernah dapat diprediksi dengan pasti. Meskipun Golkar pernah mengambil
alih posisi Ketua DPR RI dari PDIP pada tahun 2014, pada akhirnya PDIP berhasil
merebut kembali kursi tersebut pada 2019. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
politik, tidak ada yang pasti. Kemenangan hari ini bisa menjadi kekalahan esok
hari, dan sebaliknya.
Dalam konteks ini, jika Jokowi dan keluarganya memilih jalur politik yang
berbeda, seperti bergabung dengan Golkar, dampaknya mungkin akan sangat
signifikan. Gibran dan Bahlil, dengan dukungan dari tokoh-tokoh besar Golkar,
bisa mendapatkan posisi strategis di pemerintahan dan legislatif. Dan mungkin,
kursi Ketua DPR RI akan berada di tangan partai yang berbeda.
Kesimpulan
Dinamika politik Indonesia selalu penuh dengan kejutan dan manuver yang
tidak terduga. Skenario di mana Jokowi bergabung dengan Golkar akan mengubah
peta politik nasional secara drastis. Namun, dengan atau tanpa skenario
tersebut, PDIP telah menunjukkan kemampuan untuk bertahan dalam situasi yang
paling sulit sekalipun.
Puan Maharani, meskipun menghadapi berbagai tantangan, berhasil mempertahankan
kursi Ketua DPR RI, dan ini menjadi bukti bahwa politik di Indonesia selalu
penuh dengan dinamika yang menarik.
Penulis
Sumarta
Sumber
https://youtu.be/cBRD3zt5EGQ