Biografi Novi Basuki (Wang Xiaoming, 王小明)
Profil Singkat
Novi Basuki, yang dikenal pula dengan nama Tionghoanya Wang Xiaoming (王小明), adalah seorang penulis, peneliti, dan pakar Islam di Tiongkok. Fokus kajiannya mencakup berbagai topik penting, seperti politik, agama, sejarah, serta hubungan internasional antara Republik Rakyat Tiongkok dan Indonesia. Melalui karyanya, Novi memberikan perspektif yang berbeda dalam melihat perkembangan Tiongkok kontemporer, berusaha mengurai pandangan yang kerap didasarkan pada sudut pandang historis Perang Dingin.
Kehidupan Awal
Novi lahir di Desa Tamansari, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo, di kaki Gunung Argopuro pada ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana, di mana kedua orang tuanya berprofesi sebagai pedagang sembako dan bahan bangunan. Latar belakang kehidupannya di desa yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan memberikan fondasi budaya dan nilai-nilai yang kuat dalam membentuk cara pandangnya.
Pendidikan
Awal pendidikan Novi dimulai di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, yang menjadi bekal penting bagi pemahamannya terhadap ilmu agama dan sosial. Pada tahun 2010, ia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studinya di beberapa universitas ternama di Tiongkok melalui Beasiswa Pemerintah Tiongkok (Chinese Government Scholarship). Ia menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Huaqiao, dilanjutkan dengan program master di Universitas Xiamen, dan studi doktoral di Universitas Sun Yat-sen. Pencapaian akademisnya menunjukkan dedikasi tinggi dalam mengkaji Islam dan hubungan lintas budaya di Tiongkok.
Karier
Novi memiliki pengalaman sebagai Visiting Scholar di China-ASEAN Research Institute di Universitas Guangxi dan Associate Researcher di School of Foreign Studies, Universitas Teknologi Hefei. Selain itu, ia juga terlibat dalam riset di Belt and Road Institute, Universitas Normal Jiangsu. Pengalaman profesional ini memperkaya perspektifnya dalam isu-isu China-ASEAN, dan menjadikannya salah satu akademisi Indonesia yang terkemuka dalam studi Tiongkok.
Publikasi
Tulisan-tulisan Novi yang mengupas berbagai topik tentang Tiongkok sering dimuat di sejumlah media terkemuka Indonesia, seperti Kompas, Jawa Pos, Harian DI’s Way, dan Media Indonesia. Pandangannya mengenai Tiongkok kerap menjadi sorotan, dengan wawancara yang disiarkan oleh berbagai media di Indonesia maupun Tiongkok. Novi aktif berbagi pandangan yang mencoba menyajikan perspektif objektif mengenai perkembangan Tiongkok, menekankan perubahan yang telah terjadi sejak era Deng Xiaoping.
Pandangan
Novi mengakui adanya keragaman respons terhadap pandangannya tentang Tiongkok. Sinolog Leo Suryadinata menilai bahwa pendekatan Novi dalam melihat Tiongkok sangat berbeda dari generasi akademisi Indonesia yang lebih tua dan banyak dididik di Barat. Novi berpendapat bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih memandang Tiongkok dengan skeptisisme yang berakar dari masa Perang Dingin, yang menurutnya tidak lagi relevan dengan Tiongkok modern. Ia berargumen bahwa dengan hanya melihat Tiongkok sebagai ancaman, Indonesia justru dapat melewatkan peluang besar dari negara tersebut yang kini mengalami kemajuan pesat.
Editor
Sumarta