Cak Lontong dan Musik Bening Politik: Antara Popularitas, Pilihan Hidup, dan Pengabdian Keluarga

 

Antara Popularitas, Pilihan Hidup, dan Pengabdian Keluarga



Dalam dinamika kehidupan politik Indonesia, banyak figur publik yang sering kali dianggap sebagai calon ideal untuk terjun ke dunia politik, terutama karena popularitas dan pengaruh mereka di masyarakat. Salah satu figur publik yang menarik perhatian dalam konteks ini adalah Cak Lontong, seorang komedian yang dikenal dengan humornya yang cerdas dan sering kali sarat makna. Meskipun Cak Lontong beberapa kali ditawari posisi politik, baik sebagai calon anggota legislatif maupun kepala daerah, ia justru memilih untuk menolak, bahkan di saat peluang kemenangannya terlihat menjanjikan.

Cak Lontong: Bukan Tentang Popularitas, Tapi Pengabdian

Saat diwawancarai, Cak Lontong mengungkapkan alasannya mengapa ia belum tertarik terjun ke dunia politik, meskipun beberapa tokoh publik yang dikenal dekat dengannya, seperti Komeng, sudah memutuskan untuk menjadi bagian dari DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Menurutnya, meskipun ia bukan orang yang anti politik, keputusan untuk terjun langsung ke dalam arena tersebut adalah sesuatu yang sangat serius dan melibatkan banyak pertimbangan.

“Saya memang bukan orang yang alergi dengan politik. Terbukti saya sering terlibat dalam kegiatan politik, tapi sampai sekarang saya belum pernah terpikir atau berkeinginan untuk benar-benar menjadi bagian dari itu, seperti menjadi anggota dewan atau kader partai. Banyak tawaran yang datang, bahkan sudah sejak bertahun-tahun lalu, tapi saya selalu menolak,” ungkap Cak Lontong dengan tegas.

Tawaran untuk Menjadi Walikota Surabaya

Salah satu kesempatan yang pernah datang adalah tawaran untuk menjadi Walikota Surabaya. Dalam berbagai pertemuan dengan partai politik, Cak Lontong mengaku pernah diajak bicara serius mengenai kemungkinan dirinya diusung sebagai calon walikota. Meskipun peluang kemenangannya dinilai sangat besar, ia memilih untuk menolak tawaran tersebut.

“Banyak sekali yang menawarkan saya posisi, bahkan sampai di Surabaya untuk jadi Walikota. Kalkulasinya waktu itu cukup jelas, peluang menangnya sangat besar. Tapi, setelah beberapa kali bertemu dan berbicara secara intensif, saya tetap memutuskan untuk menolak. Buat saya, masuk ke politik itu harus benar-benar karena niat yang kuat dan keinginan yang jelas untuk mengabdi, bukan sekadar memanfaatkan popularitas,” jelasnya.

Cak Lontong juga menambahkan bahwa meskipun ia berada di dunia hiburan, ia tidak pernah mengandalkan popularitas sebagai sumber kehidupannya. “Saya selalu berdoa agar meskipun saya tidak terkenal, rezeki saya tetap lancar. Bagi saya, pekerjaan ini bukan tentang mencari ketenaran, tapi bagaimana saya bisa memberikan yang terbaik untuk keluarga saya, terutama anak-anak saya,” katanya penuh keyakinan.

Keluarga Sebagai Prioritas Utama

Salah satu alasan utama yang mendorong Cak Lontong untuk menolak terjun ke dunia politik adalah keluarganya, terutama anak-anaknya. Menurutnya, setiap langkah yang diambil dalam hidupnya harus mendapatkan restu dari istri dan anak-anaknya. Ketika tawaran untuk menjadi calon walikota Surabaya datang, bahkan anak-anaknya mulai mengira bahwa Cak Lontong akan menerima tawaran tersebut. Namun, pada akhirnya, keputusan untuk menolak tetap diambil, dan itu merupakan keputusan yang disambut baik oleh keluarganya.

“Anak-anak saya tahu bahwa saya menolak tawaran politik ini bukan karena saya tidak mampu, tapi karena saya ingin fokus pada keluarga. Buat saya, ketika anak istri saya tidak mengizinkan, apapun tawaran itu, saya tidak akan menerimanya. Keluarga adalah prioritas utama, dan saya ingin memastikan bahwa mereka merasa nyaman dengan setiap langkah yang saya ambil,” tegasnya.

Sikap Terhadap Politik: Realistis dan Bijaksana

Meskipun Cak Lontong telah menolak berbagai tawaran untuk terjun ke dunia politik, ia tidak menutup mata terhadap realitas politik di Indonesia. Menurutnya, bertemu dengan tokoh-tokoh politik atau mantan pemimpin daerah adalah bagian dari komunikasi yang sehat. Bahkan, ia memuji langkah-langkah yang diambil oleh beberapa calon gubernur yang bertemu dengan mantan pemimpin Jakarta, seperti yang dilakukan oleh salah satu calon pada saat pengambilan nomor urut di KPU Jakarta.

“Saya kira itu langkah yang sangat positif. Bertemu dengan mantan gubernur itu penting karena mereka memiliki pengalaman yang bisa menjadi acuan. Kita bisa mengetahui apa yang sudah mereka lakukan, apa yang belum tercapai, dan bagaimana melanjutkan pekerjaan yang belum selesai. Komunikasi seperti ini sangat penting dalam politik,” katanya.

Cak Lontong juga menepis anggapan bahwa pertemuan dengan tokoh-tokoh politik ini adalah hasil dari sebuah “settingan.” Menurutnya, tidak semua hal dalam politik harus dilihat dari kacamata kecurigaan. Beberapa pertemuan, seperti saat bertemu dengan tokoh politik di Car Free Day, terjadi secara alami karena kebetulan memiliki minat yang sama. “Saya kira itu bukan settingan. Kita bertemu karena ada kesamaan hobi, bukan karena ada agenda tersembunyi,” ujarnya.

Humor Sebagai Cara Menyampaikan Pesan

Terlepas dari pandangan seriusnya terhadap dunia politik, Cak Lontong tidak pernah melepaskan sisi humorisnya. Ia menceritakan bagaimana ia pernah bercita-cita menjadi motivator seperti Mario Teguh dengan gaya yang berbeda. “Dulu saya berharap bisa punya program sendiri di Metro TV, seperti Mario Teguh dengan ‘Golden Ways’. Tapi karena saya seorang komedian, saya ingin membuat versi saya sendiri, yaitu ‘Gendeng Ways’,” katanya sambil tertawa.

Meskipun idenya tidak pernah terwujud, cerita ini menggambarkan bagaimana Cak Lontong selalu berusaha untuk memberikan sentuhan humor dalam setiap situasi, bahkan dalam pembicaraan yang serius sekalipun.

Kesimpulan: Popularitas Bukan Segalanya

Cak Lontong adalah contoh dari seorang figur publik yang memahami bahwa popularitas bukanlah segalanya. Meskipun banyak peluang besar terbuka di dunia politik, ia tetap teguh pada prinsipnya untuk tidak terburu-buru masuk ke dalamnya. Keluarga, menurutnya, adalah prioritas utama, dan setiap keputusan yang diambil harus mendapatkan dukungan penuh dari mereka.

Dalam era di mana banyak figur publik memanfaatkan popularitas untuk meraih kekuasaan, Cak Lontong justru menunjukkan bahwa kesederhanaan dan ketulusan dalam menjalani hidup bisa menjadi pilihan yang jauh lebih bijaksana.

 

Penulis

Sumarta

 

Sumber

https://youtu.be/cnIE-dnXzmE

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel