Hakim: Pilihan Tuhan dan Tanggung Jawab Moral
Pilihan Tuhan dan Tanggung Jawab Moral
Di sebuah ruangan yang dihiasi dengan berbagai karya seni hukum, sebuah
dialog penuh makna berlangsung antara para hakim dan anggota DPR. Diskusi ini
tidak hanya mencerminkan masalah administratif, tetapi juga memicu renungan
mendalam tentang tanggung jawab seorang hakim dalam menjalankan tugasnya. Saat
para hakim berbicara, suasana tegang menjadi saksi akan betapa besarnya beban
moral yang mereka emban. Apakah mereka mampu menjaga integritas dan menjalankan
amanah dengan baik?
Hakim sebagai Pilihan Tuhan
Salah satu pembicara, dengan penuh keyakinan, menyatakan bahwa menjadi hakim
adalah sebuah takdir. "Ketika seseorang diangkat menjadi hakim, mereka
adalah pilihan Tuhan. Namun, itu tergantung pada diri mereka sendiri untuk
menjadi hakim yang baik atau tidak." Pernyataan ini menggarisbawahi
pandangan bahwa posisi sebagai hakim bukanlah sekadar jabatan, melainkan sebuah
kehormatan yang datang dengan tanggung jawab yang berat. Keputusan-keputusan
yang diambil oleh hakim memiliki dampak yang luas dan mendalam terhadap
masyarakat.
Masyarakat datang kepada hakim dengan harapan akan keadilan. Dalam pandangan
sang pembicara, menjadi hakim yang baik berarti menjaga integritas, karena
pertanggungjawaban seorang hakim bukan hanya di hadapan masyarakat, tetapi juga
di hadapan Tuhan. "Jagalah integritasmu," katanya, menekankan
pentingnya moralitas dan etika dalam menjalankan tugas.
Durhaka vs. Zalim
Pembicara lain menambahkan dimensi baru dalam diskusi tersebut. Ia
berargumen bahwa durhaka kepada negara lebih baik dibandingkan dengan berbuat
zalim kepada masyarakat. "Masyarakat datang mencari keadilan, dan jika
kita zalim, nilai dosa zalim itu jauh lebih besar daripada nilai durhaka,"
katanya. Pemisahan ini menyoroti pentingnya keadilan dalam setiap keputusan
yang diambil oleh hakim.
Lebih jauh lagi, pernyataan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh
para hakim. Dalam situasi di mana banyak faktor eksternal berusaha memengaruhi
keputusan mereka, menjaga keadilan menjadi semakin sulit. Zalim bukan hanya
berarti menyalahi hukum, tetapi juga menciptakan ketidakadilan yang merugikan
orang lain, yang seharusnya dilindungi.
Menghadapi Tantangan Jabatan
Dalam pertemuan tersebut, Ketua Pengadilan Gorontalo menyampaikan
pengalamannya selama empat tahun berjuang untuk perbaikan tata kelola jabatan
hakim. Dia mengisahkan bagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, ia telah berjuang
untuk peningkatan penghasilan hakim. "Kami ingin menjadi hakim yang
benar-benar adil, tetapi banyak dari kami tertekan oleh berbagai masalah
pribadi," ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa posisi hakim seharusnya membawa harkat dan martabat.
Namun, kenyataannya, permasalahan internal seperti penggajian dan tunjangan
menjadi hambatan. "Hakim-hakim di bawah sepuluh tahun kerja justru tidak
mendapat penghasilan yang lebih baik dibandingkan pegawai non-hakim,"
ungkapnya. Kesenjangan ini membuat banyak hakim merasa tidak dihargai, dan
dapat memengaruhi kinerja serta integritas mereka.
Pentingnya Dukungan dari Pemerintah
Meskipun para hakim berharap untuk menjalankan tugasnya dengan baik, banyak
dari mereka yang merasa tertekan oleh ketidakpastian dalam penghasilan.
"Kami datang ke sini karena dorongan untuk menjaga keadilan, tetapi banyak
dari kami terhambat oleh masalah keuangan," kata Ketua Pengadilan
Gorontalo. Dukungan dari pemerintah sangat diperlukan untuk memastikan bahwa
para hakim dapat fokus pada tugas mereka tanpa merasa terbebani oleh masalah
pribadi.
Pembicara juga mengisahkan pengalaman para hakim yang terpaksa berjuang
untuk mendapatkan hak-hak mereka. "Bayangkan seorang anggota DPRD di
Timika, Papua, yang harus bekerja tanpa jaminan yang layak. Hal yang sama juga
berlaku bagi kami, para hakim," katanya. Ini adalah panggilan untuk semua pihak
untuk mendengarkan keluhan dan tuntutan dari para hakim yang berjuang untuk
mendapatkan hak dan martabat mereka.
Keterlibatan dalam Perbaikan
Salah satu harapan utama dalam diskusi ini adalah bahwa DPR dan pemerintah
dapat bersama-sama mencari solusi untuk masalah yang dihadapi oleh para hakim.
"Kami berharap DPR dapat membantu menyelesaikan masalah ini. Kami ingin
menjaga semangat dan komitmen untuk keadilan," kata Ketua Pengadilan.
Berkaca pada pengalaman pahit dari ketidakadilan dan ketidakpastian, para
hakim berharap bahwa diskusi ini dapat membawa perubahan yang positif. Mereka
bertekad untuk menjadi hakim yang tidak hanya menjalankan hukum, tetapi juga
menegakkan keadilan dan integritas.
Kesimpulan
Dalam pertemuan yang penuh makna ini, para hakim menunjukkan bahwa menjadi
hakim adalah tanggung jawab yang lebih dari sekadar menjalankan hukum. Itu
adalah panggilan untuk melayani masyarakat dengan integritas dan keadilan.
Dengan tantangan yang ada, penting bagi semua pihak, termasuk pemerintah dan DPR,
untuk mendengarkan dan mendukung para hakim dalam menjalankan tugas mereka.
Ketika semua elemen bekerja sama, harapan akan keadilan yang lebih baik di
negeri ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Dalam dunia yang penuh dengan
tantangan, integritas dan komitmen untuk keadilan akan selalu menjadi cahaya
yang menerangi jalan menuju perubahan positif.
Penulis
Sumarta
Sumber
https://youtu.be/2jDJOFwXZJ4