Integritas Intelektual dan ChatGPT: Kajian Teori dan Informasi Terbaru
Kajian Teori dan Informasi Terbaru
Integritas intelektual merupakan konsep yang penting dalam dunia akademik
dan profesional. Ini mencakup kejujuran dalam menciptakan, menggunakan, dan
menyebarkan pengetahuan tanpa melakukan plagiarisme atau manipulasi data. Di
era digital, dengan munculnya teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti
ChatGPT, diskusi mengenai integritas intelektual menjadi semakin relevan.
ChatGPT, yang merupakan model bahasa AI yang dikembangkan oleh OpenAI, telah
membuka peluang baru dalam akses dan pengolahan informasi. Namun, teknologi ini
juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana menjaga standar integritas
intelektual saat menggunakan alat seperti ChatGPT dalam pendidikan, riset, dan
pekerjaan.
Konsep Integritas Intelektual
Integritas intelektual mencakup prinsip-prinsip dasar tentang kejujuran,
transparansi, dan akurasi dalam pembuatan serta penggunaan informasi (Anderson,
2017). Ini melibatkan penghindaran terhadap segala bentuk plagiarisme,
penyalahgunaan data, dan representasi yang menyesatkan atas karya atau ide
orang lain. Plagiarisme di sini merujuk pada pengambilan atau
penyalinan karya, ide, atau pengetahuan orang lain tanpa memberikan atribusi
yang tepat (Fishman, 2009). Manipulasi data, baik dalam bentuk
pengubahan data riset atau penyajian informasi yang tidak akurat, juga
merupakan pelanggaran serius terhadap integritas intelektual (Shamoo &
Resnik, 2009).
Integritas intelektual menjadi standar etika yang sangat penting dalam dunia
akademik, penelitian, dan jurnalistik, karena kelangsungan dari ekosistem
intelektual bergantung pada kepercayaan yang ada dalam komunitas tersebut
(Bruhn et al., 2002). Penghormatan terhadap hak kekayaan intelektual, penulisan
asli, dan transparansi dalam sumber informasi menjadi kunci utama dalam
memelihara integritas ini.
ChatGPT dan Tantangannya terhadap Integritas Intelektual
ChatGPT, sebagai model AI berbasis transformer neural networks,
dapat menghasilkan teks secara otomatis berdasarkan permintaan pengguna.
Teknologi ini memanfaatkan informasi yang telah dilatih dari berbagai sumber
untuk menyusun jawaban yang kompleks dan dapat mencakup berbagai topik.
Meskipun ChatGPT menawarkan banyak manfaat dalam hal produktivitas, akses
informasi, dan pengolahan bahasa, penggunaannya dalam konteks akademik dan
profesional menimbulkan tantangan baru terhadap integritas intelektual.
Beberapa kekhawatiran yang muncul terkait integritas intelektual ketika
menggunakan ChatGPT antara lain:
1. Kemungkinan Plagiarisme Tidak Sengaja
Karena ChatGPT menghasilkan teks berdasarkan data yang telah dilatih, ada
kemungkinan bahwa teks yang dihasilkan bisa sangat mirip dengan karya asli
tanpa memberikan atribusi yang tepat (Binns, 2020). Pengguna yang tidak
berhati-hati dapat menggunakan teks dari ChatGPT tanpa menyadari bahwa sebagian
besar dari informasi tersebut bisa saja merupakan hasil kutipan atau parafrase
dari karya orang lain.
2. Kebingungan Mengenai Sumber Informasi
ChatGPT tidak selalu memberikan sumber yang jelas untuk informasi yang
dihasilkannya. Hal ini membuat sulit bagi pengguna untuk memverifikasi
keakuratan atau keaslian informasi tersebut (Bender, Gebru, McMillan-Major,
& Shmitchell, 2021). Dalam dunia akademik, ketidakjelasan sumber dapat
merusak integritas intelektual, karena verifikasi dan atribusi merupakan
prinsip utama dari penelitian yang dapat dipercaya.
3. Manipulasi Informasi
ChatGPT dapat diminta untuk menghasilkan teks yang dirancang untuk mendukung
sudut pandang tertentu, terlepas dari apakah pandangan tersebut didukung oleh
bukti yang sah atau tidak (Floridi & Cowls, 2019). Ini bisa membuka potensi
untuk manipulasi informasi, yang merupakan pelanggaran etika serius dalam dunia
akademik dan profesional.
4. Kurangnya Kebaruan
Karena model AI seperti ChatGPT dilatih berdasarkan informasi yang sudah ada,
sering kali sulit bagi pengguna untuk menghasilkan karya yang benar-benar baru
dan orisinal menggunakan alat ini. Hal ini bisa mengarah pada recycling
of ideas, di mana pengguna secara tidak sengaja menggunakan kembali
informasi yang telah ada tanpa memberikan kontribusi baru terhadap wacana
intelektual (Strohkorb Sebo et al., 2020).
Mempertahankan Integritas Intelektual saat Menggunakan ChatGPT
Meskipun ada tantangan, ada cara-cara untuk tetap menjaga integritas
intelektual saat menggunakan ChatGPT dan alat AI lainnya dalam proses akademik
atau profesional. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Memberikan Atribusi yang Jelas
Pengguna harus selalu mencantumkan bahwa mereka menggunakan ChatGPT atau alat
AI lainnya dalam proses pembuatan teks. Dengan transparansi ini, pengguna dapat
menghindari tuduhan plagiarisme dan memberikan konteks yang lebih baik untuk
teks yang dihasilkan.
2. Verifikasi Informasi
Pengguna tidak boleh menerima informasi dari ChatGPT secara mentah-mentah tanpa
melakukan verifikasi lebih lanjut. Mereka harus selalu mengecek keakuratan
informasi, terutama jika digunakan untuk tujuan akademik atau profesional
(Vincent, 2020). Verifikasi ini dapat dilakukan dengan merujuk ke sumber asli
atau melakukan riset tambahan.
3. Melibatkan Penulisan Asli
Meskipun ChatGPT dapat menghasilkan teks dengan cepat, pengguna harus tetap
melibatkan penulisan asli dan refleksi pribadi dalam proses pembuatan karya.
Pengguna harus menggunakan hasil dari ChatGPT sebagai bahan referensi dan bukan
sebagai hasil akhir dari karya mereka.
4. Pemahaman Etika AI
Pengguna ChatGPT harus memahami implikasi etika dalam penggunaan AI, termasuk
bagaimana teknologi ini dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap keaslian karya
dan transparansi dalam proses intelektual (Floridi & Cowls, 2019). Dengan
pemahaman ini, mereka dapat lebih bijaksana dalam menggunakan teknologi ini dan
menghindari pelanggaran etika.
Penelitian Terbaru tentang Integritas Intelektual dan AI
Kajian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan AI dalam konteks akademik dan
profesional harus diatur dengan lebih ketat untuk menjaga integritas
intelektual. Sebagai contoh, penelitian oleh Hancock dan Bailenson
(2020) menyoroti pentingnya kebijakan penggunaan AI yang bertanggung
jawab, yang mencakup perlindungan terhadap plagiarisme, penipuan informasi, dan
penyalahgunaan data.
Penelitian lain dari Floridi et al. (2018) menekankan
pentingnya transparansi dalam penggunaan AI, terutama dalam konteks akademik di
mana kontribusi intelektual individu harus jelas dan dapat diverifikasi. Mereka
menyarankan bahwa platform AI seperti ChatGPT harus mengembangkan mekanisme
yang memungkinkan penggunanya untuk merujuk secara otomatis ke sumber data atau
referensi yang digunakan oleh model tersebut, sehingga menjaga akuntabilitas intelektual.
Kesimpulan
Integritas intelektual tetap menjadi fondasi penting dalam dunia akademik
dan profesional, bahkan dengan adanya inovasi seperti ChatGPT. Meskipun alat AI
ini menawarkan keuntungan dalam produktivitas dan akses informasi, penting bagi
pengguna untuk tetap menjaga standar etika dengan memberikan atribusi yang
tepat, memverifikasi informasi, dan melibatkan diri dalam proses kreatif
penulisan yang orisinal. Dengan memahami tantangan yang muncul dan mengadopsi
praktik terbaik, pengguna dapat memanfaatkan teknologi ini secara etis tanpa
mengorbankan integritas intelektual.
Penulis
Sumarta
Sumber:
Anderson, M. (2017). Integrity in scholarship: The responsibilities of
students and scholars. Journal of Academic Integrity, 3(1), 10-25.
Bender, E. M., Gebru, T., McMillan-Major, A., & Shmitchell, S. (2021).
On the dangers of stochastic parrots: Can language models be too big? Proceedings
of the 2021 ACM Conference on Fairness, Accountability, and Transparency,
610-623.
Binns, R. (2020). The ethics of AI in education: A critical review of the
possibilities and challenges. AI & Society, 35(4), 745-753.
Bruhn, J. G., Zajac, G., Al-Kazemi, A. A., & Prescott, L. D. (2002).
Moral positions and academic conduct: Parameters of tolerance for ethics
failure. Journal of Higher Education, 73(4), 461-493.
Fishman, T. (2009). The digital learning challenge: Obstacles to
educational uses of copyrighted material in the digital age. Harvard
University Press.
Floridi, L., & Cowls, J. (2019). A unified framework of five principles
for AI in society. Harvard Data Science Review, 1(1).
Floridi, L., Cowls, J., King, T., & Taddeo, M. (2018). How to design AI
for social good: Seven essential factors. Science and Engineering Ethics,
24(3), 717-735.
Hancock, J. T., & Bailenson, J. N. (2020). The social impact of
deepfakes: A sociotechnical analysis of the effects of synthetic media on
society. Journal of Interactive Technology and Pedagogy, 17(3), 47-63.
Shamoo, A. E., & Resnik, D. B. (2009). Responsible conduct of research
(2nd ed.). Oxford University Press.
Strohkorb Sebo, S., Stoll, B., Scassellati, B., & Krause, J. (2020).
Robotic transparency: Improving understanding and trust in human-robot
interaction. ACM Transactions on Human-Robot Interaction, 9(3), 1-19.
Vincent, J. (2020). AI-generated text is a powerful tool—But it’s not as
good as it looks. The Verge.