Jakarta: Menuju Kota Global yang Cosmopolitan
Menuju Kota Global yang Cosmopolitan
Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, memiliki potensi besar untuk menjadi
salah satu kota global yang cosmopolitan, sebanding dengan New York, Montreal,
Sydney, dan Shanghai. Dalam perbincangan mengenai pengembangan kota ini,
terdapat banyak tantangan dan kesempatan yang harus dihadapi dan dioptimalkan.
Membangun Jakarta bukan hanya tentang memperluas infrastruktur atau mendirikan
gedung-gedung perkantoran baru, tetapi lebih kepada penyelesaian masalah yang
ada di masyarakat serta menciptakan inovasi yang mampu membawa Jakarta ke era
baru.
Memperbaiki yang Ada
Penting untuk mengingat bahwa dalam membangun sebuah kota besar, fokus utama
haruslah pada penyelesaian isu-isu yang ada. Hal ini disampaikan oleh salah
seorang calon pemimpin Jakarta yang percaya bahwa memperbaiki kondisi yang
sudah ada adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Ia menekankan bahwa
pembangunan yang berkelanjutan tidak selalu berarti menciptakan sesuatu yang
baru, tetapi juga memperbaiki infrastruktur yang ada agar lebih fungsional dan
efisien.
Dalam konteks ini, calon pemimpin tersebut mengusulkan pembentukan “Jakarta
Fund.” Inisiatif ini akan berfungsi sebagai sumber investasi bagi Jakarta
sendiri serta daerah-daerah lain di Indonesia. Dengan APBD Jakarta yang cukup
besar, sekitar Rp 80 triliun, dana silva yang terkumpul dapat dimanfaatkan
sebagai modal awal untuk Jakarta Fund. Pengelolaan dana ini harus dilakukan
secara profesional oleh institusi negara, sehingga hasilnya bisa memberikan
manfaat yang besar bagi Jakarta. Dengan demikian, pendapatan Jakarta tidak
hanya bergantung pada pajak dan retribusi, tetapi juga dapat menciptakan
pendapatan baru yang lebih beragam.
Menciptakan Ruang Inovasi
Membangun Jakarta sebagai kota cosmopolitan juga membutuhkan penciptaan
ruang inovasi. Calon pemimpin tersebut menyatakan bahwa banyak temuan baru
dalam sektor pendidikan, budaya, dan olahraga yang bisa didanai melalui Jakarta
Fund. Ia yakin bahwa dengan pendekatan yang tepat, berbagai inisiatif baru bisa
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
Dalam pertemuan-pertemuan dengan berbagai tokoh nasional dan agama, calon
pemimpin ini berupaya untuk mengumpulkan pengalaman dari para pemimpin
sebelumnya. Meskipun tidak semua mantan gubernur dapat ditemuinya, ia sudah
bertemu dengan beberapa tokoh penting, termasuk Susilo Bambang Yudhoyono dan
Megawati Soekarnoputri. Pertemuan ini bertujuan untuk mendengarkan pengalaman
mereka selama memimpin, serta menggali pelajaran berharga yang dapat diterapkan
dalam kepemimpinannya kelak.
Komitmen terhadap Keragaman
Calon pemimpin Jakarta juga menunjukkan komitmennya untuk merangkul semua
lapisan masyarakat. Dalam kampanyenya, ia berjanji untuk tidak membawa politik
identitas, tetapi lebih kepada membangun Jakarta sebagai kota yang inklusif.
Hal ini tercermin dalam upayanya untuk mengunjungi tokoh-tokoh agama dari
berbagai latar belakang, bukan hanya Islam sebagai mayoritas, tetapi juga
agama-agama lainnya. Dengan pendekatan ini, ia berharap dapat membangun sinergi
dan kepercayaan di antara masyarakat yang beragam.
Ia juga mengingatkan akan pentingnya memahami sejarah Jakarta, terutama
mengenai Pangeran Jayakarta, sosok yang berjuang melawan kolonialisme dan
berkontribusi dalam pembangunan peradaban di Jakarta. Menghargai sejarah ini
diharapkan dapat memupuk rasa cinta dan bangga masyarakat terhadap kota mereka,
yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk turut serta dalam pembangunan
Jakarta yang lebih baik.
Menyapa Generasi Muda
Dalam era digital saat ini, menjangkau generasi muda menjadi tantangan
tersendiri. Menurut calon pemimpin ini, generasi Z (Gen Z) memiliki cara
berpikir yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka lebih pragmatis,
rasional, dan sangat terhubung dengan teknologi. Oleh karena itu, penting untuk
menyampaikan visi dan program secara efektif melalui media sosial.
Calon pemimpin ini berencana untuk membuka dialog dengan generasi muda
melalui kegiatan yang dikenal sebagai “Nyalain Pram.” Melalui kegiatan ini, ia
berharap dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh generasi muda,
termasuk tantangan dalam mencari lapangan kerja. Survei yang dilakukan
menunjukkan bahwa 70% Gen Z ingin menjadi pengusaha, 15% ingin menjadi ASN, dan
10% ingin menjadi petani. Hasil survei ini menunjukkan adanya keinginan yang
kuat untuk berinovasi dan berusaha mandiri di kalangan generasi muda.
Kesimpulan
Dengan semua rencana dan komitmen yang ada, Jakarta memiliki peluang besar
untuk berkembang menjadi kota global yang cosmopolitan. Namun, semua itu
membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun
sektor swasta. Dengan memperbaiki kondisi yang ada, menciptakan ruang inovasi,
dan merangkul semua lapisan masyarakat, Jakarta dapat menuju masa depan yang lebih
cerah, menjadi pusat ekonomi dan fiskal yang tidak hanya diperuntukkan bagi
warganya, tetapi juga bagi seluruh Indonesia.
Dengan langkah-langkah yang strategis dan komitmen yang kuat, Jakarta bisa
menjadi kota yang tidak hanya modern dan efisien, tetapi juga menjadi rumah
bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang, menciptakan harmoni dalam
keragaman yang ada. Inilah saatnya untuk bersama-sama membangun Jakarta menjadi
kota global yang bisa bersaing di kancah internasional.
Penulis
Sumarta
Sumber
https://youtu.be/9nsGFMs48Ro