Kisah Inspiratif Santri dari Situbondo yang Sukses Belajar hingga ke Tiongkok
Mengenal Novi Basuki
Semangat pagi, Sobat Sukses! Di pagi yang cerah ini, kita kedatangan sosok inspiratif, seorang penulis, peneliti, dan pakar Islam di Tiongkok, Novi Basuki, yang juga dikenal dengan nama Wang Xiaoming. Sosoknya yang sederhana tetapi penuh semangat memberikan banyak pelajaran berharga, terutama dalam mengejar mimpi besar yang sebelumnya mungkin dianggap mustahil. Berasal dari lereng Gunung Argopuro, Situbondo, perjalanan Novi menuju Tiongkok dengan berbagai rintangan dan tantangan, adalah contoh nyata bahwa ketekunan dan keberanian selalu membuahkan hasil yang luar biasa.
Kehidupan Awal Novi Basuki
Novi Basuki lahir di Desa Tamansari, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo. Terletak di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut, desa ini berada di lereng Gunung Argopuro, sebuah wilayah yang asri dan masih kental dengan nuansa pedesaan. Kehidupan di desa membentuk Novi menjadi sosok yang sederhana namun penuh dengan nilai-nilai kejujuran, kerja keras, dan ketulusan. Keluarganya menjalankan usaha kecil-kecilan, berjualan sembako dan bahan bangunan, yang cukup membantu kebutuhan sehari-hari.
Perjalanan Pendidikan Novi
Sejak kecil, Novi sudah menunjukkan semangat belajar yang tinggi. Selepas menyelesaikan pendidikan dasar di desanya, ia melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Nurul Jadid di Probolinggo. Pesantren ini dikenal dengan disiplin yang kuat serta pendekatan pembelajaran bahasa asing, termasuk bahasa Inggris dan bahasa Arab. Namun, perjalanannya ke dunia internasional mulai terbuka saat pesantren tersebut memperkenalkan bahasa Mandarin sebagai bagian dari kurikulumnya. Saat itu, Novi sebenarnya ingin mendalami bahasa Inggris, tetapi ternyata takdir membawanya ke arah yang berbeda.
Pada tahun 2007, pesantren tempatnya belajar menghadirkan seorang guru bahasa Mandarin yang berasal dari Tiongkok. Ini menjadi titik balik dalam hidup Novi. Meskipun awalnya ia tertarik dengan bahasa Inggris, kehadiran guru Mandarin ini membuka peluang baru yang akhirnya membawa Novi untuk mempelajari bahasa tersebut dengan serius. Selama tiga tahun, ia menekuni bahasa Mandarin di pesantren dengan semangat yang luar biasa.
Keberanian untuk Belajar di Tiongkok
Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren, Novi dihadapkan pada kesempatan besar yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya: melanjutkan studi di Tiongkok dengan beasiswa penuh dari Pemerintah Tiongkok (Chinese Government Scholarship). Tawaran ini datang sebagai hasil ketekunannya mempelajari bahasa Mandarin selama di pesantren. Awalnya, tentu ada kekhawatiran dari pihak keluarga dan masyarakat sekitar, terutama mengingat latar belakang Tiongkok yang kerap diasosiasikan dengan sistem politik komunis.
Namun, orang tua Novi menunjukkan pemikiran yang terbuka dan memberi dukungan penuh kepada anak tunggal mereka untuk melanjutkan pendidikan ke negeri yang terkenal dengan budaya dan peradaban kunonya itu. Kedua orang tuanya, meski tidak mengenyam pendidikan formal yang tinggi, memiliki prinsip hidup yang kuat, “Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina,” sebuah pepatah yang sangat familiar di kalangan masyarakat Indonesia.
Pendidikan Tinggi di Tiongkok
Novi memulai petualangan akademisnya di Universitas Huaqiao, Tiongkok. Di sini ia menyelesaikan pendidikan sarjana, yang dilanjutkan dengan program magister di Universitas Xiamen. Akhirnya, ia menempuh pendidikan doktoral di Universitas Sun Yat-sen. Pengalaman akademis ini tak hanya memperkaya pengetahuan Novi dalam bidang politik, agama, dan hubungan luar negeri, tetapi juga memperkuat hubungan antarbangsa, terutama antara Indonesia dan Tiongkok.
Selama di Tiongkok, Novi juga terlibat dalam berbagai aktivitas riset dan kajian di sejumlah universitas dan lembaga penelitian terkemuka. Sebagai seorang santri yang lama tinggal di pesantren, Novi tetap mempertahankan identitas dan prinsip keagamaannya, meskipun berada di lingkungan yang berbeda secara budaya dan keyakinan. Ia menjadikan pengalaman ini sebagai cara untuk lebih mengenal budaya Tiongkok, serta menunjukkan bahwa perbedaan latar belakang bukanlah penghalang untuk mencapai mimpi.
Karier dan Kontribusi Novi dalam Kajian Tiongkok
Setelah menyelesaikan studinya, Novi tidak hanya berhenti sebagai akademisi, tetapi juga menjadi peneliti dan penulis yang produktif. Ia pernah menjadi Visiting Scholar di China-ASEAN Research Institute, Universitas Guangxi; Associate Researcher di School of Foreign Studies, Universitas Teknologi Hefei; dan peneliti di Belt and Road Institute, Universitas Normal Jiangsu. Dalam peran-peran ini, Novi banyak berkontribusi pada kajian tentang hubungan Tiongkok-Indonesia, terutama dalam bidang politik, sejarah, dan agama.
Tulisan-tulisan Novi kerap dimuat di berbagai media nasional, seperti harian Kompas, Jawa Pos, Harian DI's Way, dan Media Indonesia. Dalam tulisan-tulisannya, Novi banyak mengangkat pandangan-pandangan objektifnya mengenai perkembangan Tiongkok dan peran negara tersebut di panggung global, serta dampaknya bagi Indonesia. Hal ini membuatnya sering menjadi narasumber media, baik di Indonesia maupun di Tiongkok, untuk isu-isu terkini yang berkaitan dengan kedua negara.
Pandangan Novi tentang Hubungan Tiongkok-Indonesia
Novi sering menyampaikan pandangannya tentang bagaimana Tiongkok, yang dulu dianggap sebagai ancaman, kini telah berubah menjadi negara maju dengan berbagai peluang yang dapat dimanfaatkan oleh negara-negara lain, termasuk Indonesia. Ia mengkritisi pandangan sebagian masyarakat Indonesia yang masih melihat Tiongkok dengan kacamata “Perang Dingin,” padahal negara tersebut telah mengalami banyak perubahan sejak era Deng Xiaoping.
Dalam salah satu kesempatan, Novi menyampaikan bahwa jika Indonesia hanya melihat Tiongkok sebagai ancaman, maka peluang besar yang ditawarkan oleh Tiongkok yang sedang maju pesat akan terlewatkan. Novi menyarankan untuk melihat hubungan dengan Tiongkok dari sudut pandang yang lebih terbuka dan pragmatis, mengingat potensi besar yang dapat dicapai melalui kerja sama di berbagai bidang, seperti perdagangan, teknologi, dan pendidikan.
Inspirasi bagi Generasi Muda Indonesia
Kisah Novi Basuki menjadi inspirasi bagi banyak kalangan, terutama generasi muda Indonesia yang mungkin masih ragu untuk mengejar mimpi besar. Perjalanan Novi dari lereng Gunung Argopuro hingga ke berbagai universitas terkemuka di Tiongkok menunjukkan bahwa dengan ketekunan, keberanian, dan dukungan keluarga, siapa pun bisa meraih impian yang tinggi.
Novi juga menekankan pentingnya tetap mempertahankan identitas dan nilai-nilai pribadi, meskipun berada di lingkungan yang berbeda secara budaya dan keyakinan. Sebagai seorang Muslim dan anak Indonesia, ia tetap menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan budaya asalnya, sekaligus membuka diri terhadap budaya lain.
Kesimpulan
Novi Basuki adalah bukti nyata bahwa mimpi besar dapat dicapai oleh siapa saja, termasuk mereka yang berasal dari desa kecil di lereng gunung. Dengan dukungan orang tua, ketekunan belajar, serta keberanian untuk melangkah keluar dari zona nyaman, Novi berhasil menjelajahi dunia yang mungkin sebelumnya sulit dibayangkan oleh banyak orang. Kisah hidup Novi bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang pentingnya membuka diri terhadap budaya lain dan memandang setiap peluang dengan sikap yang positif. Di tengah pesatnya perkembangan dunia, Novi menjadi teladan bahwa siapa pun bisa meraih impian besar tanpa harus meninggalkan jati diri mereka.
Editor
Sumarta