Memahami Rangkaian Pertemuan KTT ASEAN: Membangun Kepercayaan dan Kolaborasi Global
Membangun Kepercayaan dan Kolaborasi Global
Hari ini menandai akhir dari rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN
yang diselenggarakan dengan semangat untuk menciptakan stabilitas dan kerja sama
di kawasan. Dalam kesempatan ini, Wakil Presiden Indonesia, yang menghadiri
tiga pertemuan penting, telah mengemukakan berbagai isu strategis yang
berdampak pada masa depan kawasan dan dunia. Mari kita telaah lebih dalam
mengenai poin-poin penting yang disampaikan dalam pertemuan ini dan bagaimana
hal ini relevan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Pertemuan Pertama: Keynote Speech di ASEAN Indo-Pacific Forum (IPEF)
Pertemuan pertama yang dihadiri oleh Wakil Presiden adalah ASEAN
Indo-Pacific Forum (IPEF), yang merupakan platform penting untuk
membahas berbagai isu terkait kawasan Indo-Pasifik. Dalam keynote speech-nya,
Wakil Presiden menekankan posisi strategis kawasan Indo-Pasifik yang menyumbang
60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia dan hampir setengah dari total
perdagangan global. Ini menunjukkan betapa pentingnya kawasan ini dalam konteks
ekonomi global.
Salah satu sorotan penting dari pidatonya adalah penilaian positif terhadap
peran ASEAN dalam menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan. Wakil Presiden
mencatat bahwa ASEAN telah terbukti tangguh dan adaptif di tengah
ketidakpastian ekonomi global. Ia mengungkapkan bahwa perdagangan intra-ASEAN
mencapai 3,5 triliun dolar AS, melebihi angka sebelum pandemi. Ini menjadi
indikator bahwa ASEAN tidak hanya pulih dari krisis, tetapi juga mampu tumbuh
lebih cepat.
Investasi dan Ekonomi Hijau
Lebih lanjut, Wakil Presiden mencatat bahwa investasi di ASEAN mencapai 229
miliar dolar AS, dengan peningkatan signifikan terjadi di sektor keuangan dan
teknologi. Ini menandakan bahwa ASEAN semakin menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi.
Namun, ia juga menekankan pentingnya transisi menuju ekonomi hijau. Dalam
konteks ini, investasi hijau di ASEAN tercatat mencapai 6,3 miliar dolar AS,
meningkat 20% pada tahun 2023. Wakil Presiden menyerukan agar ASEAN
menyelaraskan inovasi di sektor lingkungan hidup dengan transformasi digital,
serta meningkatkan kerja sama ekonomi sirkular dan biru.
Sinergi dengan Dunia Usaha
Selain itu, Wakil Presiden menegaskan pentingnya penguatan sinergi dengan
dunia usaha. Peluncuran ASEAN Pacific Business Network
dianggap sebagai langkah maju untuk menggeser paradigma kerja sama yang lebih
berfokus pada pemerintah menjadi yang lebih dipimpin oleh bisnis. Dengan adanya
jaringan ini, diharapkan kerja sama yang dibangun akan lebih berkelanjutan dan
memberikan dampak positif bagi perekonomian kawasan.
Pertemuan Kedua: ASEAN-AS dan Tantangan Multilateralisme
Setelah IPEF, Wakil Presiden juga mewakili Indonesia dalam pertemuan ASEAN-AS.
Dalam pertemuan ini, ia menekankan pentingnya multilateralisme dan tanggung
jawab bersama untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas. Ia mengungkapkan
keprihatinan atas serangan terhadap misi pemeliharaan perdamaian PBB di
Lebanon, yang merupakan pelanggaran hukum internasional yang serius.
Wakil Presiden mengingatkan bahwa dunia tidak boleh tinggal diam dalam menghadapi
pelanggaran hukum internasional, terutama ketika simbol perdamaian seperti misi
PBB diserang. Ia mendorong negara-negara untuk bekerja sama dalam menciptakan
ruang kolaborasi yang aman dan saling percaya. Tiga prioritas kerja sama yang
diajukan adalah:
1. Kerja Sama untuk Perdamaian dan Stabilitas:
Memastikan bahwa semua pihak berkomitmen untuk menjaga keamanan dan stabilitas
di kawasan.
2. Pengembangan Energi Hijau: Mengembangkan sumber
energi yang ramah lingkungan untuk menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan.
3. Konektivitas dan Ekonomi Digital: Membangun
infrastruktur digital yang kuat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Pertemuan Ketiga: East Asia Summit (EAS)
Di pertemuan East Asia Summit (EAS), Wakil Presiden
mengidentifikasi adanya defisit kepercayaan di antara negara-negara peserta. Ia
menekankan bahwa jika situasi ini tidak ditangani, pencapaian Sustainable
Development Goals (SDGs) hanya akan menjadi impian belaka. Dalam pidatonya, ia
menyampaikan tiga langkah konkret yang perlu diambil untuk mengatasi tantangan
ini:
1. Isu Palestina: Menegaskan perlunya semua negara
untuk tidak tebang pilih dalam penegakan hukum internasional. Wakil Presiden
mendesak negara-negara yang belum mengakui Palestina untuk segera melakukannya
dan menekankan pentingnya implementasi resolusi 16124 yang menyatakan bahwa
keberadaan Israel di Palestina adalah ilegal.
2. Medium Peningkatan Rasa Saling Percaya: EAS
harus menjadi forum dialog yang memungkinkan pengurangan ketegangan dan
kesalahpahaman antara negara-negara.
3. Kerja Sama Ekonomi Inklusif: Membangun
kerjasama di bidang produk halal sebagai potensi strategis dalam meningkatkan
kerja sama ekonomi di kawasan.
Ketidakpastian dalam Kesepakatan EAS
Namun, saat pertemuan berlangsung, terdapat kabar bahwa tidak ada
kesepakatan untuk mengeluarkan joint statement, dan hasilnya hanya akan berupa
chair statement yang berisi pandangan ketua ASEAN terhadap isu-isu yang
dibahas. Hal ini menunjukkan tantangan dalam menciptakan konsensus di antara
negara-negara anggota.
Pertemuan ASEAN-PBB dan Tantangan Multilateralisme
Dalam pertemuan terakhir yang melibatkan ASEAN dan PBB, Wakil Presiden
memberikan selamat kepada Sekjen PBB atas keberhasilan penyelenggaraan Summit
of the Future. Namun, ia juga mengingatkan bahwa ancaman terhadap
multilateralisme dan hukum internasional sangat nyata, seperti yang terjadi di
Palestina, Ukraina, dan Lebanon.
Wakil Presiden mengulangi kecaman terhadap serangan IDF terhadap UNIFIL,
yang ia sebut sebagai pelanggaran berat hukum humaniter internasional. Ia
menegaskan pentingnya peran PBB sebagai kompas dalam multilateralisme dan
menyatakan dukungannya terhadap upaya PBB untuk menjalankan misi kemanusiaan di
kawasan yang terdampak konflik.
Harapan untuk Masa Depan
Sebagai penutup, Wakil Presiden menyampaikan harapan akan penguatan kerja
sama antara ASEAN dan PBB. Dalam konteks ini, ia menyarankan agar PBB memiliki
perwakilan di Jakarta untuk meningkatkan kerja sama institusional. Ia juga
mengapresiasi kepercayaan Sekjen PBB atas ditunjuknya Retno Marsudi sebagai
utusan khusus untuk urusan air.
Melalui rangkaian pertemuan ini, kita melihat upaya konkret untuk membangun
kepercayaan dan kolaborasi di tingkat regional dan global. Di tengah tantangan
yang ada, komitmen untuk menciptakan ruang perdamaian dan kolaborasi harus
terus diperkuat. Ini adalah tanggung jawab bersama, dan dengan saling percaya
dan kolaborasi, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi semua.
Dengan demikian, rangkaian pertemuan KTT ASEAN ini tidak hanya menjadi ajang
dialog, tetapi juga menjadi langkah penting dalam menciptakan stabilitas dan
pertumbuhan di kawasan yang semakin kompleks. Mari kita dukung upaya ini untuk
mencapai tujuan bersama dan membangun dunia yang lebih damai dan sejahtera.
Editor
Sumarta
Sumber: