Membangun Ekosistem Pendidikan Tinggi yang Inovatif di Indonesia: Tantangan dan Perbandingan Sistem Global (Prof. Stella Christie)

Tantangan dan Perbandingan Sistem Global 



Pendidikan tinggi memiliki peran krusial dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Namun, peran ini sering kali salah dimengerti atau disamakan dengan pendidikan dasar dan menengah, yang sesungguhnya memiliki tujuan dan pendekatan berbeda. Di tingkat sekolah dasar hingga menengah, pendidikan fokus pada dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan, sedangkan pendidikan tinggi diharapkan melahirkan inovasi baru, terobosan ilmiah, dan penemuan yang berdampak pada masyarakat luas. Artikel ini mengulas bagaimana seharusnya sistem pendidikan tinggi di Indonesia dirancang untuk mendukung inovasi, membandingkannya dengan sistem pendidikan di negara lain, dan mencari solusi untuk tantangan yang dihadapi.

Pendidikan Tinggi: Melampaui Pengajaran, Menuju Penciptaan Pengetahuan Baru

Di Indonesia, pendidikan tinggi masih sering dianggap sebagai kelanjutan dari jenjang pendidikan sebelumnya, baik dalam hal metode pengajaran maupun harapan keluaran (output). Padahal, di tingkat universitas, orientasinya seharusnya berbeda: fokusnya adalah menciptakan pengetahuan baru, bukan sekadar mengajarkan hal-hal yang sudah diketahui. Dosen, sebagai aktor utama dalam sistem pendidikan tinggi, tidak hanya bertugas untuk mengajar tetapi juga untuk meneliti dan menciptakan inovasi baru. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, dosen lebih banyak menghabiskan waktu untuk penelitian daripada mengajar. Misalnya, sekitar 65% hingga 70% waktu seorang dosen di negara-negara maju dialokasikan untuk penelitian, sedangkan hanya 30% hingga 35% untuk mengajar.

Penelitian ini kemudian menjadi bahan ajar yang diberikan kepada mahasiswa, menjadikan materi kuliah selalu up-to-date dan relevan dengan perkembangan terbaru di bidang masing-masing. Di Indonesia, dosen belum sepenuhnya difasilitasi untuk meneliti secara intensif, karena birokrasi yang rumit dan beban administratif yang tinggi sering kali menghambat mereka untuk fokus pada penelitian. Hal ini merupakan perbedaan mendasar antara sistem pendidikan tinggi di Indonesia dan di negara-negara maju.

Ekosistem Pendidikan Tinggi Indonesia: Tantangan Birokrasi dan Minimnya Dukungan untuk Riset

Salah satu tantangan utama dalam mengembangkan pendidikan tinggi yang inovatif di Indonesia adalah ekosistemnya. Banyak dosen di Indonesia yang sebenarnya memiliki potensi besar untuk melakukan penelitian dan inovasi, namun mereka terbentur oleh sistem yang tidak mendukung. Beban birokrasi yang berat dan kurangnya dukungan dari lembaga-lembaga terkait membuat dosen sulit untuk menyeimbangkan antara mengajar dan meneliti. Selain itu, dana penelitian yang terbatas dan proses pengajuan yang rumit semakin memperparah keadaan.

Dalam situasi ini, dosen-dosen yang berbakat sering kali tidak dapat mempertahankan produktivitas mereka dalam penelitian. Akibatnya, mahasiswa yang mereka ajar tidak mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang cara menciptakan pengetahuan baru. Kondisi ini menyebabkan lulusan universitas di Indonesia cenderung menguasai pengetahuan yang sudah ada, tetapi kurang terlatih dalam mengembangkan pemikiran kritis dan inovatif untuk menjawab tantangan-tantangan baru.

Studi Kasus: Transformasi Pendidikan Tinggi di Tiongkok

Salah satu contoh yang dapat dijadikan pelajaran untuk Indonesia adalah bagaimana Tiongkok mampu mentransformasi sistem pendidikan tingginya dalam kurun waktu relatif singkat. Dua puluh lima tahun yang lalu, universitas-universitas di Tiongkok, termasuk Tsinghua University, berada di peringkat yang cukup rendah di dunia. Namun, dengan strategi yang tepat, Tsinghua University saat ini berada di peringkat 12 dunia dan peringkat 5 di Asia.

Keberhasilan ini bukan datang dari proses imitasi sistem pendidikan tinggi di negara lain, melainkan hasil dari pemahaman mendalam terhadap masalah yang ada di dalam negeri dan penerapan solusi yang sesuai dengan konteks lokal. Pemerintah Tiongkok fokus pada meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan tinggi dengan mendorong riset, inovasi, dan pengembangan teknologi. Dosen-dosen di universitas-universitas top di Tiongkok diberikan ruang dan fasilitas yang memadai untuk melakukan penelitian, dan hasil dari penelitian ini kemudian dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pengajaran.

Pendekatan Tiongkok yang menggabungkan investasi besar-besaran dalam riset dan pengembangan, serta reformasi birokrasi untuk mendukung dosen dalam berinovasi, bisa menjadi pelajaran penting bagi Indonesia. Alih-alih mengimitasi sistem pendidikan di negara lain secara langsung, Indonesia perlu mencari solusi yang sesuai dengan tantangan dan kondisi lokal.

Potensi Indonesia: Sumber Daya Manusia yang Bersemangat dan Terbuka terhadap Inovasi

Meskipun Indonesia memiliki banyak tantangan dalam membangun ekosistem pendidikan tinggi yang mendukung inovasi, kita juga memiliki potensi yang besar. Salah satu kekuatan terbesar Indonesia adalah semangat dan keterbukaan generasi mudanya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap kali ada seminar, diskusi, atau forum-forum ilmiah, sambutan dari kalangan mahasiswa selalu sangat positif. Hal ini menunjukkan bahwa ada keinginan besar dari generasi muda Indonesia untuk belajar dan berinovasi.

Semangat ini perlu dikelola dengan baik oleh pemerintah dan institusi pendidikan tinggi. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan membuka akses yang lebih luas terhadap informasi dan pengetahuan. Misalnya, melalui program podcast atau webinar yang membahas ilmu pengetahuan dan teknologi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Selain itu, kolaborasi antara dosen dan mahasiswa dalam penelitian juga harus diperkuat. Mahasiswa tidak hanya menjadi penerima pengetahuan, tetapi juga turut aktif dalam proses penciptaan pengetahuan baru.

Mengatasi Hambatan Birokrasi: Menuju Sistem yang Outcome-Oriented

Untuk membangun ekosistem pendidikan tinggi yang lebih baik, salah satu hal yang paling mendesak adalah mengatasi hambatan birokrasi yang ada saat ini. Sering kali, dosen dan peneliti harus berhadapan dengan banyak aturan dan peraturan yang tidak relevan dengan tujuan akhir dari pendidikan tinggi itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengubah pendekatan birokrasi yang ada menjadi lebih outcome-oriented, yaitu berfokus pada hasil akhir yang ingin dicapai, bukan pada proses atau aturan yang kaku.

Peraturan yang ada harus dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa mereka benar-benar efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Jika suatu peraturan ternyata tidak mendukung tercapainya outcome yang diinginkan, maka peraturan tersebut harus diubah atau dihapus. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih fleksibel dan mendukung inovasi, di mana dosen dan mahasiswa dapat lebih bebas untuk berkarya.

Kolaborasi dan Koordinasi Antar-Kementerian: Langkah untuk Meningkatkan Efektivitas

Salah satu visi besar Presiden Prabowo Subianto dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan memperkuat sumber daya manusia melalui pendidikan tinggi. Langkah konkret yang diambil oleh pemerintah adalah dengan memisahkan Kementerian Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Kementerian Kebudayaan. Pemisahan ini bertujuan untuk meningkatkan fokus dan efektivitas masing-masing sektor, sehingga bisa bekerja lebih optimal dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Namun, pemisahan ini juga membutuhkan koordinasi yang baik antar-kementerian agar kebijakan yang diambil tetap terintegrasi dan saling mendukung. Koordinasi yang efektif antara kementerian sangat penting untuk menghindari tumpang tindih kebijakan dan memastikan bahwa setiap program yang dijalankan benar-benar memberikan dampak positif bagi pendidikan di Indonesia.

Kesimpulan: Membangun Pendidikan Tinggi yang Inovatif untuk Masa Depan Indonesia

Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan sistem pendidikan tinggi yang inovatif dan berdaya saing global. Namun, untuk mencapai hal ini, kita perlu melakukan reformasi yang mendalam dalam ekosistem pendidikan tinggi, terutama dalam hal birokrasi dan dukungan terhadap penelitian. Dengan belajar dari negara-negara lain seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, Indonesia bisa menemukan strategi yang tepat untuk membangun sistem pendidikan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan dan tantangan lokal.

Selain itu, semangat dan keterbukaan generasi muda Indonesia terhadap ilmu pengetahuan harus dimanfaatkan sebagai aset penting dalam proses ini. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan institusi pendidikan, Indonesia bisa menciptakan generasi inovator yang mampu bersaing di tingkat global. Langkah-langkah seperti memperkuat koordinasi antar-kementerian, fokus pada outcome yang diinginkan, dan memberikan ruang yang lebih besar bagi dosen untuk meneliti, adalah kunci untuk membangun masa depan pendidikan tinggi yang lebih baik di Indonesia.

Penulis

Sumarta

 

Sumber:

Real Talk : di Balik Layar Penunjukan Stella Christie Sebagai Wamen Dikti, Sains & Teknologi. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Prof. Stella Christie menceritakan di balik layar dirinya dipilih Presiden Prabowo Subianto masuk Kabinet Merah Putih. Berawal dari presentasi tentang efek makan bergizi terhadap prestasi sekolah sampai dilantik di Istana. 23 Okt 2024 dari www.youtube.com/@Idntimes

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel