Menelisik Dominasi Ekonomi Dunia dan Transformasi Budaya: Sebuah Refleksi Sejarah
Sebuah Refleksi Sejarah
Pada
akhir abad ke-19, sebuah pandangan umum yang sering digaungkan adalah bahwa
menjadi seorang Inggris merupakan salah satu pencapaian tertinggi dalam hidup,
seolah-olah memenangkan "lotere kehidupan." Pernyataan yang populer
ini mencerminkan keyakinan akan superioritas budaya dan ekonomi Inggris pada
masa kolonial, sebuah gagasan yang diajarkan sejak dini bagi banyak generasi
yang lahir di wilayah kekuasaan Inggris. Tidak terkecuali bagi individu yang
lahir di Burma, di mana pola pikir kolonial ini ditanamkan dengan kuat. Salah
satu tokoh terkemuka dalam refleksi ini adalah Cecil Rhodes, seorang pionir
imperialisme Inggris, yang menyatakan bahwa dilahirkan sebagai orang Inggris
adalah salah satu keuntungan terbesar yang bisa dimiliki seseorang di dunia.
Namun,
pandangan dunia tersebut sangat terbatas dan hanya mencerminkan sebagian kecil
dari realitas yang lebih besar. Seiring dengan berkembangnya sejarah, kita
mulai menyadari bahwa dunia bukanlah "Atlantik" semata, tetapi jauh
lebih luas. Sebelum dominasi ekonomi Barat yang terjadi pada abad ke-19 dan
ke-20, peradaban besar seperti Tiongkok dan India mendominasi perekonomian
dunia. Pada awal abad ke-18, sekitar 75% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia
berada di tangan dua negara besar: Tiongkok dan India. Namun, pengaruh besar
ini sering terlupakan, terkubur di bawah narasi sejarah yang lebih didominasi
oleh Barat.
Dunia Sebelum Dominasi Barat
Sebagai
ilustrasi, pada masa George Washington lahir di tahun 1732, perekonomian dunia
hampir sepenuhnya berputar di sekitar Asia, khususnya Tiongkok dan India.
Negara-negara Barat yang kemudian menjadi kekuatan dominan dunia sebenarnya
berada dalam posisi yang lebih rendah, baik dari segi kekayaan maupun pengaruh.
Bahkan, selama periode ini, Inggris dan negara-negara Eropa lainnya sering kali
berada dalam krisis ekonomi dan bergantung pada kekayaan negara-negara Timur
untuk mempertahankan keseimbangan perdagangan mereka.
Misalnya,
salah satu cara Inggris mengatasi defisit perdagangan dengan Tiongkok adalah
dengan memulai perdagangan opium. Inggris, yang pada saat itu sangat bergantung
pada produk-produk Tiongkok seperti teh, sutra, dan porselen, menemukan dirinya
dalam situasi ekonomi yang sulit. Untuk menyeimbangkan neraca perdagangan yang
timpang, mereka mulai mengirim opium ke Tiongkok, yang pada akhirnya
menyebabkan ketergantungan besar di kalangan masyarakat Tiongkok dan
menimbulkan Perang Opium di pertengahan abad ke-19. Ini adalah salah satu
contoh bagaimana kekuatan kolonial Eropa tidak hanya mencari dominasi ekonomi,
tetapi juga menggunakan cara-cara yang merusak untuk mencapai keseimbangan
tersebut.
Kebersihan dan Kehidupan Sehari-hari: Kontras
Timur dan Barat
Salah
satu aspek menarik dari sejarah ini adalah pandangan yang berbeda tentang
kebersihan dan gaya hidup. Pada masa itu, kebersihan pribadi di Eropa masih
sangat minim. Sejarah mencatat bahwa Raja James VI dari Skotlandia, yang juga
menjadi Raja James I dari Inggris, jarang mandi dan lebih sering menutupi
tubuhnya dengan parfum. Sebaliknya, di Timur, praktik kebersihan tubuh lebih
diutamakan. Kata "shampoo," yang kita kenal sekarang, sebenarnya
berasal dari bahasa India, menunjukkan bahwa konsep mencuci rambut dan menjaga
kebersihan sudah lama dipraktikkan di India jauh sebelum masuk ke Eropa.
Perbedaan
ini tidak hanya dalam hal kebersihan pribadi, tetapi juga mencerminkan
perbedaan besar dalam hal budaya, teknologi, dan pengetahuan antara Timur dan
Barat. Di India, misalnya, teknologi tekstil dan pertanian sudah sangat maju
jauh sebelum Eropa memasuki era industrialisasi. Tiongkok juga memimpin dalam
banyak inovasi teknologi seperti kertas, kompas, dan pencetakan, yang pada
akhirnya berkontribusi besar pada perkembangan global.
Abad "Emas" Dominasi Barat: Sebuah
Ilusi?
Seringkali,
periode 200 tahun terakhir disebut sebagai masa "dominan" Barat, di
mana kekuatan-kekuatan Barat seperti Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat
berhasil mendominasi ekonomi dunia. Namun, pandangan ini cenderung mengabaikan
kenyataan bahwa kekuatan-kekuatan ini sebagian besar dibangun di atas dasar
eksploitasi dan kolonialisme. Dominasi ekonomi yang dicapai oleh Barat sering
kali melibatkan praktik-praktik yang merugikan negara-negara lain, baik melalui
perdagangan yang tidak adil maupun melalui penaklukan dan penjajahan.
Pada
awal abad ke-19, ketika Tiongkok dan India mulai kehilangan dominasinya di
pasar global, Inggris dan negara-negara Eropa lainnya mulai memanfaatkan
keuntungan ini untuk membangun ekonomi mereka sendiri. Salah satu faktor utama
yang mendukung kebangkitan Inggris adalah kolonialisasi India. India, dengan
sumber daya alam yang melimpah, menjadi tulang punggung ekonomi Inggris, yang
memungkinkan mereka untuk mengembangkan industri dan memperluas perdagangan
mereka ke seluruh dunia. Namun, harga yang harus dibayar oleh India sangat
besar. Sumber daya alamnya dieksploitasi secara besar-besaran, dan rakyatnya
menderita di bawah sistem kolonial yang merampas kekayaan negara untuk
keuntungan segelintir orang di Barat.
Peninggalan Sejarah dan Pengaruhnya pada Dunia
Modern
Sejarah
dominasi Barat yang tampak cemerlang sering kali diiringi oleh narasi kelam
yang jarang diungkapkan. Meskipun dunia Barat berhasil mencapai puncak kejayaan
ekonomi dan teknologi, hal ini tidak terjadi tanpa kerugian besar bagi
negara-negara yang mereka jajah. Sejarah kolonialisme dan imperialisme
mengajarkan kita bahwa banyak kekayaan dan kemajuan yang diperoleh oleh
negara-negara Barat didasarkan pada penderitaan negara-negara di Timur.
Selain
itu, interaksi antara Timur dan Barat selama periode ini juga menghasilkan
pertukaran budaya yang signifikan. Budaya India, misalnya, mempengaruhi banyak
aspek kehidupan sehari-hari di Inggris, dari mode hingga kebersihan. Selain
itu, kesadaran akan pentingnya sejarah dan budaya Timur semakin meningkat di
kalangan masyarakat Barat, meskipun hal ini sering kali masih didasarkan pada
stereotip dan pandangan yang bias.
Di masa
sekarang, tugas kita adalah untuk lebih menghargai keanekaragaman budaya dan
mengakui bahwa dunia tidak hanya berputar di sekitar "Atlantik" atau
kekuatan Barat saja. Dunia adalah tempat yang lebih luas, dengan sejarah yang
panjang dan kompleks, di mana negara-negara di Timur memiliki peran yang sangat
penting dalam membentuk dunia seperti yang kita kenal saat ini. Pandangan bahwa
Barat adalah pusat dari segala sesuatu adalah pandangan yang sempit dan tidak
akurat. Sebaliknya, kita harus memahami bahwa kontribusi besar dari
negara-negara seperti Tiongkok dan India telah membentuk peradaban global jauh
sebelum munculnya dominasi Barat.
Kesimpulan
Sejarah
dunia tidak hanya tentang dominasi Barat selama 200 tahun terakhir, tetapi juga
tentang kontribusi besar negara-negara di Timur, seperti Tiongkok dan India,
yang telah menjadi pusat ekonomi dan budaya global selama ribuan tahun. Pada
akhirnya, narasi sejarah yang lebih adil dan seimbang harus mengakui peran
penting semua negara dan peradaban dalam membentuk dunia modern. Dengan
memahami sejarah dengan cara yang lebih komprehensif, kita dapat menghargai
keanekaragaman budaya dan berupaya untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan
seimbang di masa depan.
Penulis
Sumarta
Sumber
Tanah Jawa 300 Tahun yang Lalu - Peter Carey | Endgame #197 (Luminaries)