Meningkatnya Pengaruh Jokowi di PBNU dan Intrik Politik di Baliknya

Meningkatnya Pengaruh Jokowi di PBNU dan Intrik Politik di Baliknya



Pada tahun-tahun menjelang akhir masa kepemimpinan Presiden Jokowi, hubungan antara dunia politik dan organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), semakin memperlihatkan dinamika yang kompleks. Dalam konteks ini, peran Jokowi dalam pengaruhnya terhadap NU menjadi semakin jelas, terutama menjelang Muktamar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang semakin mendekat. Latar belakang politik ini memberikan gambaran penting tentang bagaimana strategi Jokowi untuk memegang kendali di berbagai sektor termasuk NU, organisasi yang secara tradisional tidak terafiliasi dengan partai politik tetapi memiliki pengaruh besar di Indonesia.

Kepentingan Jokowi Terhadap PBNU

Dalam beberapa tahun terakhir, muncul pandangan di kalangan internal NU bahwa Jokowi memiliki kepentingan besar untuk menjaga NU tetap berada di sisinya. Bukan hal yang mengejutkan bahwa Jokowi, yang tidak berafiliasi langsung dengan partai politik besar, berusaha memperkuat dukungannya melalui organisasi masyarakat. NU, yang memiliki jutaan pengikut, menjadi pilihan strategis bagi Jokowi untuk memastikan dukungan yang kuat di masa mendatang.

Kepentingan ini terlihat jelas dalam peran Jokowi dalam menentukan siapa yang akan memimpin PBNU ke depan. Dengan semakin dekatnya Muktamar PBNU, semakin jelas bahwa Jokowi terlibat dalam proses ini. Informasi mengenai penunjukan kepengurusan NU di daerah-daerah pun terhubung dengan Istana. Walaupun tidak secara langsung mengambil keputusan, pengaruh Jokowi dalam proses tersebut sangat terasa, menunjukkan kepentingannya untuk memegang kendali di organisasi besar ini.

Relawan Jokowi dan Kepentingan di NU

Selain itu, relawan-relawan Jokowi yang telah mendukungnya sejak pemilihan presiden sebelumnya, juga turut berperan dalam mempertahankan kepentingan Jokowi di berbagai sektor. Meskipun banyak relawan yang telah diberikan posisi strategis di pemerintahan, masih ada sebagian yang belum mendapatkan jatah. Relawan yang belum menjabat sebagai menteri mungkin akan mendapatkan peran di masa mendatang, terutama mengingat ada banyak kepentingan yang masih harus diakomodasi.

Di sisi lain, pembagian konsesi tambang yang dipercepat juga menjadi salah satu janji Jokowi kepada NU. Hal ini menunjukkan betapa besar peran NU dalam menjaga kepentingan ekonomi dan politik Jokowi, dan sebaliknya, Jokowi memberikan imbalan kepada NU untuk mendukung stabilitas politiknya.

Intrik Politik di Antara PKB dan PBNU

Namun, hubungan antara PKB dan PBNU sendiri juga tidak terlepas dari ketegangan dan konflik. Salah satu pertempuran politik yang mencolok adalah persaingan antara Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB, dan Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU. Ketegangan ini dipicu oleh perebutan kursi menteri dan pengaruh politik di kalangan internal NU dan PKB. Pansus Haji, yang diprakarsai oleh Muhaimin, menjadi salah satu arena pertarungan antara dua tokoh ini.

Pansus Haji sendiri muncul dengan tujuan untuk meninjau pelaksanaan ibadah haji di Indonesia. Namun, ada indikasi bahwa Pansus Haji digunakan sebagai alat politik untuk merusak citra Menteri Agama, Gus Yakut, yang merupakan tokoh NU. Pansus ini, yang disinyalir dipolitisasi oleh PKB, mencoba memberikan tekanan politik kepada Gus Yakut agar tidak lagi menjabat sebagai Menteri Agama di era Prabowo jika dia terpilih sebagai presiden pada pemilihan mendatang.

Gus Yakut sendiri adalah tokoh yang diangkat oleh Jokowi, namun dalam dinamika politik ini, dia juga berada dalam tekanan dari berbagai pihak yang ingin memanfaatkan momen Pansus Haji untuk mengurangi pengaruhnya. Gus Yakut beberapa kali diminta oleh Istana untuk tidak hadir dalam pertemuan-pertemuan Pansus Haji, mungkin untuk menghindari serangan politik yang lebih masif terhadap dirinya.

Tarik Ulur Kepentingan Menteri di Kabinet Jokowi

Selain Gus Yakut, dinamika penunjukan menteri lainnya juga menarik untuk dicermati. Di kabinet Jokowi, baik PBNU maupun PKB memiliki perwakilan menteri yang signifikan. Di PBNU, ada Gus Yakut sebagai Menteri Agama dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) sebagai Menteri Sosial, sementara di PKB, ada Ida Fauziah sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Halim Iskandar sebagai Menteri Desa.

Menariknya, meskipun Gus Yakut merupakan tokoh NU, dia sering kali ditarik sebagai representasi PKB karena hubungan historisnya dengan partai tersebut. Namun, konflik antara PBNU dan PKB semakin meruncing karena perebutan kursi menteri ini. PBNU yang sempat hanya mendapatkan satu kursi di kabinet, kini melobi agar bisa mendapatkan dua kursi. Di sisi lain, PKB juga berusaha mempertahankan pengaruhnya di kabinet melalui jatah kursi menteri yang mereka miliki.

Pertarungan Menuju Pemilihan Presiden 2024

Dinamika politik antara PKB, PBNU, dan Jokowi ini sangat berkaitan erat dengan persiapan menuju Pemilihan Presiden 2024. Jokowi yang tidak lagi dapat mencalonkan diri, masih memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas politik di dalam kabinet dan organisasi masyarakat seperti NU. NU sebagai organisasi yang sangat berpengaruh, menjadi kunci bagi siapa pun yang ingin memenangkan pemilihan presiden di masa mendatang.

Dengan mendekatnya Muktamar PBNU, intrik politik antara berbagai tokoh akan semakin terlihat jelas. Siapa yang akan terpilih sebagai pemimpin PBNU ke depan akan sangat menentukan arah politik Indonesia, terutama dalam menentukan arah dukungan politik organisasi ini di pemilihan mendatang.

Penutup

Hubungan antara Jokowi, PKB, dan PBNU menjadi salah satu dinamika politik yang paling menarik untuk diamati menjelang Pemilihan Presiden 2024. Meskipun PBNU dan PKB secara tradisional memiliki hubungan yang erat, ketegangan politik di antara mereka semakin memuncak, terutama dengan adanya perebutan kursi menteri dan pengaruh di kabinet Jokowi. Di sisi lain, kepentingan Jokowi untuk mempertahankan pengaruhnya di NU juga menjadi bagian penting dari strategi politiknya untuk menjaga stabilitas di masa akhir pemerintahannya. Semua ini menunjukkan betapa kompleksnya politik di Indonesia, di mana organisasi masyarakat seperti NU memiliki peran yang tidak kalah penting dibandingkan dengan partai politik.

Sumber

https://youtu.be/6Ey24VtKJmQ

Penulis

Sumarta

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel