Menjembatani PKB dan NU: Dinamika Politik, Muktamar, dan Peran Prabowo dalam Mencegah Konflik

Dinamika Politik, Muktamar, dan Peran Prabowo dalam Mencegah Konflik



Dalam politik Indonesia, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Nahdlatul Ulama (NU) memiliki sejarah panjang yang saling berhubungan. Namun, hubungan tersebut tidak selalu harmonis, terutama ketika terjadi gesekan politik di antara pimpinan kedua organisasi tersebut. Salah satu momen ketegangan tersebut terlihat dalam konflik internal PKB menjelang Muktamar PKB, di mana peran tokoh seperti Gus Miftah dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjadi kunci dalam mencegah terjadinya kegaduhan yang lebih besar.

Konflik internal dalam PKB semakin mengemuka ketika Muktamar PKB direncanakan berlangsung. Di balik layar, Gus Miftah, seorang ulama yang dikenal luas di kalangan Nahdliyin, memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Menurut sumber dari internal PKB, Gus Miftah turut hadir dalam Muktamar tersebut untuk menjembatani komunikasi antara Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB, dan Prabowo Subianto, yang kala itu semakin dekat dengan Muhaimin.

Gus Miftah menjadi sosok yang berperan penting dalam memastikan bahwa Muktamar PKB tidak diintervensi oleh pihak-pihak yang menginginkan Muktamar tandingan. Ketegangan di sekitar Muktamar PKB tersebut melibatkan organisasi sayap NU, Ansor, dan Banser, yang pada saat itu disebut-sebut terlibat dalam aksi memobilisasi kekuatan untuk mengepung lokasi Muktamar. Salah satu tokoh yang diduga memimpin mobilisasi ini adalah Gus Irsyad, seorang calon anggota legislatif dari PKP yang kemudian dipecat oleh Muhaimin Iskandar.

Ketika Muhaimin merayakan ulang tahunnya pada bulan September, ia secara terbuka menyatakan bahwa ia tidak akan ragu-ragu untuk memecat siapa saja yang dianggap mengkhianati PKB. Hal ini mengarah pada pemecatan beberapa tokoh internal PKB, termasuk Lora, yang diketahui dekat dengan Gus Yahya. Lora sendiri mengaku bahwa hubungannya dengan Muhaimin sebenarnya baik-baik saja, meski ia akhirnya terpaksa menerima keputusan pemecatan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Ia menyadari bahwa pertarungan politik antara PBNU dan PKB mempengaruhi posisinya, meskipun secara personal ia tidak pernah mengalami masalah langsung dengan Muhaimin.

Peran Prabowo Subianto dalam konflik ini sangat penting. Menjelang Muktamar, Muhaimin sempat meminta bantuan kepada Prabowo untuk melindungi jalannya Muktamar PKB agar tidak terganggu oleh pihak-pihak yang tidak setuju dengan kepemimpinannya. Prabowo, yang saat itu semakin dekat dengan Muhaimin, memberikan dukungan dengan menjanjikan bahwa ia akan turut menjaga agar situasi tetap kondusif. Pertemuan antara Prabowo dan Muhaimin di awal Agustus, yang berlangsung di rumah Prabowo, menjadi titik penting dalam upaya menjaga kestabilan internal PKB sebelum pendaftaran Pilkada. Prabowo memberikan pesan kepada kedua kubu, baik Muhaimin maupun Gus Yahya, untuk menahan diri dan menghindari konflik sebelum pelantikan presiden.

Pesan Prabowo kepada kedua belah pihak sangat jelas: jangan menciptakan kegaduhan politik yang bisa berdampak buruk pada stabilitas nasional, terutama menjelang pelantikan presiden. Prabowo menyadari bahwa eskalasi konflik politik di dalam PKB bisa berdampak luas pada situasi politik nasional, dan ia tidak ingin hal ini mempengaruhi proses pelantikannya sebagai presiden terpilih.

Namun, meskipun ada intervensi dari Prabowo, di sisi lain, kubu pesaing Muhaimin tetap berupaya untuk memobilisasi kekuatan mereka guna mengadakan Muktamar Luar Biasa (MLB) PKB setelah tanggal-tanggal penting yang ditetapkan oleh Prabowo. Beberapa tokoh yang tidak terpilih dalam pemilihan legislatif berusaha menggalang dukungan untuk menggulingkan Muhaimin dari kepemimpinan PKB. Tangan-tangan politik mulai bergerak, meskipun secara senyap, untuk mempersiapkan kemungkinan adanya Muktamar tandingan.

Di sisi lain, PBNU juga mengalami dinamika internal yang cukup signifikan. Sebuah Muktamar Luar Biasa PBNU mulai dipersiapkan sebagai bentuk serangan balasan terhadap Yahya Cholil Staquf. Muktamar Luar Biasa ini dipimpin oleh Gus Salam, seorang tokoh pesantren yang memiliki hubungan jauh dengan Muhaimin Iskandar. Meskipun tidak ada instruksi langsung dari Muhaimin untuk mendukung Muktamar tandingan ini, ada kesan bahwa ada keterkaitan antara kedua belah pihak dalam upaya saling menyerang.

Muktamar Luar Biasa PBNU ini pertama kali dibahas dalam sebuah pertemuan di Bangkalan, Madura, yang dihadiri oleh sekitar 300 orang. Dalam pertemuan tersebut, berbagai masalah yang muncul selama kepemimpinan Yahya Staquf diinventarisasi. Salah satu masalah utama yang dibahas adalah pemecatan sepihak terhadap sejumlah pengurus NU di daerah, yang dinilai tidak sejalan secara politik dengan Yahya. Pemecatan ini terjadi secara masif, terutama di wilayah-wilayah strategis seperti Jawa Timur.

Selain itu, PBNU di bawah Yahya Staquf juga dianggap kurang bersuara dalam menghadapi berbagai isu nasional. Selama pemerintahan Presiden Jokowi, PBNU dinilai terlalu senyap dalam mengkritik berbagai kebijakan kontroversial, termasuk isu-isu terkait Mahkamah Konstitusi dan dinasti politik. Kiai-kiai senior di PBNU merasa resah dengan sikap PBNU yang terlalu condong mendukung pemerintahan Jokowi tanpa sikap kritis yang cukup.

Kritik ini semakin menguat di kalangan senior PBNU yang merasa bahwa kepemimpinan Yahya terlalu banyak bermain dalam ranah politik praktis, sehingga mengabaikan peran tradisional PBNU sebagai pengawas moral dan sosial bangsa. Di sisi lain, kelompok pendukung Yahya menganggap bahwa langkah-langkah yang diambil oleh PBNU selama ini adalah bentuk adaptasi terhadap dinamika politik nasional yang berubah cepat.

Dalam konteks ini, peran Prabowo sebagai jembatan antara PKB dan NU menjadi semakin krusial. Sebagai tokoh yang dihormati oleh kedua belah pihak, Prabowo memiliki pengaruh untuk meredam potensi konflik yang lebih besar, baik di internal PKB maupun PBNU. Meskipun situasi tetap dinamis dan penuh dengan intrik politik, kehadiran Prabowo memberikan harapan bahwa konflik ini dapat diselesaikan dengan cara yang lebih damai dan terkontrol, sehingga tidak mengganggu stabilitas politik nasional.

Dengan demikian, dinamika politik internal PKB dan PBNU menjelang Muktamar dan Pilkada ini mencerminkan betapa rumitnya hubungan antara partai politik dan organisasi keagamaan di Indonesia. Peran-peran kunci dari tokoh-tokoh seperti Prabowo, Muhaimin, Gus Yahya, dan Gus Miftah menjadi sangat penting dalam menjaga keseimbangan kekuatan dan mencegah terjadinya eskalasi konflik yang dapat berdampak lebih luas.

Sumber

https://youtu.be/6Ey24VtKJmQ

Penulis

Sumarta

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel