Menyikapi Strategi dalam Pilkada: Antara Keterbatasan dan Peluang

 

Antara Keterbatasan dan Peluang



Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah menjadi momentum penting bagi masyarakat untuk menentukan pemimpin yang dianggap mampu mengemban amanah dan membawa perubahan. Di balik hiruk-pikuk politik dan intrik yang menyertainya, terdapat dinamika dan strategi yang tidak dapat diabaikan. Dalam konteks ini, narasi berikut akan membahas bagaimana posisi seorang pemimpin, terutama dalam lembaga publik seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dihadapkan pada pilihan yang sulit. Apakah tetap fokus pada amanah atau memilih untuk terjun ke dalam dunia politik?

Keterbatasan dalam Kontestasi

Dalam sebuah dialog yang mencerminkan kerumitan situasi ini, seorang Dirut PDAM di Indramayu, sebut saja Pak De, menjelaskan pandangannya tentang bagaimana ia harus bersikap dalam menghadapi situasi politik menjelang Pilkada. "Jika ada tawaran untuk aktif dalam kampanye, saya harus mundur dari jabatan ini," tegasnya. Dengan komitmen untuk menjaga profesionalisme, Pak De berusaha untuk tidak memanfaatkan fasilitas dan anggaran perusahaan daerah demi kepentingan politik.

Sebagai seorang pemimpin, Pak De merasa memiliki tanggung jawab untuk menjalankan amanah yang diberikan kepadanya. Menurutnya, jika ia gagal dalam kontestasi politik, ia harus melaporkan hal ini kepada para pendukungnya, termasuk orang tua dan teman-teman, serta para Kiai yang mendukungnya. "Waktu dan tempat mungkin belum memungkinkan bagi saya untuk menjadi kontestan," ungkapnya. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan untuk tidak mencalonkan diri juga diambil dengan mempertimbangkan banyak faktor, bukan hanya dari sisi ambisi pribadi.

Menjaga Imparsialitas

Selama periode kampanye, Pak De tetap memegang prinsip imparsialitas. Ia menegaskan bahwa sebagai seorang aparatur negara dan pelayan publik, dirinya harus bersikap adil dan tidak memihak. "Kami memberikan kesempatan yang sama kepada semua calon bupati untuk mendengarkan visi dan misi mereka," katanya. Ini adalah pendekatan yang baik dalam menjaga integritas PDAM dan memastikan bahwa pelayanan publik tidak terpengaruh oleh kepentingan politik.

Imparsialitas di sini berarti tidak hanya diam dan netral, tetapi juga aktif mendukung keterbukaan dalam proses pemilihan. Dengan cara ini, masyarakat bisa memahami lebih jauh tentang calon-calon yang ada dan membuat pilihan yang tepat.

Hak Memilih Secara Pribadi

Pak De juga mengingatkan bahwa meskipun secara profesional harus imparsial, sebagai individu, ia tetap memiliki hak untuk memilih. Ia secara tegas mengungkapkan dukungannya kepada calon yang saat ini menjabat. "Saya dibesarkan dan diberi kesempatan oleh incumben, jadi saya akan memilih incumben secara pribadi," jelasnya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan emosional yang mengikat, namun tetap dalam kerangka profesionalisme.

Menyikapi Harapan Masyarakat

Pilkada tidak hanya tentang politik, tetapi juga tentang harapan masyarakat terhadap pelayanan publik. Dalam konteks ini, Pak De berbicara mengenai tantangan yang dihadapi PDAM, seperti keluhan masyarakat terkait layanan. Ia menyebutkan, "Ada banyak keluhan tentang air keruh dan gagal bayar." Ini adalah sinyal bahwa meskipun ada tantangan dalam dunia politik, tanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat tetap menjadi prioritas utama.

Pak De berharap agar Bupati terpilih nanti mampu memperkuat Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam hal profesionalitas. Ia percaya bahwa BUMD memiliki peran penting dalam menyediakan air bersih bagi masyarakat, dan keberlanjutan layanan ini harus tetap diperhatikan.

Peran BUMD dalam Pengelolaan Sumber Daya

Pak De menjelaskan bahwa BUMD didirikan untuk mengelola sumber daya dengan baik. "BUMD harus berimbang antara dukungan pemerintah dan swadaya masyarakat," ujarnya. Dalam hal ini, tarif air yang dikenakan kepada masyarakat bukanlah keputusan sepihak, tetapi sudah diatur oleh pemerintah daerah. "Tarif itu tidak mahal, dan selalu ada perhitungan serta regulasi yang jelas," lanjutnya. Ini menunjukkan bahwa dalam mengelola perusahaan daerah, tidak ada ruang untuk kebijakan yang merugikan masyarakat.

Namun, tantangan tetap ada. "Usia pipa PDAM sudah lama, sehingga kita perlu melakukan renovasi secara bertahap," katanya. Ia mengakui bahwa meskipun ada upaya untuk meningkatkan layanan, terkadang ada gangguan yang dapat mempengaruhi kualitas air.

Memperhatikan Aspirasi Masyarakat

Dalam menghadapi Pilkada, Pak De mengingatkan bahwa penting bagi calon pemimpin untuk memahami kebutuhan dan aspirasi masyarakat. "Beberapa daerah belum terlayani dengan baik, seperti embarkasi haji," ungkapnya. Ini adalah tantangan yang harus dihadapi oleh Bupati terpilih untuk memastikan semua wilayah mendapatkan akses yang sama terhadap layanan air bersih.

Harapan untuk Masa Depan

Pak De berharap ke depan akan ada dukungan dari pemerintah untuk memperkuat PDAM. "Dengan adanya dukungan, kita dapat memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat dengan lebih baik," katanya. Selain itu, penguatan BUMD juga menjadi prioritas agar mereka dapat beroperasi dengan lebih efisien dan profesional.

Kesimpulan

Pilkada adalah momentum yang membawa banyak harapan dan tantangan. Dalam situasi ini, penting bagi setiap individu, terutama yang berada di posisi kepemimpinan, untuk tetap berpegang pada prinsip imparsialitas dan profesionalisme. Meski terikat dengan pilihan politik, tanggung jawab terhadap masyarakat tetap menjadi prioritas utama. Dengan strategi yang tepat, harapan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat akan selalu ada, terlepas dari dinamika politik yang berkembang.

Penulis

Sumarta

 

 

Sumber

https://youtu.be/-9nxv_41iMc

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel