Modernisasi Alutsista TNI di Era Jokowi: Tantangan Anggaran, Pemenuhan MEF, dan Penguatan Organisasi

Tantangan Anggaran, Pemenuhan MEF, dan Penguatan Organisasi



Selama dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan dalam upaya modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI). Meskipun berbagai kebijakan dan program telah dijalankan, sejumlah kritik muncul terkait kelemahan yang terjadi, terutama pada tiga aspek utama: anggaran pertahanan, pemenuhan Minimum Essential Force (MEF), dan tata kelola organisasi serta kontrol sipil atas militer.

Tren Penurunan Anggaran Pertahanan

Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam modernisasi alutsista adalah keterbatasan anggaran pertahanan. Dalam sepuluh tahun terakhir, alokasi anggaran untuk pertahanan terus menunjukkan tren penurunan, baik di bawah Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu maupun Prabowo Subianto. Alokasi anggaran pertahanan Indonesia tidak pernah mencapai angka 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB), yang dianggap sebagai batas minimal untuk mempertahankan kekuatan militer secara efektif. Pada kenyataannya, anggaran pertahanan berkisar antara 0,6% hingga 0,8% dari PDB, jauh di bawah standar yang dianjurkan.

Menurut kajian yang dilakukan oleh lembaga penelitian independen, yang fokus pada kebijakan strategis pertahanan, angka ideal untuk anggaran pertahanan yang bertujuan melakukan modernisasi penuh alutsista adalah sekitar 1,5%-2% dari PDB. Jika anggaran hanya berkisar antara 0,8%-1%, anggaran tersebut hanya cukup untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan alutsista yang ada, tanpa bisa menambah persenjataan baru. Apabila alokasi anggaran berada di bawah 0,8%, maka pertahanan negara harus melakukan pengurangan persenjataan atau alutsista yang sudah usang.

Situasi ini telah menjadi perhatian karena selama masa pemerintahan Jokowi, anggaran pertahanan yang diharapkan mengalami peningkatan justru mengalami penurunan. Ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kemampuan TNI dalam mempertahankan dan meningkatkan kekuatan militer. Dalam konteks ini, tantangan yang dihadapi oleh Menteri Pertahanan ke depan akan sangat berat, mengingat kebutuhan untuk membeli alutsista baru serta mengelola siklus hidup alutsista lama.

Pemenuhan Minimum Essential Force (MEF)

Pemenuhan MEF, yang merupakan upaya strategis untuk meningkatkan postur pertahanan TNI, juga menghadapi kendala. MEF adalah program yang diluncurkan pada tahun 2009 dan ditargetkan selesai dalam tiga fase, dengan fase ketiga berakhir pada 2024. Tujuan utama MEF adalah memastikan TNI memiliki kekuatan minimal yang dibutuhkan untuk menghadapi ancaman nyata yang mungkin muncul. Namun, evaluasi menunjukkan bahwa pemenuhan target MEF masih jauh dari harapan.

Beberapa faktor yang menjadi kendala dalam pemenuhan MEF adalah keterbatasan anggaran, proses pengadaan yang lambat, serta perencanaan yang kurang matang. Beberapa program pengadaan alutsista mengalami penundaan, bahkan ada yang dibatalkan karena anggaran tidak mencukupi atau terjadi perubahan kebijakan. Hal ini berdampak langsung pada kesiapan operasional TNI, di mana beberapa alutsista yang seharusnya sudah diperbarui justru masih menggunakan peralatan lama yang seharusnya sudah pensiun.

Misalnya, kerjasama militer antara Indonesia dan Korea Selatan dalam program pengembangan jet tempur IF-X/KF-X sempat terhenti karena masalah pendanaan. Padahal, proyek ini diharapkan bisa menjadi salah satu tonggak penting dalam meningkatkan kekuatan udara Indonesia. Dengan adanya keterlambatan tersebut, Indonesia kehilangan kesempatan untuk meningkatkan teknologi alutsista yang dapat menunjang kekuatan pertahanan.

Pengadaan Alutsista dan Insiden Kecelakaan

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, proses pengadaan alutsista juga mendapat sorotan tajam. Meskipun terdapat beberapa upaya pembelian persenjataan baru, pengadaan alutsista kerap kali dilanda masalah mulai dari transparansi hingga kualitas alutsista yang didapatkan. Beberapa kasus pengadaan alutsista yang menjadi sorotan adalah pembelian pesawat dan helikopter bekas yang tidak memenuhi standar keselamatan.

Selain itu, insiden kecelakaan alutsista TNI beberapa kali terjadi, yang menunjukkan bahwa modernisasi tidak hanya tentang menambah jumlah senjata baru, tetapi juga memastikan bahwa alutsista yang digunakan memenuhi standar kualitas dan keselamatan. Kecelakaan-kecelakaan tersebut tidak hanya menyebabkan kerugian material, tetapi juga korban jiwa, yang seharusnya bisa dihindari dengan perencanaan dan manajemen yang lebih baik.

Terdapat juga tantangan dalam hal modernisasi alutsista yang melibatkan kerjasama internasional. Indonesia telah menjalin beberapa kesepakatan kerjasama dalam pengadaan senjata dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Filipina. Namun, kesepakatan-kesepakatan tersebut belum mampu menghasilkan dampak yang signifikan dalam meningkatkan kapasitas pertahanan Indonesia.

Tata Kelola Organisasi dan Reformasi TNI

Tantangan lain yang dihadapi dalam modernisasi alutsista adalah tata kelola organisasi TNI. Selama pemerintahan Jokowi, ada beberapa upaya untuk melakukan reformasi struktural di tubuh TNI, seperti pemangkasan jabatan yang tidak efisien serta restrukturisasi organisasi. Tujuan reformasi ini adalah agar TNI menjadi lebih modern dan profesional, sesuai dengan kebutuhan zaman. Namun, implementasinya masih belum maksimal.

Banyak pihak menganggap bahwa peran organisasi TNI seharusnya difokuskan pada penugasan operasional daripada administratif. Masalah struktural dalam organisasi militer ini juga diperparah dengan rendahnya minat prajurit untuk bertugas di luar Markas Besar atau Kementerian Pertahanan. Ini mengindikasikan adanya masalah dalam hal distribusi tugas dan motivasi prajurit, yang perlu segera dibenahi.

Kontrol Sipil atas Militer

Aspek penting lain dalam modernisasi alutsista adalah bagaimana negara mengelola hubungan antara sipil dan militer. Di bawah pemerintahan Jokowi, upaya untuk memperkuat kontrol sipil atas militer telah dilakukan, tetapi masih menghadapi berbagai kendala. Salah satu tantangan besar adalah memastikan bahwa keputusan terkait pertahanan, termasuk pengadaan alutsista, transparan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik semata.

Kontrol sipil yang efektif diharapkan dapat mencegah politisasi dalam pengelolaan anggaran pertahanan dan pengadaan alutsista. Selain itu, peran lembaga-lembaga pengawas, seperti DPR dan BPK, sangat penting untuk memastikan bahwa penggunaan anggaran pertahanan sesuai dengan kebutuhan strategis dan tidak disalahgunakan.

Tantangan di Masa Depan

Ke depan, Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam upaya memperkuat pertahanan nasional dan modernisasi alutsista. Tantangan terbesar adalah bagaimana memastikan anggaran pertahanan cukup untuk memenuhi target MEF dan mengatasi masalah klasik dalam pengadaan alutsista. Pemerintah harus berkomitmen untuk meningkatkan alokasi anggaran pertahanan dan memastikan bahwa setiap pembelanjaan dilakukan dengan efektif dan efisien.

Selain itu, reformasi dalam tata kelola organisasi TNI harus terus dilanjutkan. Struktur organisasi yang lebih ramping dan efisien, serta penugasan prajurit yang lebih sesuai dengan kebutuhan operasional, akan mendukung peningkatan profesionalisme TNI. Upaya untuk memperkuat kontrol sipil atas militer juga harus diperkuat agar keputusan strategis dalam bidang pertahanan diambil secara objektif dan berdasarkan kepentingan nasional, bukan kepentingan politik atau kelompok tertentu.

Kesimpulan

Modernisasi alutsista di era pemerintahan Jokowi menghadapi berbagai tantangan yang kompleks, mulai dari keterbatasan anggaran, pemenuhan MEF yang belum optimal, hingga masalah dalam tata kelola organisasi TNI dan penguatan kontrol sipil atas militer. Meskipun beberapa upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kekuatan pertahanan Indonesia, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar TNI dapat berfungsi secara efektif dalam menghadapi ancaman-ancaman di masa depan.

Dengan komitmen yang lebih kuat dalam hal anggaran, perencanaan strategis yang matang, dan reformasi struktural yang berkelanjutan, modernisasi alutsista TNI diharapkan dapat berjalan lebih baik, sehingga Indonesia dapat mempertahankan kedaulatannya dan berperan lebih aktif dalam menjaga stabilitas kawasan

Penulis

Sumarta

 

Sumber

Dialog Podcast Akbar Faizal Uncensored dengan Andi Wijayanto (Mantan Gubernur Lemhanas Era Presiden Joko Widodo) tanggal 12 Nopember 2024

 

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel