Pembangunan SDM dan Jihad Islahi: Refleksi Sambutan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Peresmian Universitas Darul Maarif
Refleksi Sambutan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Peresmian Universitas Darul Maarif
Pada
hari yang bersejarah di Indramayu, 16 Oktober 2024, Wakil Presiden Prof. KH. Ma’ruf Amin
menghadiri peresmian Universitas Darul Maarif, sebuah pencapaian monumental
bagi pendidikan tinggi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Dalam sambutannya,
Ma’ruf Amin mengangkat tema-tema mendalam tentang pembangunan sumber daya
manusia (SDM), peran pesantren dalam mendukung kemajuan bangsa, serta konsep
jihad yang lebih luas dari sekadar perang fisik. Sambutan ini bukan sekadar
pidato seremonial, tetapi lebih sebagai refleksi mendalam mengenai peran
pendidikan dan spiritualitas dalam membangun masyarakat yang unggul dan makmur
di bawah naungan ridha Allah.
Pendidikan Tinggi sebagai Pilar Pembangunan SDM
Unggul
Ma’ruf
Amin membuka pidatonya dengan menegaskan pentingnya pendidikan tinggi dalam
konteks pembangunan bangsa. Ia memberikan apresiasi tinggi kepada para pengurus
yayasan Universitas Darul Maarif yang berhasil membangun kampus besar yang juga
berfungsi sebagai pesantren. Menurutnya, pendidikan tinggi tidak hanya tentang
menghasilkan lulusan, tetapi juga tentang membentuk sumber daya manusia yang
unggul, yang siap bersaing di tingkat global.
Indonesia
saat ini berada pada titik penting dalam sejarahnya, di mana pembangunan sumber
daya manusia yang unggul menjadi prioritas untuk mencapai tujuan nasional:
Indonesia Maju dan Sejahtera. Namun, Ma’ruf Amin mengingatkan bahwa kemajuan
dan kesejahteraan tersebut harus diiringi dengan ridha dari Allah SWT.
"Jangan hanya maju dan sejahtera, tapi dimurkai Allah. Kita harus maju,
sejahtera, dan diridhai oleh Allah SWT," tegasnya.
Pesan
ini menunjukkan betapa pentingnya dimensi spiritual dalam pembangunan manusia.
Dalam pandangan Ma’ruf Amin, kemajuan material harus selalu diimbangi dengan
kedalaman spiritual dan nilai-nilai moral yang kuat. Pendidikan di Indonesia,
termasuk pesantren, harus mampu menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas
secara intelektual, tetapi juga berkarakter dan bertanggung jawab secara moral.
Peran Pesantren dalam Mencetak Generasi Ulama
dan Pemimpin
Pesantren
memiliki peran penting dalam mencetak generasi ulama yang menguasai ilmu agama
secara mendalam. Ma’ruf Amin menjelaskan bahwa pendidikan agama di pesantren
bukan hanya tentang pengetahuan dasar, tetapi tentang pemahaman yang mendalam,
yang diperlukan untuk mengembangkan dan menyebarkan agama Islam.
“Rasulullah
mengingatkan bahwa Allah tidak akan mengambil ilmu dari hati manusia secara
tiba-tiba, tetapi melalui wafatnya para ulama. Ketika ulama tiada, maka hilang
pula ilmu yang ada pada mereka. Jika tidak ada pengganti yang memadai,
masyarakat akan tersesat,” jelas Ma’ruf Amin. Ini menjadi alasan mengapa
pesantren harus terus mencetak generasi yang mutafaqih fidin (ahli dalam ilmu
agama), karena kebutuhan akan ulama yang berkompeten tidak pernah surut.
Lebih
lanjut, Ma’ruf Amin menjelaskan bahwa pesantren juga memiliki peran lain yang
tak kalah penting, yaitu mempersiapkan generasi yang mampu memakmurkan bumi.
Dalam ajaran Islam, memakmurkan bumi adalah tugas setiap Muslim, dan hal ini
harus dilakukan melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Universitas,
termasuk Darul Maarif, diharapkan menjadi pusat pengembangan SDM yang memahami
baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan dan teknologi, karena keduanya adalah
kunci untuk memajukan bangsa.
Jihad Islahi: Jihad Perbaikan untuk Masyarakat
Salah
satu poin penting dalam pidato Ma’ruf Amin adalah konsep jihad. Di sini, ia
menjelaskan bahwa jihad tidak selalu berarti perang fisik. Dalam konteks
modern, jihad lebih sering berarti jihad islahi, atau jihad perbaikan. Ini
adalah jihad yang berkelanjutan, yang tujuannya adalah untuk memperbaiki diri
sendiri dan masyarakat melalui dakwah, pendidikan, ekonomi, dan politik.
Ma’ruf
Amin membagi jihad menjadi dua jenis: jihad qitali (perang fisik
untuk mempertahankan diri, seperti yang terjadi saat penjajahan) dan jihad
islahi (perbaikan berkelanjutan). Di masa kini, jihad islahi
lebih relevan karena masyarakat modern menghadapi berbagai tantangan non-fisik
yang membutuhkan perbaikan secara spiritual dan sosial. Jihad islahi juga
mencakup jihad ekonomi, yang berarti
upaya memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat dengan tetap memegang
prinsip-prinsip syariah.
Ma’ruf
Amin menekankan pentingnya pendidikan ekonomi syariah dalam konteks jihad
ekonomi ini. Universitas seperti Darul Maarif diharapkan menjadi pusat
pengembangan ekonomi syariah, yang tidak hanya bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan material, tetapi juga mematuhi hukum Allah. Dengan demikian,
jihad ekonomi menjadi salah satu bentuk jihad besar, yang menggabungkan antara
usaha mencari rezeki dengan menjaga hak-hak Allah.
Jihad Siasi: Perjuangan Melalui Jalur Politik
Selain
jihad dalam bidang agama dan ekonomi, Ma’ruf Amin juga menyoroti pentingnya jihad
siasi, atau perjuangan politik. Jihad ini dilakukan melalui
jalur politik yang konstitusional dan demokratis untuk memperjuangkan
kemaslahatan umat. Politik, dalam pandangan Ma’ruf Amin, adalah salah satu alat
untuk mencapai perbaikan sosial, dan karena itu harus dipandang sebagai bagian
dari jihad islahi.
Ia
mengingatkan bahwa langkah-langkah politik yang diambil haruslah moderat, tidak
ekstrem, dan selalu berlandaskan pada prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Ini adalah sikap tawassut (moderat), yang
menjadi salah satu ciri khas ajaran Nahdlatul Ulama (NU). Melalui sikap moderat
ini, umat Islam diharapkan mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan
identitas keagamaan dan moralnya.
Moderasi Beragama: Ajaran Nahdlatul Ulama
Ma’ruf
Amin menekankan pentingnya sikap moderat dalam menjalankan agama dan kehidupan
sehari-hari. Sikap fikrah tawassutiyah, atau cara
berpikir moderat, menurut Ma’ruf Amin, harus menjadi panduan utama bagi umat
Islam dalam menghadapi berbagai tantangan modern. Hal ini sesuai dengan ajaran
Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang dianut oleh NU.
Namun,
moderasi tidak berarti stagnasi. Ma’ruf Amin menjelaskan bahwa sikap moderat
harus tetap dinamis, terbuka terhadap perkembangan zaman, dan berlandaskan
metode berpikir yang benar (manhajiyah). Dengan demikian,
pendidikan di pesantren dan universitas tidak hanya berfokus pada pelestarian
tradisi, tetapi juga pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan
manfaat praktis bagi masyarakat.
Tantangan Masa Depan: Membangun Generasi Ulul
Albab
Ma’ruf
Amin menutup sambutannya dengan menyoroti tantangan besar yang dihadapi
Indonesia: membangun generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki
hati yang bersih. Ia mengutip konsep Ulul Albab, yang dalam
pandangan Islam adalah mereka yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki
akal yang jernih dan hati yang tulus. Ini adalah generasi yang tidak hanya
menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu mengambil pelajaran dari
kehidupan dan selalu berbuat untuk kebaikan umat.
Dalam
konteks ini, Ma’ruf Amin berharap Universitas Darul Maarif dapat menjadi salah
satu motor penggerak dalam mencetak generasi Ulul Albab, yang tidak hanya
unggul dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki akhlak yang baik. Generasi
ini akan menjadi harapan masa depan Indonesia dalam mewujudkan cita-cita besar:
bangsa yang maju, sejahtera, dan diridhai oleh Allah SWT.
Kesimpulan
Sambutan
Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada peresmian Universitas Darul Maarif memberikan
banyak pelajaran berharga, tidak hanya tentang pentingnya pendidikan, tetapi
juga tentang peran spiritual dalam pembangunan bangsa. Dalam pidatonya, Ma’ruf
Amin menegaskan bahwa pendidikan, khususnya di pesantren dan universitas, harus
berfungsi untuk mencetak generasi yang mampu memakmurkan bumi dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta tetap berpegang pada prinsip-prinsip agama
yang benar.
Ia juga
mengangkat pentingnya jihad islahi, yang meliputi perjuangan dalam bidang
agama, ekonomi, dan politik, sebagai jalan untuk memperbaiki masyarakat secara
berkelanjutan. Melalui jihad islahi ini, diharapkan bangsa Indonesia dapat
mencapai kemajuan yang seimbang antara material dan spiritual, serta meraih
ridha Allah SWT dalam setiap langkah yang diambil.
Dengan
semangat moderasi dan dinamika, Ma’ruf Amin menekankan bahwa universitas dan
pesantren harus terus berkembang, tidak hanya sebagai tempat belajar, tetapi
juga sebagai pusat pemberdayaan masyarakat yang mampu menghadapi tantangan
zaman.
Editor dan Kontributor
Sumarta