Perjalanan Transisi Bangsa dan Harapan Masa Depan: Refleksi Seorang Pemimpin

 

Refleksi Seorang Pemimpin



Dalam sebuah acara yang diadakan oleh Bank Nasional Indonesia (BNI), seorang tokoh pemimpin hadir dan berbagi pandangannya tentang masa depan bangsa, ekonomi, serta pengalaman pribadinya. Ia memulai dengan menyampaikan rasa terima kasih karena telah diberikan kehormatan untuk diundang pada acara tersebut, meski undangan datang secara mendadak.

“Saya merasa terhormat diundang di acara ini,” katanya sambil tersenyum. “Meskipun undangan baru saya terima tadi malam, bukan salah dari Pak Enggar, tetapi situasi saat ini memang sedang sibuk. Beruntung, saya bertemu beliau di restoran, dan ia mengingatkan saya tentang acara ini.”

Sebagai cucu dari salah satu pendiri BNI, pemimpin ini memiliki hubungan emosional yang kuat dengan bank tersebut. Keluarganya memegang peran penting dalam sejarah BNI, yang didirikan oleh Margono Djojohadikusumo atas perintah langsung dari Bung Karno dan Bung Hatta. Beliau juga mengenang bagaimana Margono ditangkap Belanda di kantor BNI Jogja saat serangan Belanda ke Yogyakarta pada masa perjuangan kemerdekaan.

"Saya merasa ada tanggung jawab emosional, karena BNI memiliki sejarah yang mendalam dengan keluarga kami. Saat mendengar ada acara BNI, saya merasa harus hadir," ungkapnya.

Acara tersebut, yang dihadiri oleh berbagai investor dan pelaku ekonomi, memberikan kesempatan kepada pemimpin ini untuk berbagi pandangannya tentang ekonomi dan masa depan bangsa. Ia menyebut bahwa visinya sudah banyak dibagikan kepada publik, melalui buku-buku, program-program tertulis, dan berbagai platform lainnya. Namun, dia tetap berkenan untuk memberikan penjelasan singkat dan mempertegas garis besar dari apa yang sudah sering ia sampaikan.

Pemimpin dalam Transisi: Harmoni dan Sinergi

Dalam narasinya, pemimpin ini juga merefleksikan proses transisi kepemimpinan yang ia alami. Meskipun ia sebelumnya pernah bersaing dalam kontestasi politik, ia kemudian bergabung dalam tim Presiden Joko Widodo pada babak kedua pemerintahan. Seperti seorang pemain sepak bola yang masuk di babak kedua pertandingan, ia masuk di saat-saat kritis, menyadari bahwa meski pernah berada di kubu yang berbeda, nilai-nilai yang ia pegang ternyata sejalan dengan visi presiden.

“Saya merasa sangat didukung oleh Pak Jokowi dan timnya dalam proses transisi ini,” jelasnya. Bahkan, dalam menyusun kabinet, ia banyak mempertimbangkan keberlanjutan dari menteri-menteri yang saat ini menjabat, menekankan bahwa yang dicari bukanlah latar belakang sosial, agama, atau etnis, melainkan kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan berjuang demi bangsa.

“Pada akhirnya, yang kita cari adalah pemain terbaik, seperti dalam sepak bola. Yang penting adalah kemampuan, bukan latar belakangnya. Mampu tidak mereka berbuat yang terbaik untuk bangsa dan rakyat,” tegasnya.

Hal ini menggambarkan semangat meritokrasi yang menjadi pondasi dalam menentukan anggota kabinet. Para menteri yang dipilih bukanlah berdasarkan faktor subjektif, melainkan melalui proses penilaian objektif berdasarkan prestasi dan dedikasi mereka kepada bangsa. Ia pun menyadari bahwa masuk ke dalam pemerintahan di Indonesia menuntut pengorbanan yang besar, baik dari segi waktu, energi, maupun komitmen pribadi.

Pembangunan Bangsa: Dari Sejarah hingga Masa Depan

Sebagai bagian dari generasi penerus yang mewarisi tugas untuk membangun bangsa, ia juga mengajak hadirin untuk merenungkan perjalanan panjang yang telah dilalui Indonesia. Setelah keluar dari penjajahan, negara ini mengalami berbagai konflik dan pemberontakan seperti RMS (Republik Maluku Selatan), DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia), hingga berbagai gerakan separatis lainnya.

“Kita ini negara yang masih utuh, meski pernah menghadapi banyak tantangan,” ucapnya. “Dari RMS, DI/TII, sampai Angkatan Perang Ratu Adil, kita melalui masa-masa yang sangat sulit, tetapi negara kita tetap bertahan.”

Perjalanan sejarah yang penuh dengan tantangan ini membawa Indonesia pada posisi yang relatif kuat di kancah global. Saat ini, Indonesia adalah ekonomi terbesar ke-16 di dunia, dengan inflasi yang termasuk salah satu terendah, dan pertumbuhan ekonomi yang relatif baik dibandingkan negara-negara lain. Bahkan, dalam menghadapi pandemi COVID-19, Indonesia berhasil keluar dari krisis dengan cepat dan dinilai sebagai salah satu yang terbaik dalam penanganannya.

Namun, menurutnya, sering kali bangsa ini kurang menghargai pencapaian yang telah diraih. Ia mengingatkan bahwa rasa syukur dan penghargaan atas apa yang sudah dicapai sangat penting, agar masyarakat tidak terjebak dalam sikap pesimistis.

“Kita sering kurang bersyukur atas apa yang telah kita capai. Padahal, perjalanan kita dari sebuah negara yang baru merdeka hingga menjadi ekonomi terbesar ke-16 di dunia adalah sebuah prestasi besar,” ungkapnya.

Transformasi Ekonomi dan Tantangan di Depan Mata

Selain berbicara tentang perjalanan sejarah bangsa, pemimpin ini juga menyinggung tantangan yang dihadapi oleh perekonomian nasional ke depan. Ia menekankan bahwa meskipun Indonesia telah berhasil mencapai banyak hal, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan transformasi ekonomi yang berkelanjutan.

Ia juga mengapresiasi peran BNI sebagai salah satu lembaga keuangan yang membantu memperkuat ekonomi nasional, khususnya melalui kemitraan dengan para pelaku usaha dan investor. Menurutnya, peran bank-bank nasional seperti BNI sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan menghadapi tantangan global.

Dalam perspektifnya, pembangunan ekonomi tidak hanya tentang angka-angka, tetapi juga tentang menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat. Ia percaya bahwa upaya untuk memperkuat sektor keuangan dan investasi harus selalu beriringan dengan komitmen untuk mengurangi kesenjangan sosial.

“Tantangan kita bukan hanya tentang bagaimana meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi, tetapi juga bagaimana memastikan kesejahteraan itu dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,” tegasnya.

Harapan dan Visi untuk Masa Depan

Dalam akhir pidatonya, pemimpin ini menggarisbawahi pentingnya kerja sama, sinergi, dan semangat gotong-royong dalam mencapai visi bangsa yang lebih maju. Ia percaya bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi global, tetapi hal itu hanya bisa dicapai melalui kerja keras dan komitmen bersama.

Ia juga menekankan bahwa transisi yang terjadi saat ini adalah bagian dari perjalanan panjang yang harus terus diperbaiki dan disempurnakan. Keberhasilan dalam menghadapi tantangan di masa lalu menjadi fondasi yang kokoh untuk melangkah ke depan, tetapi ia juga menyadari bahwa tantangan baru akan selalu muncul.

“Pembangunan bangsa adalah sebuah proses yang berkelanjutan. Tidak ada yang instan, dan kita harus terus bekerja keras untuk memastikan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang,” katanya.

Dengan demikian, pesan utamanya adalah optimisme yang realistis, di mana Indonesia harus terus bergerak maju sambil tetap menghargai dan belajar dari masa lalunya. Transformasi yang telah dimulai harus dilanjutkan dengan komitmen yang kuat untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kesimpulan

Acara yang diadakan oleh BNI ini menjadi ajang refleksi seorang pemimpin tentang perjalanan bangsa dan masa depan yang ingin ia wujudkan. Dengan memadukan pengalaman pribadi, sejarah keluarga, dan visi ekonomi, ia mengajak semua pihak untuk terus bekerja keras dan bersyukur atas pencapaian yang telah diraih. Dialog yang terjadi mencerminkan semangat untuk membangun bangsa yang lebih kuat, sejahtera, dan berdaya saing di kancah global.

 

Penulis

Sumarta

 

 

Sumber

Pidato Presiden Terpilih Prabowo Subianto sampaikan pidato di acara Investor Daily Summit 2024 di Jakarta pada Rabu (9/10/2024).

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel