Solidaritas Hakim Indonesia: Tuntutan Kesejahteraan dan Harapan di Tangan Wakil Rakyat
Tuntutan Kesejahteraan dan Harapan di Tangan Wakil Rakyat
Hakim Sebagai Pejabat Negara yang Dihormati
Profesi
hakim di Indonesia memiliki peran strategis dan sangat dihormati. Di berbagai
kesempatan, masyarakat mengaitkan hakim dengan istilah "wakil Tuhan"
karena mereka dianggap sebagai pihak yang diberi amanah untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan. Namun, meski memiliki peran yang begitu besar dalam
penegakan hukum, para hakim merasa bahwa kesejahteraan mereka tidak setara
dengan tanggung jawab yang mereka emban.
Hakim
Yusran, salah satu koordinator hakim yang berbicara di hadapan DPR,
mengungkapkan bahwa para hakim di Indonesia telah lama menghadapi permasalahan
yang sama. Gaji pokok dan tunjangan yang mereka terima tidak kunjung mengalami
kenaikan sejak beberapa tahun terakhir. Dalam situasi ekonomi yang semakin
menantang, hal ini tentu berdampak pada kualitas hidup mereka.
Gaji dan Tunjangan Hakim yang Terabaikan
Gaji
hakim yang stagnan sejak tahun 2009 menjadi salah satu poin utama dalam diskusi
tersebut. Hakim Yusran menjelaskan bahwa pada masa pemerintahan Presiden
Soeharto, gaji hakim masih dianggap layak, bahkan lebih tinggi dibandingkan
dengan pegawai negeri sipil (PNS) lainnya di lingkungan peradilan. Namun,
seiring berjalannya waktu, kesejahteraan hakim justru tertinggal jauh
dibandingkan dengan profesi lain di sektor publik.
"Di
masa pemerintahan Soeharto, gaji hakim dua kali lipat dari PNS biasa. Sekarang,
jabatan-jabatan lain di pemerintahan melampaui gaji kami," ujar Yusran. Ia
menambahkan bahwa hal ini sangat mengecewakan, terutama ketika melihat
kewenangan besar yang dimiliki oleh hakim dalam menentukan nasib orang lain
melalui keputusan hukum.
Kondisi
yang tidak adil ini, menurut Yusran, membuat banyak hakim harus berjuang keras
menjaga integritas mereka. Dengan penghasilan yang tidak mencukupi, mereka
rentan terhadap godaan suap atau bentuk-bentuk gratifikasi lainnya yang bisa
merusak penegakan hukum di Indonesia.
Ancaman terhadap Integritas Hakim
Salah
satu isu besar yang dihadapi oleh hakim di Indonesia adalah bagaimana mereka
harus menjalankan tugas dengan pendapatan yang tidak memadai. Yusran menyoroti
bahwa dengan pendapatan yang rendah, banyak hakim yang berjuang keras untuk
menjaga integritas mereka. "Hakim punya kekuasaan yang besar, tapi dengan
gaji yang seperti ini, kami rentan terjerumus ke dalam praktik yang tidak
sesuai dengan integritas kami," ujarnya.
Hal ini
tentunya mengkhawatirkan bagi masyarakat yang berharap agar hakim tetap netral
dan adil dalam memutuskan perkara. Kesenjangan ekonomi antara pihak-pihak yang
terlibat dalam kasus hukum—seperti antara pihak kaya (the have) dan pihak
miskin (the poor)—sering kali menjadi isu yang mempersulit hakim untuk tetap
menjaga keadilan.
Menurut
Yusran, ketimpangan ini menciptakan situasi di mana pihak yang kuat dan
berkuasa lebih diuntungkan, sementara rakyat kecil sering kali menjadi korban.
"Kami tidak ingin kondisi ini terus berlanjut. Kami ingin agar keadilan
tetap tegak di negeri ini," tambahnya.
Kondisi Ekonomi Hakim yang Memprihatinkan
Tidak
hanya soal gaji yang stagnan, Yusran dan rekan-rekannya juga menyoroti masalah
lain yang memperparah situasi mereka, seperti biaya hidup yang semakin tinggi
dan kurangnya fasilitas penunjang. Hakim Fauzan, yang sering menjadi juru
bicara dalam forum publik, mengungkapkan bahwa dengan gaji yang ada saat ini,
banyak hakim kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Ia
menceritakan bagaimana seorang hakim harus mengalokasikan setengah dari gajinya
hanya untuk biaya sekolah anak dan kebutuhan rumah tangga. Sisanya yang tidak
seberapa harus diatur untuk kebutuhan pribadi, seperti transportasi dan
kesehatan. "Setengah gaji sudah habis untuk anak dan istri. Sisanya, ya,
untuk biaya hidup sehari-hari," kata Fauzan.
Bahkan,
ada hakim yang harus rela berutang atau mengambil kredit hanya untuk membeli
mobil sederhana. Fauzan menekankan bahwa situasi ini sangat tidak layak bagi
seorang hakim yang memiliki tanggung jawab besar dalam menegakkan keadilan. Ia
berharap agar negara dapat lebih memperhatikan nasib para hakim, terutama dalam
hal kesejahteraan.
Kehidupan Pribadi yang Terancam
Permasalahan
ekonomi juga mempengaruhi kehidupan pribadi para hakim. Fauzan menceritakan
bagaimana banyak hakim yang harus berpisah dengan keluarga karena penugasan di
luar kota yang jauh dari kampung halaman. "Untuk pulang kampung saja,
biaya yang harus kami keluarkan sangat besar. Kadang-kadang, kami harus memilih
antara memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau pulang kampung bertemu
keluarga," ujarnya.
Selain
itu, Fauzan juga mengungkapkan kekhawatiran akan keamanan pribadi dan keluarga.
Ia mengingat kasus di Aceh, di mana seorang hakim dan keluarganya diancam oleh
pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh putusan pengadilan. "Kami tidak
hanya berisiko secara ekonomi, tapi juga secara fisik. Anak istri kami terancam
jiwanya," tambahnya.
Harapan dari Presiden Terpilih Prabowo Subianto
Dalam
situasi yang penuh dengan tantangan ini, para hakim merasa ada angin segar yang
datang dari presiden terpilih, Prabowo Subianto. Dalam salah satu pidatonya,
Prabowo menegaskan komitmennya untuk menyejahterakan para hakim dan menaikkan
gaji mereka.
"Saya
ingin memperbaiki penghasilan para hakim agar mereka bisa bekerja dengan
integritas. Seorang hakim tidak boleh bisa disogok, tidak boleh dibeli. Mereka
harus terhormat," tegas Prabowo. Pernyataan ini memberikan harapan besar
bagi para hakim yang selama ini merasa terabaikan.
Prabowo
juga mencontohkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, di
mana hakim memiliki fasilitas dan kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan
pejabat negara lainnya. "Di negara-negara maju, hakim mendapatkan
penghasilan yang layak agar mereka bisa bekerja dengan baik dan tidak
terpengaruh oleh godaan dari pihak luar," tambahnya.
Kesimpulan
Dialog
antara para hakim dan DPR mencerminkan betapa mendesaknya masalah kesejahteraan
para penegak hukum di Indonesia. Sebagai "wakil Tuhan" yang dipercaya
untuk menegakkan keadilan, para hakim berhak mendapatkan perhatian lebih dari
negara. Kesejahteraan yang memadai tidak hanya penting untuk menjaga integritas
hakim, tetapi juga untuk memastikan bahwa keadilan tetap tegak di tengah
masyarakat.
Komitmen
yang diungkapkan oleh presiden terpilih Prabowo Subianto memberikan secercah
harapan bagi para hakim. Namun, hanya waktu yang akan membuktikan apakah janji
ini benar-benar akan terwujud dan membawa perubahan signifikan dalam kehidupan
para hakim di Indonesia. Apa pun yang terjadi, para hakim tetap berharap agar
mereka tidak hanya dipandang sebagai "wakil Tuhan," tetapi juga
sebagai abdi negara yang layak dihargai dan dihormati.
Penulis
Sumarta
Sumber
https://youtu.be/2jDJOFwXZJ4