Mengapa Kita Harus Fokus pada Hal-Hal yang Membuat Hidup Bermakna

 

Mengapa Kita Harus Fokus pada Hal-Hal yang Membuat Hidup Bermakna



Kekayaan memang dapat meningkatkan kenyamanan hidup dan memungkinkan kita menikmati hal-hal yang tidak bisa diakses tanpa uang. Namun, harta berlimpah tanpa hubungan yang bermakna sering kali berakhir seperti rumah besar yang tampak megah namun kosong di dalamnya. Kebahagiaan sejati melampaui jumlah uang di rekening; ia terkait erat dengan perasaan terhubung dengan orang lain dan dunia di sekitar kita (Diener & Seligman, 2004).

Memang benar bahwa uang dapat mengurangi stres finansial, memberi akses pada pendidikan dan perawatan kesehatan yang lebih baik, serta memungkinkan gaya hidup yang lebih nyaman. Meskipun demikian, kekayaan semata tidak cukup untuk membuat seseorang merasa utuh atau benar-benar puas. Penelitian menunjukkan bahwa setelah kebutuhan dasar terpenuhi, penambahan kekayaan tidak berbanding lurus dengan peningkatan kebahagiaan (Kahneman & Deaton, 2010).

Hubungan yang bermakna dengan keluarga, sahabat, atau pasangan lebih berperan dalam kebahagiaan jangka panjang. Penelitian Harvard yang telah berlangsung selama beberapa dekade menemukan bahwa mereka yang memiliki hubungan sosial yang sehat cenderung hidup lebih lama dan merasa lebih puas dalam hidup (Waldinger & Schulz, 2010). Dengan kata lain, hubungan emosional yang kuat berperan penting dalam menjaga keseimbangan hidup.

Faktor-faktor lain seperti kesehatan fisik dan mental juga tidak kalah penting. Memiliki gaya hidup yang sehat dapat membantu seseorang merasa lebih energik dan siap menghadapi tantangan hidup. Menurut Ryff dan Singer (1998), kesehatan fisik dan mental sering kali memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kebahagiaan daripada pencapaian materi semata.

Kebahagiaan juga dapat diperoleh dari menciptakan momen bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya jumlah uang atau popularitas yang menciptakan rasa puas, melainkan kegiatan kecil yang menambah nilai dalam hidup kita—seperti berbagi kebahagiaan dengan orang lain atau mengapresiasi hal-hal sederhana (Lyubomirsky et al., 2005).

Menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan utama hidup mungkin mengharuskan kita untuk memikirkan kembali apa yang sebenarnya penting. Mengejar harta tanpa memperhatikan hubungan sosial dan kesehatan mental bisa membuat seseorang merasa kosong, meski terlihat sukses. Jadi, kebahagiaan sejati lebih terkait dengan cara kita menjalani hidup, bukan dengan seberapa banyak harta yang kita miliki (Ryan & Deci, 2001).

Jika kita mengejar kebahagiaan, penting untuk tidak hanya terpaku pada kekayaan atau status sosial. Kebahagiaan adalah perjalanan yang melibatkan banyak aspek kehidupan, termasuk hubungan yang bermakna, kesehatan, dan kepuasan dalam kegiatan sehari-hari. Kebahagiaan bukanlah tujuan yang dicapai dengan harta, melainkan sebuah pengalaman yang dirasakan melalui setiap langkah hidup.

Penulis

Sumarta

 

Sumber Referensi:

  • Diener, E., & Seligman, M. E. P. (2004). Beyond money: Toward an economy of well-being. Psychological Science in the Public Interest, 5(1), 1–31.
  • Kahneman, D., & Deaton, A. (2010). High income improves evaluation of life but not emotional well-being. Proceedings of the National Academy of Sciences, 107(38), 16489–16493.
  • Lyubomirsky, S., King, L., & Diener, E. (2005). The benefits of frequent positive affect: Does happiness lead to success? Psychological Bulletin, 131(6), 803–855.
  • Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2001). On happiness and human potentials: A review of research on hedonic and eudaimonic well-being. Annual Review of Psychology, 52(1), 141–166.
  • Ryff, C. D., & Singer, B. (1998). The contours of positive human health. Psychological Inquiry, 9(1), 1–28.
  • Waldinger, R. J., & Schulz, M. S. (2010). The long reach of nurturing family environments: Links with midlife emotion-regulatory styles and late-life security in intimate relationships. Psychological Science, 21(9), 1260–1267.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel