Apa yang Benar-Benar Penting?
Apa yang Benar-Benar Penting?
Penulis
Sumarta
(Akang Marta)
Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tuntutan material, seringkali
kita lupa untuk merenungkan apa yang sebenarnya penting dalam hidup. Banyak
orang terjebak dalam pencarian kesuksesan duniawi, berfokus pada harta, status
sosial, dan pencapaian pribadi. Namun, jika kita memandang kehidupan ini dari
perspektif yang lebih dalam, kita akan menyadari bahwa semua yang kita
miliki—baik itu uang, kecerdasan, atau status—adalah hal-hal yang bersifat
sementara. Kesadaran ini seharusnya membawa kita untuk mengalihkan fokus kita
pada hal-hal yang lebih abadi, seperti hubungan kita dengan Tuhan dan amal
kebaikan yang dapat membawa kita pada keselamatan di akhirat. Perspektif ini
mengingatkan kita bahwa dunia ini hanya tempat persinggahan sementara, dan
tujuan sejati hidup adalah mencapai kebahagiaan abadi di sisi Tuhan.
Kebanyakan orang merasa bahwa pencapaian duniawi adalah tujuan utama dalam
hidup. Mereka berusaha keras untuk meraih kekayaan, kesuksesan, dan pengaruh di
dunia ini. Namun, ajaran-ajaran agama dan filosofi kehidupan mengingatkan kita
bahwa semua ini hanya alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu
mendekatkan diri kepada Tuhan. Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "Apa yang
ada di sisi kalian akan lenyap, tetapi apa yang ada di sisi Allah adalah
kekal" (QS. An-Nahl: 96). Ayat ini menggambarkan betapa segala sesuatu
yang kita anggap penting di dunia ini pada akhirnya akan lenyap, sementara amal
dan hubungan kita dengan Tuhan adalah yang akan bertahan selamanya. Oleh karena
itu, kita seharusnya menilai ulang apa yang benar-benar kita anggap penting
dalam hidup ini, dengan memprioritaskan hal-hal yang bersifat abadi dan memberi
manfaat di dunia dan akhirat.
Ketika kita merenungkan hidup dan apa yang benar-benar penting, kita juga
harus menyadari bahwa kita tidak bisa membawa harta benda atau status sosial
kita setelah kematian. Semua yang kita miliki sekarang akan ditinggalkan, dan
yang akan kita bawa adalah amal perbuatan dan niat kita. Dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya
amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai
dengan niatnya" (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa yang
paling penting dalam hidup bukanlah seberapa banyak yang kita miliki, tetapi
seberapa ikhlas kita dalam melakukan amal perbuatan dan seberapa kuat niat kita
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam hal ini, kualitas amal lebih penting
daripada kuantitasnya, dan niat yang tulus menjadi kunci untuk memperoleh
pahala yang besar di sisi Tuhan.
Setiap manusia pasti akan menghadap pada kenyataan bahwa kehidupan di dunia
ini adalah sementara. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengalihkan
perhatian kita dari pencapaian duniawi yang tidak kekal, dan lebih fokus pada
pencapaian yang dapat membawa kita menuju kebahagiaan abadi di akhirat. Dalam
surat Al-Baqarah ayat 195, Allah SWT berfirman, "Dan belanjakanlah (harta
bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan." Ayat ini mengingatkan kita untuk menggunakan segala sesuatu
yang kita miliki untuk beramal saleh, bukan hanya untuk kepentingan duniawi
semata. Dengan demikian, hidup kita akan lebih bermakna dan bermanfaat bagi
diri kita sendiri, keluarga, dan masyarakat, serta menjadi sarana untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan.
Sebagai penutup, mari kita merenungkan kembali tujuan hidup kita. Apakah
kita hidup hanya untuk memenuhi ambisi duniawi, atau apakah kita memiliki
tujuan yang lebih besar, yaitu mencapai kebahagiaan yang abadi di akhirat?
Dalam konteks ini, hidup kita adalah sebuah perjalanan spiritual yang harus
diarahkan menuju Tuhan. Meskipun kita perlu memenuhi kebutuhan duniawi dan
bertanggung jawab terhadap kehidupan kita di dunia, kita tidak boleh lupa bahwa
hidup ini adalah ujian yang akan menentukan nasib kita di akhirat. Oleh karena
itu, kita harus memastikan bahwa segala amal yang kita lakukan selalu dilandasi
oleh niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencari
keridhaan-Nya.
Akhirnya, saat kita berfokus pada apa yang benar-benar penting, kita akan
menemukan kedamaian dalam hidup, karena kita akan semakin sadar bahwa
kebahagiaan sejati tidak terletak pada pencapaian duniawi, melainkan pada
kedekatan kita dengan Tuhan dan amal saleh yang kita lakukan untuk mencapai
tujuan akhir kita. Kita semua akan kembali kepada-Nya, dan yang akan menemani
kita saat itu hanyalah amal kebaikan dan niat tulus yang kita bawa sepanjang
hidup. Dengan begitu, hidup kita akan memiliki makna yang lebih dalam dan
memberi manfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun bagi umat manusia.
Referensi
Al-Qur'an Al-Karim. (n.d.). Surah An-Nahl, ayat 96.
Bukhari, M., & Muslim, A. (n.d.). Sahih Bukhari & Sahih
Muslim (Hadith collection).
Al-Baqarah, 195. (n.d.). Al-Qur'an Al-Karim.