Awal Perjalanan Menuju Ilmu: Langkah Berani Kiai Abbas di Jalan Spiritualitas

 

Awal Perjalanan Menuju Ilmu: Langkah Berani Kiai Abbas di Jalan Spiritualitas

Kontributor

Sumarta (Akang Marta)

 


Perjalanan menuju ilmu yang dijalani oleh Kiai Abbas dimulai dari dorongan hati yang kuat sejak masa kecil. Sebagai putra dari Kiai Haj Abdul Jamil, Abbas kecil memiliki hasrat untuk menimba ilmu di pesantren, sebuah keputusan besar yang akan mengubah hidupnya. Saat ia mengungkapkan keinginannya kepada sang ayah, sang ayah tidak memberikan penolakan ataupun dorongan yang berlebihan. Sebaliknya, Kiai Abdul Jamil hanya mengatakan dengan tenang, “Ya wis lamon arep mondok, pamita Sira marang dulur Ira ning Masjid Agung Cirebon” (Jika ingin mondok, mintalah restu kepada kerabat di Masjid Agung Cirebon). Kata-kata yang sederhana tersebut justru memberikan ruang bagi Abbas untuk mengambil langkah besar menuju dunia yang penuh dengan ilmu dan spiritualitas. Tidak ada yang dapat menahan tekadnya yang kuat untuk mencari ilmu. Dengan semangat yang membara, Abbas kecil berjalan kaki, melewati rel kereta api, menuju Masjid Agung Cirebon untuk mendapatkan restu dari kerabat-kerabatnya yang ada di sana. Perjalanan fisik yang ditempuh oleh Abbas kecil seakan menjadi simbol dari perjalanan spiritual yang akan dilaluinya dalam kehidupan.

Perjalanan Abbas kecil menuju Masjid Agung Cirebon tidak hanya sebuah perjalanan biasa, tetapi juga menjadi tanda akan sebuah perubahan besar dalam hidupnya. Dalam perjalanan itu, muncul peristiwa yang dianggap sebagai sebuah tanda mistis. Beduk masjid yang berbunyi sendiri sebelum kedatangannya seolah memberikan isyarat bahwa seorang tamu istimewa tengah dalam perjalanan menuju masjid tersebut. Peristiwa ini menjadi bagian dari kisah mistis yang menyelimuti perjalanan hidup Abbas dan semakin memperkuat kesan bahwa ia memang memiliki takdir luar biasa dalam perjalanan menuntut ilmu. Beduk yang berdentang dengan sendirinya sebelum kedatangannya seolah menjadi sebuah sambutan dari alam semesta, memperlihatkan bahwa setiap langkah yang diambil oleh Abbas dalam mencari ilmu adalah langkah yang penuh berkah dan keberkahan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa kehidupan spiritual Abbas sudah mulai tersentuh oleh kekuatan yang lebih besar dan membawa energi positif, yang akan menuntunnya ke jalan yang benar dalam mencari ilmu.

Setelah mendapatkan restu dari kerabat di Masjid Agung Cirebon, Abbas kemudian memulai perjalanan yang lebih panjang dalam menuntut ilmu. Keinginannya untuk mondok bukan hanya didorong oleh rasa ingin tahu, tetapi juga oleh tekad yang kuat untuk mendalami ilmu agama dan mendapatkan bimbingan dari ulama-ulama besar. Dalam tradisi pesantren, ilmu tidak hanya didapatkan melalui buku dan ajaran, tetapi juga melalui pembelajaran langsung dari guru yang memiliki sanad ilmu yang jelas. Abbas kemudian bergabung dengan berbagai pesantren besar di Jawa, termasuk Pesantren Tebuireng di Jombang yang dipimpin oleh Kiai Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Di pesantren ini, Abbas mendalami berbagai ilmu agama yang membentuk karakter dan wawasan keagamaannya. Tidak hanya menjadi santri yang cerdas dalam ilmu agama, Abbas juga belajar tentang keteguhan hati dan kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian hidup. Langkah awal Abbas ini menjadi fondasi yang kokoh bagi perjalanan intelektual dan spiritual yang akan membawanya ke masa depan yang lebih besar.

Kehidupan di pesantren juga mempertemukan Abbas dengan banyak tokoh agama besar yang memberikan pengaruh besar dalam perjalanan hidupnya. Salah satunya adalah pengalaman Abbas saat belajar di Mekkah. Di tanah suci, Abbas bertemu dengan ulama-ulama besar seperti Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dan Syekh Ahmad Zubaidi yang memberi ilmu dan bimbingan spiritual yang mendalam. Di Mekkah, Abbas tidak hanya menjadi seorang murid yang belajar dari para guru, tetapi juga seorang pengajar bagi sesama pelajar asal Indonesia, seperti Kiai Kholil Balerante dan Kiai Sulaeman Babakan Ciwaringin. Pengalaman belajar di Mekkah ini memperkaya wawasan keagamaan Abbas dan memperkuat kedalaman spiritualnya. Pendidikan yang ia terima, baik di pesantren maupun di Mekkah, membentuk Abbas menjadi seorang ulama yang memiliki ilmu yang luas dan wawasan yang mendalam tentang kehidupan. Selama masa pendidikannya, Abbas juga menunjukkan komitmen yang luar biasa terhadap ilmu, mengabdikan diri untuk memperdalam pemahaman tentang agama dengan cara yang tidak hanya teori tetapi juga melalui pengalaman langsung.

Langkah pertama dalam perjalanan menuntut ilmu yang ditempuh oleh Abbas, yang dimulai dengan berjalan kaki menuju Masjid Agung Cirebon, adalah cermin dari tekad dan semangat yang tak pernah padam dalam dirinya. Perjalanan fisik tersebut mengingatkan kita bahwa untuk mencapai tujuan besar dalam hidup, diperlukan tekad yang kuat dan keberanian untuk menghadapi segala rintangan yang ada. Selain itu, perjalanan Abbas juga mengajarkan kita tentang pentingnya niat yang tulus dalam menuntut ilmu. Ilmu yang didapatkan dengan niat yang baik dan usaha yang sungguh-sungguh akan memberikan keberkahan yang luar biasa dalam hidup. Seperti yang dialami oleh Kiai Abbas, perjalanan menuju ilmu tidak hanya mengubah kehidupan seorang individu, tetapi juga membawa dampak positif bagi masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. Keberanian Abbas untuk mengambil langkah pertama menuju dunia pesantren menjadi contoh bagi kita semua untuk selalu mengejar ilmu dengan semangat yang tinggi dan niat yang baik, demi mencapai kehidupan yang lebih bermakna dan penuh berkah.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel