Cupu Hijau dan Kehadiran Mistis dalam Sejarah Cirebon
Cupu
Hijau dan Kehadiran Mistis dalam Sejarah Cirebon
Kontributor
Sumarta
(Akang Marta)
Kisah mistis
yang beredar di Cirebon memiliki daya tarik yang tak terhingga, memadukan
antara kepercayaan, tradisi, dan kisah-kisah spiritual yang menghiasi
perjalanan sejarah wilayah tersebut. Salah satu cerita yang paling dikenal
adalah kisah seorang santri yang datang membawa sebuah tas berisi cupu hijau
dan menitipkannya kepada Ki Gedeng Alang-Alang. Tas itu dianggap sebagai benda
yang memiliki kekuatan magis, namun apa yang terkandung di dalamnya lebih
mengejutkan lagi. Setelah diteliti, cupu hijau tersebut ternyata berisi air
cahaya, sebuah cairan yang dianggap memiliki daya spiritual luar biasa. Air
ini, yang sangat dihormati dan diyakini dapat memberi pencerahan, kemudian
diminum oleh putri Ki Gedeng Alang-Alang, Rara Santang. Kehadiran cupu tersebut
menambah dimensi mistis pada cerita yang sudah penuh dengan nuansa magis,
menciptakan rasa penasaran dan keingintahuan di kalangan masyarakat setempat.
Perjalanan
mistis ini semakin dalam ketika Ki Gedeng Alang-Alang, dalam tidurnya,
mengalami sebuah mimpi yang sangat menakutkan namun penuh dengan makna. Dalam
mimpinya, Ki Gedeng Alang-Alang bertemu dengan Nabi Muhammad yang menyuruhnya
untuk menyerahkan cupu hijau yang telah berisi air cahaya itu. Pesan ini jelas
mengandung makna spiritual yang mendalam, menunjukkan betapa pentingnya cupu
tersebut dalam tatanan kehidupan spiritual yang lebih tinggi. Namun, kenyataan
yang terjadi adalah sebuah tragedi yang tak terduga. Karena air cahaya dalam
cupu tersebut sudah diminum oleh putri Ki Gedeng Alang-Alang, Ki Gedeng
Alang-Alang merasa telah gagal dalam menjalankan perintah yang diterimanya
melalui mimpi tersebut. Hal ini memunculkan berbagai spekulasi dan tafsiran
mengenai kekuatan mistis yang ada dalam diri cupu hijau tersebut dan
pengaruhnya terhadap nasib Ki Gedeng Alang-Alang.
Kisah
tragis ini tidak berhenti hanya pada mimpi dan kehilangan cupu hijau, melainkan
berlanjut pada penderitaan yang dialami oleh Ki Gedeng Alang-Alang. Setelah
mimpi tersebut, Ki Gedeng Alang-Alang mulai jatuh sakit dengan cepat, seakan ada
suatu kekuatan yang menggerogoti tubuhnya akibat ketidaksesuaian antara apa
yang diminta oleh Nabi Muhammad dan kenyataan yang terjadi. Penyakit yang
diderita oleh Ki Gedeng Alang-Alang menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang lebih
besar dari sekadar penyakit fisik yang menyerangnya. Hal ini mengarah pada
persepsi bahwa Ki Gedeng Alang-Alang mungkin telah melanggar suatu peraturan
spiritual yang lebih tinggi, yang membuatnya tidak bisa menghindari takdir yang
menimpanya. Kejatuhan fisik yang dialami Ki Gedeng Alang-Alang menyimbolkan
betapa besar pengaruh spiritual dari benda-benda seperti cupu hijau dalam
tradisi masyarakat Cirebon.
Akhir
dari kisah ini semakin menambah nuansa misterius dan mistis dalam cerita
tersebut. Ketika Ki Gedeng Alang-Alang meninggal dunia, proses pemakamannya
berlangsung dengan cara yang tidak biasa. Jenazahnya menghilang secara
misterius, hanya meninggalkan kain kafan yang harum semerbak, sesuatu yang
tidak bisa dijelaskan dengan logika biasa. Kejadian ini menambah kesan magis dan
supernatural dalam kisah hidup Ki Gedeng Alang-Alang. Kain kafan yang harum
ini, meskipun tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, dianggap sebagai tanda bahwa
kekuatan spiritual yang ada di dalam diri Ki Gedeng Alang-Alang tidak pernah
benar-benar hilang. Hal ini memperkuat aura mistis dari cerita ini dan
memperdalam rasa hormat serta rasa penasaran masyarakat terhadap kisah-kisah
spiritual yang mengelilingi wilayah Cirebon.