Di Antara Lava dan Keraguan: Ujian Terakhir Sumedang Larang

 

Di Antara Lava dan Keraguan: Ujian Terakhir Sumedang Larang

Kontributor

Sumarta (Akang Marta)

 


Letusan Gunung Gede telah mengubah wajah Sumedang Larang. Lava yang mengalir deras dan abu vulkanik yang menutupi langit telah memutus jalan keluar bagi ribuan penduduk. Panik dan keputusasaan menyelimuti seluruh negeri. Rakyat yang terjebak di tengah bencana alam ini mulai mempertanyakan kepemimpinan Prabu Jayawisesa. Mereka bertanya-tanya mengapa sang raja tidak mengambil tindakan yang lebih cepat untuk menyelamatkan mereka. Kepercayaan rakyat terhadap sang raja mulai terkikis habis.

Di dalam istana, suasana juga tidak kalah tegang. Para penasihat dan pejabat kerajaan saling menyalahkan atas bencana yang menimpa negeri. Mereka memperdebatkan solusi terbaik untuk mengatasi krisis ini. Sebagian besar dari mereka masih terpaku pada simbol-simbol kekuasaan, seperti Keris Emas yang dianggap sebagai kunci untuk menghentikan bencana. Namun, sebagian yang lain mulai meragukan keampuhan pusaka tersebut. Mereka khawatir bahwa mengorbankan keris emas tidak akan menjamin keselamatan rakyat.

Di tengah perdebatan yang sengit, Ratu, permaisuri Prabu Jayawisesa, angkat bicara. Dengan suara yang tegas, ia menyampaikan pandangannya. Ratu mengingatkan bahwa pusaka kerajaan hanyalah sebuah simbol, sedangkan rakyat adalah segalanya. Ia tidak dapat menerima jika rakyat harus menderita dan bahkan kehilangan nyawa hanya demi menjaga sebuah benda pusaka. Pernyataan Ratu ini membuka mata sang raja dan para penasihatnya. Mereka mulai menyadari bahwa prioritas utama mereka saat ini adalah menyelamatkan rakyat, bukan mempertahankan simbol-simbol kekuasaan.

Namun, waktu terus berjalan dan situasi semakin kritis. Lava terus mengalir, menghancurkan segala yang dilaluinya. Rakyat yang terjebak semakin putus asa. Mereka membutuhkan tindakan nyata dari pemerintah, bukan hanya janji-janji kosong. Di tengah keputusasaan yang mendalam, muncul harapan baru. Sekelompok pemuda pemberani berinisiatif untuk menyelamatkan sesama mereka. Mereka membentuk tim penyelamat dan berjuang untuk membawa korban selamat ke tempat yang aman.

Tindakan heroik para pemuda ini menginspirasi rakyat. Mereka mulai bangkit dari keterpurukan dan saling membantu. Bencana alam telah menguji kekuatan dan persatuan rakyat Sumedang Larang. Di tengah penderitaan, mereka menemukan kembali nilai-nilai kemanusiaan dan semangat gotong royong.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel