Dunia: Desain yang Tidak Siap untuk Suara

 

Dunia: Desain yang Tidak Siap untuk Suara

Penulis

Sumarta (Akang Marta)

 


Dunia ini, menurut ulama, tidak dirancang secara fisik untuk mampu menahan suara dengan tingkat kekuatan tertentu. Fenomena alam yang sering terjadi, seperti gempa bumi, dapat dijadikan contoh untuk menggambarkan hal ini. Gempa bumi sering kali diawali dengan gelombang suara infrasonik, yang memiliki frekuensi rendah dan tidak terdengar oleh telinga manusia, namun cukup kuat untuk menyebabkan getaran yang menggerakkan lapisan bumi. Fenomena ini menunjukkan bagaimana suara dengan frekuensi tertentu dapat mempengaruhi struktur material yang ada di bumi. Dalam banyak kasus, suara, meskipun tak terlihat, mampu merusak dan mengganggu stabilitas sesuatu yang tampak kokoh, menjadikannya elemen penghancur yang sangat efektif. Keberadaan suara dengan intensitas tertentu dapat menguji ketahanan fisik alam ini, membuka pemahaman baru tentang betapa rapuhnya dunia terhadap getaran suara.

Fenomena alam seperti gempa bumi atau ledakan besar mengungkapkan bahwa suara yang terlepas dalam bentuk gelombang infrasonik dapat menyusup ke dalam struktur material dan mengguncangnya dari dalam. Gelombang suara ini memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan molekul dalam material, menciptakan getaran yang dapat merusak struktur fisik yang ada. Hal ini menunjukkan betapa dunia ini, meskipun tampak kokoh, pada dasarnya sangat rapuh dalam menghadapi getaran suara yang kuat. Suara yang berasal dari tiupan sangkakala Israfil dalam perspektif eskatologis pun memberikan gambaran serupa, di mana kehancuran dunia ini tidak perlu didorong dengan kekuatan fisik yang besar, melainkan cukup dengan tiupan suara yang memiliki kekuatan ilahi. Ini menunjukkan bahwa suara tidak hanya sebagai gelombang suara biasa, tetapi sebagai medium yang memiliki kemampuan untuk mengubah tatanan fisik dan meruntuhkan apa yang tampak permanen.

Tafsir eskatologis dalam Islam menggambarkan dengan jelas mengapa kehancuran dunia ini dimulai dengan tiupan sangkakala. Dunia yang rapuh terhadap getaran suara ini akan mengalami kehancuran dengan sendirinya, tanpa membutuhkan kekuatan fisik yang besar. Tiupan sangkakala yang dilakukan oleh malaikat Israfil menjadi simbol dari kekuatan suara yang memiliki dampak luar biasa, bahkan mampu menghancurkan dunia ini tanpa adanya kekuatan fisik atau materi yang terlibat. Dalam ajaran Islam, tiupan sangkakala tersebut merupakan peristiwa yang tak terhindarkan, yang akan menandai berakhirnya kehidupan di dunia ini dan memulai kehidupan yang baru di akhirat. Oleh karena itu, suara dalam konteks ini bukan hanya sekedar fenomena fisik, tetapi juga merupakan bentuk peringatan dari Allah SWT akan kekuasaan-Nya yang tidak terbantahkan.

Dunia, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, memang tidak dirancang untuk mampu menahan suara dengan kekuatan yang begitu besar. Struktur fisik bumi dan segala isinya tampaknya tidak cukup kuat untuk menahan getaran dengan intensitas tinggi yang dapat dihasilkan oleh suara, baik dari peristiwa alam seperti gempa bumi maupun fenomena eskatologis seperti tiupan sangkakala. Getaran suara, meskipun tidak terlihat oleh mata manusia, memiliki kemampuan untuk menembus segala lapisan material dan merusak sesuatu dari dalam. Ini menunjukkan bahwa suara memiliki kekuatan yang lebih dari sekedar getaran yang dapat kita dengar. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, kita mungkin tidak sepenuhnya menyadari betapa pentingnya peran suara dalam mengatur kehidupan kita, namun dalam skala yang lebih besar, suara ternyata memiliki dampak yang sangat besar terhadap alam semesta ini.

Fenomena alam yang melibatkan suara sering kali memberikan petunjuk tentang keterbatasan dunia ini dalam menahan kekuatan luar biasa. Gelombang suara, dengan frekuensi rendah atau tinggi, dapat menyebabkan kerusakan pada struktur alam semesta yang tampaknya sangat kuat dan tak tergoyahkan. Begitu juga dengan kekuatan suara dalam konteks eskatologis, yang menggambarkan betapa rapuhnya dunia ini terhadap tiupan sangkakala. Dalam perspektif agama, tiupan ini bukan sekadar simbol, melainkan merupakan peristiwa yang sangat nyata yang akan menghancurkan dunia ini dengan kekuatan suara ilahi. Kehancuran dunia ini, meskipun tampaknya menakutkan, sebenarnya adalah bagian dari takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT sebagai bagian dari perjalanan menuju kehidupan setelah mati. Oleh karena itu, meskipun dunia ini rapuh terhadap suara, setiap kehancuran yang terjadi adalah bagian dari rencana ilahi yang harus diterima oleh umat manusia.

Akhirnya, konsep bahwa dunia ini rapuh terhadap suara memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang betapa pentingnya suara dalam konteks kehidupan manusia dan alam semesta. Suara, baik dalam bentuk gelombang fisik maupun suara ilahi, memiliki kekuatan yang luar biasa, baik untuk membangun maupun menghancurkan. Tiupan sangkakala oleh Israfil menggambarkan betapa suara adalah alat yang sangat efektif dalam menghancurkan dan menciptakan kembali tatanan dunia ini. Oleh karena itu, kita harus memahami bahwa suara, meskipun sering kali dianggap sebagai fenomena sederhana, sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan kita. Sebagai makhluk yang hidup di dunia ini, kita harus siap menghadapi kenyataan bahwa dunia ini rapuh terhadap suara dan segala perubahan besar yang akan terjadi sebagai bagian dari takdir ilahi.

Daftar Pustaka

Al-Qur'an. (n.d.). Al-Qur'an al-Karim.
Rasul, M. (2018). Suara dalam Perspektif Ilmu dan Agama. Jakarta: Pustaka Ilmu.
Nasr, S. H. (2002). Islamic Cosmology and the Role of Sound in Creation. London: Routledge.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel