Era Xi Jinping: Ambisi Global dan Modernisasi Ekonomi
Era Xi Jinping: Ambisi Global dan Modernisasi Ekonomi
Penulis
Sumarta (Akang
Marta)
Pada tahun 2012, Xi Jinping mengambil alih kepemimpinan China dengan membawa
visi yang lebih ambisius dan komprehensif dibandingkan pendahulunya. Xi
memperkenalkan konsep Chinese Dream atau impian China, sebuah
visi yang bertujuan untuk menjadikan China sebagai negara yang makmur, kuat, dan
modern. Lebih dari sekadar kemakmuran ekonomi, visi ini berfokus pada
penciptaan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Xi menekankan pentingnya
pembangunan yang merata di seluruh wilayah dan memastikan semua lapisan
masyarakat, dari kelompok miskin hingga kaya, dapat merasakan manfaat dari
pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.
Salah satu kebijakan monumental Xi Jinping adalah Belt and Road
Initiative (BRI), sebuah proyek besar yang bertujuan menghubungkan
China dengan dunia melalui pembangunan infrastruktur global. Dengan nilai
proyek lebih dari 1 triliun dolar Amerika, BRI mencakup pembangunan jalan raya,
pelabuhan, dan jaringan kereta api cepat di berbagai negara. Proyek ini
melibatkan lebih dari 60% populasi dunia, menciptakan peluang perdagangan baru,
dan memperkuat hubungan ekonomi China dengan berbagai negara. Selain memperkuat
posisi ekonomi, BRI juga berfungsi sebagai alat diplomasi, memperluas pengaruh
politik China di berbagai kawasan strategis dunia.
Selain BRI, Xi Jinping juga meluncurkan program ambisius Made in
China 2025 yang berfokus pada modernisasi industri. Program ini
dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing dan menjadikan
China sebagai pemimpin global dalam sektor-sektor teknologi tinggi, seperti
kecerdasan buatan, robotika, dan kendaraan listrik. Perusahaan teknologi
raksasa seperti Huawei, Alibaba, dan Tencent tumbuh pesat di bawah dukungan
kebijakan ini, menjadikan mereka pemain utama dalam pasar teknologi global dan
simbol kesuksesan modernisasi ekonomi China.
Namun, di balik berbagai pencapaian besar, era Xi Jinping juga diwarnai
dengan tantangan signifikan, baik di dalam negeri maupun di arena
internasional. Di tingkat domestik, kebijakan yang berfokus pada pengendalian
ketat partai terhadap masyarakat, termasuk pengawasan digital, memicu kritik
atas pelanggaran kebebasan individu. Selain itu, reformasi ekonomi menghadapi
tantangan dalam menyeimbangkan pertumbuhan dengan pengelolaan utang yang
semakin besar, serta ketimpangan sosial yang masih menjadi persoalan serius.
Di tingkat global, kebijakan luar negeri Xi yang agresif sering kali memicu
gesekan dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Perang dagang,
isu keamanan siber, dan klaim teritorial di Laut China Selatan menjadi beberapa
konflik utama yang memperburuk hubungan China dengan negara-negara lain. Meski
demikian, Xi tetap berkomitmen untuk menjadikan China sebagai pemimpin global
yang tangguh, baik dalam hal ekonomi maupun geopolitik.
Era Xi Jinping mencerminkan transformasi besar China menjadi kekuatan dunia
yang dominan, dengan visi ambisius untuk masa depan yang lebih modern dan
inklusif. Meskipun menghadapi kritik dan tantangan, Xi berhasil memperkuat
posisi China di panggung global melalui kebijakan strategis dan inovasi
teknologi. Dengan pendekatan yang tegas dan fokus pada modernisasi, Xi membuka
jalan bagi China untuk memainkan peran yang lebih besar dalam membentuk tata
dunia di era baru.