Etika Berkomunikasi: Pentingnya Menjaga Lisan, Terutama bagi Tokoh Publik
Etika Berkomunikasi: Pentingnya Menjaga Lisan, Terutama bagi Tokoh
Publik
Kontributor
Sumarta
(Akang Marta)
Komunikasi adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap kata yang diucapkan memiliki potensi untuk memengaruhi perasaan,
pandangan, dan bahkan tindakan orang lain. Dalam tradisi pesantren, ada pepatah
yang sangat terkenal dan mendalam maknanya: “Keselamatan manusia terletak pada
penjagaan lisannya.” Pepatah ini mengingatkan kita akan betapa pentingnya
menjaga ucapan agar tidak menimbulkan dampak buruk. Ucapan yang tidak bijaksana
tidak hanya bisa menyinggung orang lain, tetapi juga dapat berakibat fatal,
baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks
ini, etika berkomunikasi menjadi sangat penting, terutama bagi tokoh publik
yang memiliki pengaruh besar terhadap audiens yang lebih luas.
Bagi tokoh publik, tanggung jawab dalam berbicara menjadi jauh lebih besar
dibandingkan dengan individu biasa. Setiap ucapan yang keluar dari mulut
seorang tokoh publik dapat dengan cepat menyebar dan mendapat perhatian publik.
Ucapan yang tidak dipikirkan dengan matang dapat menimbulkan kontroversi,
kerusuhan, atau bahkan perpecahan. Oleh karena itu, menjaga etika dalam
berkomunikasi sangatlah penting, terutama bagi mereka yang memiliki platform
besar dan pengaruh yang luas. Tokoh publik, baik itu seorang politisi,
selebriti, ataupun tokoh agama, seharusnya lebih berhati-hati dalam memilih
kata-kata yang akan mereka sampaikan. Ucapan mereka bisa menjadi pembelajaran
bagi masyarakat, oleh karena itu sangat penting untuk selalu menjaga lisan agar
tidak menyakiti perasaan orang lain.
Tidak hanya bagi tokoh publik, menjaga etika berkomunikasi juga merupakan
tanggung jawab setiap individu. Dalam interaksi sehari-hari, tidak jarang kita
mendengar kata-kata yang terucap tanpa mempertimbangkan dampaknya. Ucapan yang
keluar begitu saja bisa menyakiti orang lain tanpa kita sadari. Oleh karena
itu, sikap bijaksana dalam berbicara perlu diterapkan oleh setiap orang, baik
dalam kehidupan sosial maupun di dunia maya. Ketika kita berbicara, kita harus
selalu berpikir sejenak tentang apa yang akan kita sampaikan dan bagaimana hal
itu akan diterima oleh orang lain. Kesadaran akan dampak ucapan sangat penting
agar kita tidak menambah luka di hati orang lain. Dalam konteks digital yang
semakin berkembang, etika berkomunikasi semakin diperlukan agar kita tidak
sembarangan mengeluarkan kata-kata yang bisa merusak hubungan antar individu.
Di dalam lingkungan pesantren, ajaran untuk menjaga lisan sudah diterapkan
sejak dini. Ajaran ini mengajarkan para santri untuk selalu berhati-hati dalam
berbicara, mengingat bahwa kata-kata bisa menjadi senjata yang tajam, baik
untuk membangun ataupun menghancurkan. Bagi seorang santri, menjaga lisan
berarti menjaga kehormatan diri, keluarga, dan agama. Etika berbicara dalam
pesantren sangat ditekankan agar para santri bisa menjadi teladan bagi
masyarakat luas. Pepatah tersebut mengingatkan kita bahwa salah satu cara untuk
menjaga keselamatan adalah dengan menjaga ucapan kita agar tidak melukai orang
lain. Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat untuk belajar dari nilai-nilai
yang diajarkan di pesantren, yaitu pentingnya berbicara dengan bijak, menjaga
kesopanan, dan tidak sembarangan mengeluarkan kata-kata yang bisa menyakiti
perasaan orang lain.
Secara keseluruhan, menjaga etika dalam berkomunikasi adalah sebuah
kewajiban yang tidak hanya berlaku bagi tokoh publik, tetapi juga untuk setiap
individu. Pepatah dalam tradisi pesantren yang mengajarkan bahwa “Keselamatan
manusia terletak pada penjagaan lisannya” mengingatkan kita bahwa ucapan adalah
cermin dari hati dan pikiran seseorang. Apa yang kita ucapkan dapat
mencerminkan siapa diri kita sebenarnya dan bagaimana kita memandang orang
lain. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga lisan agar tetap bersih dan
tidak menyakiti orang lain. Dalam dunia yang semakin terbuka ini, kita semua
harus berkomitmen untuk berkomunikasi dengan cara yang saling menghargai dan
menghormati, terutama dalam konteks digital yang semakin luas pengaruhnya.
Etika berkomunikasi yang baik akan membangun harmoni dalam masyarakat dan
menciptakan hubungan yang lebih sehat antarindividu.