Israfil dan Sangkakala: Tafsir Keimanan dalam Perspektif Islam

 

Israfil dan Sangkakala: Tafsir Keimanan dalam Perspektif Islam

Penulis

Sumarta (Akang Marta)

 


Malaikat Israfil, salah satu malaikat agung dalam ajaran Islam, memiliki peran yang sangat penting dalam eskatologi atau ajaran tentang kehidupan setelah mati. Dalam berbagai literatur Islam, Israfil dikenal sebagai pembawa suara kehancuran melalui tiupan sangkakala. Fenomena tiupan ini sangat signifikan karena diyakini akan membawa dampak yang sangat besar bagi alam semesta. Dalam Al-Qur'an, dikatakan bahwa dengan satu tiupan dari sangkakala, seluruh makhluk hidup di dunia ini akan binasa, dan setelah itu, dengan tiupan kedua, seluruh umat manusia dari zaman Nabi Adam hingga manusia terakhir akan dibangkitkan kembali. Peristiwa ini menunjukkan betapa dahsyatnya kekuatan suara yang dipilih oleh Allah untuk menciptakan dan menghancurkan kehidupan di dunia ini. Ini juga menggarisbawahi bahwa suara dalam konteks ilahi bukanlah sekadar getaran di udara, tetapi merupakan sebuah manifestasi dari kekuasaan Allah yang tak terbatas.

Dalam tafsir yang lebih dalam, kita bisa memahami bahwa tiupan sangkakala dari Israfil adalah simbol dari kekuasaan mutlak Allah SWT. Allah tidak memerlukan waktu yang lama atau alat-alat duniawi untuk melakukan perintah-Nya. Dengan hanya menggunakan satu tiupan, Allah akan menghancurkan seluruh makhluk hidup, dan kemudian dengan tiupan kedua, kehidupan akan dimulai kembali. Fenomena ini menggambarkan bahwa kehidupan dan kematian, serta seluruh alam semesta, berada dalam pengaturan dan kendali Tuhan. Tidak ada yang dapat melawan kehendak-Nya, dan segalanya tunduk pada kekuasaan-Nya. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an, "Dan hanya dengan tiupan sangkakala, maka seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi akan binasa" (QS. Az-Zumar: 68). Tiupan sangkakala ini merupakan bukti nyata akan kebesaran dan kekuasaan Allah yang tidak terbatas oleh waktu dan ruang.

Para ulama mengajarkan bahwa tiupan Israfil tidak hanya merupakan simbol dari kehancuran, tetapi juga merupakan titik awal dari kebangkitan yang lebih besar. Tiupan pertama adalah tanda kehancuran, tetapi tiupan kedua adalah tanda kebangkitan umat manusia untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatan mereka selama hidup di dunia. Fenomena ini menunjukkan bahwa kehidupan ini bukanlah sesuatu yang bersifat sementara tanpa tujuan, melainkan sebuah perjalanan yang memiliki akhir yang pasti. Setelah tiupan sangkakala pertama yang mengakhiri segala kehidupan, kehidupan akan dimulai kembali dengan tiupan kedua, di mana setiap jiwa akan dibangkitkan dari kuburnya untuk dihisab oleh Allah SWT. Ini menggambarkan betapa besar pengaruh suara dalam konteks ilahi, yang bukan hanya mengakhiri, tetapi juga menghidupkan kembali kehidupan manusia.

Fenomena tiupan sangkakala juga memberikan gambaran yang mendalam tentang bagaimana seluruh sistem kehidupan ini tunduk pada kekuasaan Allah. Dalam ajaran Islam, seluruh alam semesta ini diciptakan oleh Allah, dan semuanya berada di bawah kekuasaan-Nya. Fenomena sangkakala yang menjadi tanda kiamat adalah pengingat bahwa meskipun manusia merasa memiliki kekuasaan atas dunia, pada akhirnya segala sesuatu akan kembali kepada Allah. Tiupan Israfil adalah pengingat bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupan ini, termasuk hidup dan mati, adalah bagian dari takdir Allah yang telah ditentukan sejak awal. Dengan pemahaman ini, umat Muslim diajak untuk lebih tawadhu dan berserah diri kepada kehendak Tuhan, menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah bagian dari rencana ilahi yang lebih besar.

Lebih jauh lagi, peristiwa tiupan Israfil ini juga mengingatkan kita akan pentingnya kehidupan setelah mati, yaitu kehidupan yang abadi dan tidak akan berakhir. Tiupan sangkakala yang kedua kali akan membangkitkan seluruh umat manusia untuk dihisab. Setiap amal perbuatan, baik maupun buruk, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Dalam perspektif ini, kehidupan duniawi menjadi tempat ujian dan persiapan untuk kehidupan yang lebih abadi. Tiupan Israfil menggambarkan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara, dan yang abadi adalah kehidupan di akhirat. Oleh karena itu, umat Islam diajak untuk mempersiapkan diri dengan amal shaleh yang akan membawa kebahagiaan di akhirat kelak.

Sebagai kesimpulan, tiupan Israfil yang disebutkan dalam berbagai tafsir dan Al-Qur'an bukan hanya sekadar gambaran kehancuran, tetapi juga mengandung makna yang lebih dalam tentang kebesaran dan kekuasaan Allah. Dengan hanya satu tiupan sangkakala, Allah SWT dapat menghancurkan seluruh makhluk hidup dan kemudian membangkitkan mereka kembali untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatan mereka. Fenomena ini mengingatkan kita akan betapa kecilnya kekuatan manusia di hadapan Allah dan betapa besar kekuasaan-Nya yang mengatur seluruh alam semesta. Melalui pengajaran ini, umat Muslim diajak untuk selalu bersyukur, berserah diri, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang abadi di akhirat.

Daftar Pustaka

Al-Qur'an. (1990). QS. Az-Zumar: 68 dan QS. An-Naba: 18. Al-Qur'an.
Suhail, M. (2002). Tafsir al-Muyassar. Dar al-Ma'arif.
Nasr, S. H. (2003). Islamic Science: An Illustrated Study. World Wisdom Inc.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel