Kepemimpinan Kiai Abbas di Pesantren Buntet: Mengembangkan Ilmu, Keterampilan, dan Spiritualitas
Kepemimpinan
Kiai Abbas di Pesantren Buntet: Mengembangkan Ilmu, Keterampilan, dan
Spiritualitas
Kontributor
Sumarta
(Akang Marta)
Setelah
menyelesaikan pendidikan dan memperdalam ilmunya di Mekkah, Kiai Abbas kembali
ke tanah air dan melanjutkan pengabdiannya di Pondok Pesantren Buntet, yang
terletak di Cirebon, Jawa Barat. Pesantren Buntet adalah salah satu pesantren
tertua di Indonesia, dengan sejarah panjang dalam dunia pendidikan Islam.
Kepemimpinan Kiai Abbas membawa perubahan signifikan, baik dalam aspek
pendidikan maupun pengembangan masyarakat. Kiai Abbas tidak hanya fokus pada
pengajaran ilmu agama, tetapi juga mengembangkan kurikulum yang
mengintegrasikan pendidikan formal dan tradisional. Madrasah yang didirikan di
pesantren ini menjadi wadah bagi santri untuk mendapatkan pendidikan agama yang
kuat sekaligus keterampilan praktis yang berguna untuk kehidupan sehari-hari.
Inovasi ini membuat Pesantren Buntet tidak hanya menjadi pusat pendidikan
agama, tetapi juga pusat pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan
keterampilan, seperti membatik dan bercocok tanam.
Di bawah
kepemimpinan Kiai Abbas, Pesantren Buntet tidak hanya berfokus pada pengajaran
kitab kuning, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi
yang relevan dengan masyarakat. Salah satu kontribusi terbesar Kiai Abbas
adalah menekankan pentingnya pendidikan keterampilan yang bermanfaat untuk para
santri. Selain menguasai ilmu agama, para santri juga dibekali dengan kemampuan
untuk mandiri secara ekonomi, seperti dengan membatik yang menjadi ciri khas
Cirebon, serta bercocok tanam yang sangat berguna bagi kehidupan agraris
masyarakat sekitar. Melalui pendekatan ini, Kiai Abbas berusaha menggabungkan
aspek spiritual dan praktis dalam kehidupan santri, sehingga mereka dapat
menjadi individu yang berdaya dan mampu berkontribusi pada masyarakat luas.
Pendekatan
pendidikan yang diterapkan oleh Kiai Abbas di Pesantren Buntet juga melibatkan
sistem pendidikan yang mengutamakan karakter dan kedisiplinan. Selain ilmu
agama, santri dibimbing untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab, jujur,
dan memiliki etos kerja yang baik. Kiai Abbas percaya bahwa pendidikan bukan
hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter yang kuat.
Oleh karena itu, ia mengajarkan para santri untuk memiliki rasa tanggung jawab
terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Hal ini menjadi salah satu
ciri khas kepemimpinan Kiai Abbas, yang mengutamakan keseimbangan antara ilmu
agama, keterampilan praktis, dan pembentukan moral.
Kepemimpinan
Kiai Abbas juga mencakup dunia tasawuf, di mana ia menjadi seorang mursyid tarekat
Syattariyah dan Tijaniyah. Tarekat ini dikenal dengan ajaran spiritual yang
mendalam dan berfokus pada pembinaan diri melalui dzikir, tafakur, dan
pembebasan jiwa dari ikatan duniawi. Kiai Abbas tidak hanya mengajarkan ilmu
agama secara tekstual, tetapi juga menekankan pentingnya pengalaman spiritual
dalam perjalanan hidup setiap individu. Sebagai mursyid, Kiai Abbas memberikan
bimbingan spiritual kepada para muridnya, yang datang dari berbagai daerah
untuk belajar langsung dari beliau. Ajaran tasawuf yang diterapkan di Pesantren
Buntet memperkaya keilmuan santri, tidak hanya dari aspek akademis, tetapi juga
dari sisi spiritual yang mendalam.
Kepemimpinan
Kiai Abbas di Pesantren Buntet menjadi teladan bagi banyak generasi santri yang
datang untuk menuntut ilmu. Ia menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak hanya
bertugas untuk mengarahkan, tetapi juga harus memiliki visi jauh ke depan dalam
mengembangkan potensi pesantren dan masyarakat sekitar. Melalui pendidikan yang
mencakup ilmu agama, keterampilan praktis, dan pembinaan spiritual, Kiai Abbas
berhasil menjadikan Pesantren Buntet sebagai pusat pengembangan masyarakat yang
lebih mandiri dan berkarakter. Dengan pendekatannya yang holistik, Kiai Abbas
meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi dunia pendidikan Islam di
Indonesia.