Korban Suci di Puncak Gunung Gede
Korban
Suci di Puncak Gunung Gede
Kontributor
Sumarta
(Akang Marta)
Pernyataan
Dewi Penjaga Gunung Gede seakan mengguncang seluruh kerajaan Sumedang Larang.
Berita tentang pengorbanan Keris Emas sebagai syarat untuk meredakan amarah
gunung berapi menyebar dengan cepat. Rakyat yang awalnya putus asa kini
dihadapkan pada dilema yang sangat sulit. Mereka harus memilih antara
mempertahankan simbol kekuasaan kerajaan atau menyelamatkan seluruh rakyat dari
bencana.
Pemuda
yang telah melakukan perjalanan ke puncak Gunung Gede menjadi pusat perhatian.
Ia dihadapkan pada tanggung jawab yang sangat berat. Di pundaknya, tertanam
harapan seluruh rakyat Sumedang Larang. Ia harus menyampaikan pesan Dewi kepada
raja dengan sejujur-jujurnya, meskipun ia tahu bahwa keputusan yang akan diambil
akan sangat sulit.
Dengan
hati yang berat, pemuda itu kembali ke istana dan menyampaikan pesan Dewi
kepada Prabu Jayawisesa. Raja mendengarkan dengan seksama. Ia menyadari bahwa
keputusan yang akan diambilnya akan menentukan nasib kerajaan dan rakyatnya. Di
satu sisi, ia tidak ingin kehilangan Keris Emas yang merupakan warisan leluhur.
Di sisi lain, ia tidak tega melihat rakyatnya menderita.
Dewi
Penjaga Gunung Gede telah memberikan Prabu Jayawisesa waktu yang sangat singkat
untuk mengambil keputusan. Jika ia terlalu lama ragu-ragu, bencana yang lebih
besar akan menimpa kerajaan. Dalam hati, Prabu Jayawisesa bergumul dengan
dirinya sendiri. Ia memikirkan nasib rakyatnya, masa depan kerajaan, dan
nilai-nilai luhur yang selama ini dipegang teguh.
Akhirnya,
setelah melalui pertimbangan yang matang, Prabu Jayawisesa mengambil keputusan
yang sangat sulit. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk mengorbankan Keris
Emas. Ia menyadari bahwa pengorbanan ini adalah satu-satunya cara untuk
menyelamatkan rakyatnya dan menjaga kelangsungan hidup kerajaan Sumedang
Larang.