Langit Kelima: Pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Harun
Langit Kelima: Pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Harun
Penulis
Sumarta
(Akang Marta)
Pada perjalanan Mi'raj, Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanan menuju
langit kelima, di mana beliau bertemu dengan Nabi Harun, saudara Nabi Musa AS.
Pertemuan ini bukan hanya menjadi bagian dari pengalaman spiritual Nabi Muhammad,
tetapi juga membawa pelajaran mendalam tentang peran seorang pemimpin dan
pembimbing umat. Nabi Harun, yang dikenal sebagai seorang imam besar di
kalangan Bani Israel, memiliki tugas yang sangat berat dalam membimbing
umatnya, terutama dalam mendampingi Nabi Musa dalam menghadapi tantangan besar
dalam menyampaikan wahyu dan memimpin Bani Israel. Dalam Al-Qur'an, peran Nabi
Harun sangat dihormati sebagai pendukung utama Nabi Musa dalam perjuangan
mereka, yang mencerminkan bagaimana kerja sama antar nabi memainkan peran yang
sangat penting dalam membimbing umat ke jalan yang benar (QS. Al-A'raf: 142).
Nabi Harun memiliki karakteristik yang sangat mulia, sebagai sosok yang
sabar, bijaksana, dan sangat menjaga keharmonisan dalam masyarakat. Sebagai
saudara Nabi Musa, ia mendampingi dan membantu menyampaikan wahyu serta
memberikan bimbingan spiritual kepada umatnya. Dalam sejarah, Nabi Harun
menjadi simbol dari seorang pemimpin yang tidak hanya memimpin dengan kekuatan,
tetapi juga dengan kelembutan hati dan kesabaran dalam menghadapi cobaan. Dalam
konteks ini, pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Harun di langit kelima
mengajarkan umat Islam pentingnya memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang dapat
menyejukkan hati umat dan menjaga keadilan serta kebersamaan dalam masyarakat.
Nabi Harun menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam Islam bukan sekadar tentang
posisi, tetapi tentang pengabdian kepada umat dengan tulus dan penuh rasa
tanggung jawab.
Dalam hadis-hadis sahih, diceritakan bahwa Nabi Harun menyambut kedatangan
Nabi Muhammad dengan penuh penghormatan dan doa yang tulus. Nabi Harun
mendoakan Nabi Muhammad agar senantiasa diberi kekuatan dan petunjuk dalam
menjalankan tugasnya sebagai nabi terakhir. Sebagai seorang nabi yang memiliki
pengalaman panjang dalam memimpin umat, Nabi Harun memberikan contoh tentang
bagaimana seorang pemimpin yang sejati harus selalu menjaga hubungan baik
dengan Allah, serta berusaha membawa umatnya menuju kebahagiaan dunia dan
akhirat. Dalam pertemuan ini, terdapat pesan yang jelas bahwa seorang pemimpin
dalam Islam harus memiliki sifat kasih sayang, kesabaran, dan selalu berusaha
untuk mendekatkan umat kepada Allah, bukan justru menambah jarak antara mereka.
Penting untuk dicatat bahwa Nabi Harun, dalam posisinya sebagai pemimpin dan
pembimbing umat, selalu memperhatikan kepentingan umat dan tidak pernah
memikirkan kepentingan pribadi. Hal ini mencerminkan salah satu prinsip utama
dalam kepemimpinan Islam, yaitu mengutamakan kepentingan umat di atas
segala-galanya. Dalam pertemuan ini, Nabi Muhammad SAW menerima pelajaran
berharga tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara tugas kenabian dan
kepemimpinan, serta pentingnya memberikan teladan yang baik bagi umat. Nabi
Harun, sebagai saudara Nabi Musa, juga mengajarkan bagaimana bekerja sama dalam
mendukung tugas kenabian, yang tidak selalu mudah, namun sangat mulia dan penuh
pengorbanan.
Keberadaan Nabi Harun di langit kelima juga mengingatkan umat Islam bahwa
kepemimpinan dalam Islam tidak terlepas dari prinsip kejujuran, kebijaksanaan,
dan keberanian dalam menghadapi tantangan. Nabi Harun harus menghadapi banyak
cobaan dalam menjalankan tugasnya, termasuk dalam menghadapi ketidaktaatan
sebagian umatnya. Namun, ia tetap bersabar dan terus berusaha untuk membimbing
umat dengan hikmah dan kelembutan. Kisah ini mengajarkan umat Islam pentingnya
tidak mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan, serta bagaimana ketulusan dan
kebijaksanaan dalam memimpin dapat membawa keberhasilan dan kesejahteraan bagi
umat. Dalam konteks ini, pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Harun di langit
kelima mengajak umat Islam untuk terus meneladani sifat-sifat kepemimpinan yang
mulia dan memanfaatkan ilmu serta pengalaman para nabi dalam menjalankan
tugas-tugas kehidupan.
Pada akhirnya, pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Harun di langit kelima
bukan hanya sekedar pertemuan spiritual, tetapi juga sebagai pelajaran penting
tentang kepemimpinan yang penuh tanggung jawab, kebijaksanaan, dan pengabdian
kepada umat. Hal ini mengingatkan umat Islam untuk terus menjaga nilai-nilai
luhur dalam kepemimpinan dan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi umat,
sebagaimana yang dicontohkan oleh para nabi, termasuk Nabi Harun. Dalam setiap
aspek kehidupan, umat Islam diajarkan untuk menjaga keseimbangan antara dunia
dan akhirat, serta senantiasa memperkuat hubungan dengan Allah melalui kerja
keras, kesabaran, dan keikhlasan dalam setiap langkah hidup.
Referensi
Al-Qur'an al-Karim, Surah Al-A'raf: 142.
Al-Bukhari, M. (1997). Sahih al-Bukhari (Vol. 1). Dar al-Ilm li
al-Malayin.
Muslim, I. (1998). Sahih Muslim (Vol. 2). Dar al-Ma'arifah.