Makna Roh dan Konteks Spiritualnya
Makna Roh dan Konteks Spiritualnya
Penulis
Sumarta
(Akang Marta)
Diskusi tentang roh telah menjadi tema yang menarik dan penting baik dalam
konteks teologi maupun filsafat. Dalam Al-Qur'an, roh disebut sebagai bagian
dari "Amr Allah," yang berarti urusan atau keputusan Allah yang
sangat sulit dipahami oleh manusia. Ayat-ayat yang berbicara tentang roh
menunjukkan keterbatasan kemampuan manusia dalam memahami esensi kehidupan dan
hakikat keberadaan. Misalnya, dalam Surah Al-Isra ayat 85, Allah berfirman,
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: 'Roh itu termasuk
urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.'"
Hal ini mencerminkan bahwa meskipun manusia diberikan pengetahuan tentang
banyak hal, pemahaman mengenai roh tetap berada dalam wilayah hak prerogatif
Allah. Ini menunjukkan betapa terbatasnya pengetahuan manusia dalam menjelaskan
dimensi spiritual yang lebih dalam dari kehidupan dan kematian.
Konsep roh dalam Islam mengandung pemahaman yang mendalam mengenai hubungan
antara dunia ini dengan kehidupan setelah mati. Salah satu ajaran yang diterima
oleh umat Islam adalah bahwa meskipun tubuh jasmani seseorang mati, roh tidak
akan pernah mati. Roh tetap ada dan melanjutkan kehidupannya di alam barzakh,
sebuah alam yang menjadi perantara antara kehidupan dunia dan akhirat. Alam
barzakh adalah tempat yang tidak dapat dilihat oleh manusia yang masih hidup,
namun diyakini sebagai tempat bagi roh untuk beristirahat hingga hari kiamat
tiba. Dalam banyak ayat Al-Qur'an, disebutkan bahwa setiap roh akan dipertanggungjawabkan
atas amal perbuatannya selama hidup di dunia, dan setelah kematian, roh akan
menjalani kehidupan yang berbeda sesuai dengan apa yang telah dilakukannya di
dunia.
Pemahaman tentang roh yang terus hidup meskipun tubuh jasmani telah mati
menjelaskan mengapa praktik-praktik seperti mengirim doa kepada orang yang
telah meninggal memiliki makna yang sangat penting. Doa ini diyakini memiliki
kekuatan untuk membantu roh orang yang telah meninggal, memberikan mereka
kebaikan, dan mendapatkan ampunan dari Allah. Dalam Islam, mendoakan orang yang
telah meninggal, terutama orang tua, adalah bentuk kasih sayang yang
berkelanjutan. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, "Rabbighfirli
waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira" (QS. Al-Isra: 24), doa
untuk orang tua yang telah meninggal adalah bentuk penghormatan dan pengingat
bagi anak-anak yang masih hidup untuk selalu menghormati dan mendoakan orang
tua mereka, baik yang masih hidup maupun yang telah tiada.
Namun, dalam tradisi masyarakat, muncul banyak cerita atau kepercayaan yang
berkembang di sekitar roh yang telah meninggal. Beberapa cerita ini
menggambarkan roh yang meminta makanan tertentu, seperti rokok atau makanan
khusus, yang sering dianggap sebagai cara untuk menghormati atau menyenangkan
roh tersebut. Cerita-cerita semacam ini, meskipun tersebar luas, tidak selalu
didasarkan pada ajaran agama. Dalam banyak kasus, cerita-cerita tersebut lebih
banyak dipengaruhi oleh budaya lokal atau kepercayaan masyarakat yang
berkembang di luar batas ajaran Islam. Sebagai contoh, dalam ajaran Islam yang
murni, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa roh yang telah meninggal
memerlukan benda-benda fisik seperti makanan atau rokok, yang justru bisa
dianggap sebagai bentuk kepercayaan yang bertentangan dengan prinsip monoteisme
yang diajarkan oleh agama.
Sebaliknya, dalam pandangan Islam, yang lebih penting adalah doa dan amal
ibadah yang dilakukan oleh orang yang masih hidup. Doa yang dipanjatkan dengan
niat tulus kepada Allah untuk orang yang telah meninggal akan memberikan
manfaat bagi roh mereka. Di samping itu, amal jariyah seperti sedekah dan ilmu
yang bermanfaat yang ditinggalkan oleh orang yang telah meninggal juga diyakini
akan membawa kebaikan bagi mereka. Hadis Nabi Muhammad SAW mengungkapkan bahwa
"Apabila seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya,
kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang
shaleh untuknya" (HR. Muslim). Ini menunjukkan betapa pentingnya doa
sebagai bentuk amal yang tetap berlanjut bahkan setelah kematian.
Pada akhirnya, penting bagi umat Islam untuk memahami bahwa roh bukan hanya
sekadar konsep teologis atau spiritual, melainkan bagian dari kehidupan yang
lebih luas yang melibatkan hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesama.
Meskipun banyak tradisi dan kepercayaan yang berkembang di sekitar roh, esensi
dari ajaran Islam tetap menekankan pada doa, amal jariyah, dan hubungan yang
baik dengan Allah sebagai bentuk pengabdian yang berkelanjutan, bahkan setelah
kematian. Kekuatan spiritual yang terkandung dalam doa dan amal ibadah akan
terus memberikan manfaat bagi roh orang yang telah meninggal, serta menjadi
pengingat bagi orang yang masih hidup untuk senantiasa menjalankan kehidupan
dengan penuh ketaatan kepada Allah.
Referensi
Al-Qur'an al-Karim, Surah Al-Isra: 85.
Muslim, I. (1998). Sahih Muslim (Vol. 2). Dar al-Ma'arifah.
Al-Bukhari, M. (1997). Sahih al-Bukhari (Vol. 1). Dar al-Ilm li
al-Malayin.