Makrifat dalam Perspektif Jawa: Memahami Jalan Spiritual melalui Tafsir dan Ajaran Islam
Makrifat
dalam Perspektif Jawa: Memahami Jalan Spiritual melalui Tafsir dan Ajaran Islam
Kontributor
Sumarta
(Akang Marta)
Makrifat
merupakan konsep yang sangat penting dalam tradisi Islam yang berkaitan dengan
pemahaman hakikat Tuhan. Dalam bahasa Arab, kata "makrifat"
mengandung arti pengetahuan atau pemahaman yang mendalam. Pemahaman ini lebih
dari sekadar pengetahuan teoritis; ia adalah sebuah pencapaian spiritual yang
membawa seseorang pada kesadaran yang lebih tinggi mengenai realitas dan
keberadaan Tuhan. Dalam tradisi Jawa, makrifat juga menjadi bagian integral
dari pencarian spiritual seseorang. Hal ini tidak hanya terbatas pada pemahaman
teologis, tetapi juga mencakup cara seseorang memaknai kehidupan dan realitas
di sekitarnya. Pencapaian makrifat dalam tradisi Jawa sering kali tidak hanya
bergantung pada pengetahuan yang didapatkan, tetapi lebih pada pengalaman spiritual
yang mendalam yang mengarah pada pencerahan batin.
Dalam
tradisi Jawa, terdapat perbedaan cara pandang yang menarik mengenai makrifat,
yang dikenal dengan istilah "nakirah" dan "ma'rifah".
Istilah "nakirah" merujuk pada pengetahuan yang tidak dikenal atau
tersembunyi, sedangkan "ma'rifah" berarti pengetahuan yang diketahui.
Makrifat dalam pemahaman ini berkaitan dengan pengetahuan yang tidak langsung
tampak atau tersembunyi dari pandangan biasa, yang hanya bisa dicapai melalui
pencarian yang lebih dalam. Dalam konteks ini, jalan menuju makrifat tidak
hanya melibatkan pengumpulan pengetahuan semata, tetapi juga pengalaman
spiritual yang membawa pemahaman lebih jauh tentang keberadaan Tuhan dan
hakikat kehidupan. Pemahaman ini sejalan dengan pandangan sufisme dalam Islam,
di mana makrifat tidak hanya diperoleh melalui intelektualisme, tetapi juga
melalui pengalaman batin yang mendalam.
Salah
satu jalan utama yang dianggap penting dalam mencapai makrifat dalam tradisi
Jawa adalah melalui penghayatan diri dan kedekatan dengan Tuhan. Dalam hal ini,
ajaran Islam tentang tasawuf atau sufisme menjadi landasan yang kuat dalam
pencarian makrifat. Tasawuf mengajarkan bahwa untuk mengenal Tuhan, seseorang
harus membersihkan jiwa dan hati dari segala kekotoran duniawi. Hal ini sejalan
dengan prinsip dalam tradisi Jawa yang mengajarkan tentang pentingnya kesadaran
diri dan pengendalian hawa nafsu. Dalam banyak ajaran Jawa, perjalanan
spiritual menuju makrifat tidak hanya melibatkan pengajaran dan belajar, tetapi
juga pengalaman pribadi yang membawa seseorang pada kedalaman pemahaman yang
lebih tinggi. Dalam konteks ini, makrifat bisa dipandang sebagai perjalanan
panjang yang melibatkan pengetahuan, kesabaran, dan ketekunan.
Melalui
tafsir dan ajaran Islam, makrifat dijelaskan sebagai pengetahuan yang tidak
hanya berada di ranah akal, tetapi juga dalam dimensi batin. Dalam tafsir
Al-Qur’an, makrifat sering kali diartikan sebagai pengetahuan langsung tentang
Tuhan, yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang telah mencapai tingkat
spiritual tertentu. Konsep ini mirip dengan ajaran Jawa yang menganggap
makrifat sebagai pencapaian tertinggi dalam pemahaman spiritual. Dalam ajaran
Jawa, pencapaian makrifat tidak bisa dipaksakan, tetapi harus dilalui dengan
penghayatan yang mendalam terhadap hidup, alam semesta, dan Tuhan. Oleh karena
itu, makrifat dalam konteks Jawa sering kali dipandang sebagai pencapaian yang
sangat personal, yang tidak bisa dipahami dengan cara yang sama oleh setiap
orang, karena setiap individu memiliki jalannya masing-masing dalam perjalanan
spiritual.
Ajaran-ajaran
Islam yang mengedepankan pentingnya pengendalian diri, ibadah, dan perenungan
mendalam tentang Tuhan menjadi titik temu yang signifikan dengan ajaran-ajaran
Jawa. Di dalamnya terdapat pengajaran tentang pentingnya zuhud (menjauhkan diri
dari dunia), sabar, dan tawakal (berserah diri pada Tuhan). Dalam tradisi Jawa,
hal ini juga tercermin dalam ajaran tentang kesucian hati dan pikiran, yang
memungkinkan seseorang untuk mencapai pemahaman yang lebih tinggi tentang
realitas Tuhan. Dalam proses ini, makrifat diartikan sebagai pengertian
langsung yang timbul setelah seseorang berhasil menembus batasan-batasan
duniawi dan mendapatkan pengalaman batin yang membawanya kepada kesadaran akan
Tuhan. Hal ini menciptakan hubungan yang sangat erat antara pengajaran tasawuf
dalam Islam dan pencapaian makrifat dalam tradisi Jawa.
Secara
keseluruhan, konsep makrifat dalam perspektif Jawa dan Islam dapat dilihat
sebagai proses pencapaian pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang
Tuhan. Melalui tafsir, ajaran sufisme, dan praktik spiritual yang ada dalam
tradisi Jawa, makrifat menjadi sebuah perjalanan panjang yang melibatkan
pemahaman intelektual, penghayatan spiritual, dan pengalaman batin. Kedua
tradisi ini, meskipun berasal dari konteks yang berbeda, berbagi kesamaan dalam
pemahaman bahwa makrifat adalah tujuan akhir dari pencarian spiritual. Makrifat
dalam konteks ini bukan hanya sekadar pengetahuan tentang Tuhan, tetapi juga
merupakan pencapaian batin yang membawa seseorang pada kedamaian, kebahagiaan,
dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan dan eksistensi manusia.
Daftar
Pustaka
Al-Ghazali,
A. (2004). Ihya Ulum al-Din (The Revival of the Religious Sciences). Dar
al-Kutub al-Ilmiyah.
Nasr, S.
H. (2007). Islamic Spirituality: Foundations. Routledge.
Soedjatmoko,
M. (1997). Makrifat dalam Perspektif Jawa: Ajaran dan Pemahaman.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.