Menjalani Hidup dengan Perspektif Ilmu: Sebuah Jalan Menuju Perbaikan Diri
Menjalani Hidup dengan Perspektif Ilmu: Sebuah Jalan Menuju
Perbaikan Diri
Penulis
Sumarta
(Akang Marta)
Hidup, dalam pandangan para ulama, merupakan kesempatan yang tak ternilai
untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Menurut mereka, hidup bukanlah
sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang harus dijalani
dengan penuh kesungguhan. Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW memberikan petunjuk
melalui berbagai doa yang mengajarkan kita untuk selalu berusaha meningkatkan
diri dalam segala hal yang baik. Salah satu doa yang sangat terkenal adalah,
"Allahumma lazzidni ziyadatan fi kulli khair, wa maut rohatan min kulli
syarr," yang berarti, "Ya Allah, tambahkanlah kebaikan dalam hidupku,
dan jadikanlah kematian sebagai pembebasan dari segala keburukan." Doa ini
mengingatkan kita bahwa hidup adalah anugerah yang diberikan oleh Allah, dan
kita diberikan kesempatan untuk berbuat baik selama waktu yang terbatas di
dunia ini. Sementara itu, kematian dipandang sebagai jalan menuju kedamaian,
suatu bentuk pembebasan dari segala kekurangan dan cobaan duniawi.
Pandangan ini memiliki relevansi yang kuat dalam kehidupan sehari-hari,
terutama ketika kita menghadapi berbagai tantangan dan cobaan hidup. Setiap
hari, kita dihadapkan pada banyak ujian yang bisa datang dalam berbagai bentuk,
mulai dari masalah keluarga, pekerjaan, hingga kesehatan. Namun, jika kita
menjalani hidup dengan perspektif ilmu dan niat untuk mendekatkan diri kepada
Allah, maka setiap peristiwa, sekecil apapun, menjadi lebih bermakna. Hal ini
sejalan dengan prinsip Islam yang menekankan bahwa setiap amal perbuatan yang
dilakukan dengan niat yang benar akan mendapatkan pahala, apapun bentuknya.
Oleh karena itu, meskipun hidup penuh dengan cobaan, jika kita selalu berusaha
memperbaiki diri dan memperbanyak amal kebaikan, maka setiap langkah yang kita
ambil akan terasa lebih berarti.
Dalam perspektif ilmu, hidup bukanlah sekadar menjalani rutinitas tanpa
tujuan, melainkan sebuah proses untuk terus mencari pengetahuan dan memperdalam
pemahaman. Setiap pertemuan dengan orang lain, setiap pengalaman yang kita
alami, serta setiap tantangan yang kita hadapi adalah kesempatan untuk belajar
dan mengembangkan diri. Ilmu yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada
pengetahuan duniawi, tetapi juga mencakup ilmu agama yang menjadi petunjuk
hidup yang sejati. Dengan memahami hakikat ilmu, kita bisa melihat dunia ini
sebagai tempat untuk terus berproses, bukan sebagai tempat untuk berhenti dan
merasa puas dengan apa yang telah dicapai. Melalui ilmu, kita bisa melihat
kehidupan dengan perspektif yang lebih luas, dan ini membantu kita untuk
menjalani hidup dengan lebih sabar dan penuh rasa syukur.
Sebagai bagian dari proses pembelajaran dan perbaikan diri, penting bagi
setiap individu untuk memahami bahwa hidup ini adalah kesempatan untuk memperbaiki
hubungan dengan Allah dan sesama. Dalam setiap tindakan yang kita lakukan, ada
potensi untuk memperbaiki diri, baik dalam aspek spiritual maupun sosial.
Misalnya, ketika kita melakukan ibadah, baik itu sholat, puasa, atau zakat,
kita tidak hanya melakukannya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai bentuk
upaya untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Begitu pula
dalam berinteraksi dengan orang lain, setiap tindakan yang baik, seperti
memberi sedekah, menolong sesama, atau bersikap jujur, merupakan bagian dari
perjalanan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan menjalani hidup
seperti ini, kita tidak hanya mencari kebahagiaan dunia, tetapi juga
kebahagiaan akhirat.
Sebagai manusia, kita sering kali terjebak dalam keinginan duniawi yang
sementara, yang bisa membuat kita lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya.
Namun, dengan perspektif ilmu, kita diajarkan untuk tidak hanya terfokus pada
pencapaian materi atau status sosial, tetapi juga pada pencapaian yang lebih
tinggi, yaitu mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu agama mengajarkan kita bahwa
hidup ini tidak hanya tentang apa yang kita miliki di dunia ini, tetapi tentang
apa yang kita lakukan untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih kekal di
akhirat. Setiap perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang ikhlas akan
membawa manfaat yang lebih besar daripada pencapaian duniawi yang bersifat
sementara. Oleh karena itu, hidup yang dijalani dengan niat untuk memperbaiki
diri dan mendekatkan diri kepada Allah adalah hidup yang penuh makna.
Di akhir perjalanan hidup kita, yang paling penting adalah bagaimana kita
menghadapi kematian. Dalam Islam, kematian bukanlah sesuatu yang perlu
ditakuti, tetapi dipandang sebagai fase transisi menuju kehidupan yang lebih
abadi. Doa Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, "Ya Allah, jadikanlah
kematian sebagai pembebasan dari segala keburukan," mengajarkan kita bahwa
kematian adalah jalan menuju kedamaian yang hakiki. Dengan memahami makna
kematian dalam perspektif ilmu dan spiritual, kita bisa lebih siap untuk menghadapinya
dengan hati yang tenang dan penuh harapan. Kematian bukanlah akhir dari
segalanya, tetapi awal dari kehidupan yang abadi di sisi Allah. Oleh karena
itu, setiap amal perbuatan yang kita lakukan selama hidup haruslah dimaksudkan
untuk mempersiapkan diri untuk pertemuan dengan-Nya, dengan harapan akan
mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian yang abadi di akhirat.
Referensi
Al-Ghazali, A. (2004). Ihya’ Ulum al-Din. Dar al-Turath.
Nasr, S. H. (2002). The Heart of Islam: Enduring Values for Humanity. HarperSanFrancisco.
Rumi, J. (1995). The Essential Rumi (C. Barks, Ed.). HarperCollins.